Sukses

Pemkab Purwakarta Dorong Masyarakat Terapkan Pola Konsumsi Bahan Pangan B2SA

Masyarakat di Kabupaten Purwakarta, masih ketergantungan beras sebagai bahan pangan. Padah, ada beberapa komoditi pangan yang setara nasi.

Liputan6.com, Purwakarta - Masyarakat di Indonesia, tak terkecuali di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, sejauh ini masih menjadikan beras sebagai makanan pokok untuk memenuhi kebutuhan karbohindratnya. Padahal, ada beragam bahan pangan lain yang bisa dikonsumsi yang secara nilai gizinya itu setara nasi.

Kepala Bidang Ketahanan Pangan Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta, Desi Adriana tak menampik hal itu. Memang, menurut dia, sejauh ini masih banyak di antara masyarakat yang beranggapan jika belum makan nasi artinya belum makan.

"Mungkin lebih ke budaya yah. Padahal, selain nasi ada beberapa makanan pokok lokal yang secara nilai gizinya itu setara nasi. Semisal, jagung, singkong, kentang dan talas," ujar Desi kepada Liputan6.com di kantornya, Senin (29/1/2024).

Atas dasar itu, lanjut Desi, saat ini pihaknya tengah berupaya untuk mendorong supaya masyarakat bisa menerapkan pola konsumsi kebutuhan makanan secara beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA). Sehingga, dengan bahan pangan yang beragam masyarakat tak melulu mengandalkan beras sebagai makanan pokok.

Desi menjelaskan, berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tingkat konsumsi beras masyarakat di wilayahnya berada di angka 101,2 kilogram per kapita per tahun. Seharusnya, kata dia, berdasarkan standarisasi FAO maksimal konsumsi beras itu hanya 80 kilogram per kapita per tahun.

Untuk itu, sambung dia, sesuai arahan dari pemerintah pusat pihaknya akan turut mendorong supaya masyarakat bisa menerapkan pola konsumsi kebutuhan makanan secara beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA).

Menurut Desi, konsumsi pangan yang beragam seperti itu ditengarai akan dapat mencukupi kebutuhan gizi untuk hidup sehat dan produktif. Selain itu, faktor keamanan pangan juga penting diperhatikan dalam memilih bahan pangan yang akan dikonsumsi.

"Makanan yang kita konsumsi sedapat mungkin harus beragam. Contoh, untuk kelompok pangan pokok, itu tidak harus selalu mengkonsumsi nasi," kata dia.

2 dari 2 halaman

Disverifikasi Pangan

Dia berpendapat, guna mencapai ketahanan pangan yang paripurna maka diperlukan pemahaman pola konsumsi pangan yang beragam dari mulai tingkat terkecil yaitu rumah tangga. Tapi tentunya hal ini bisa diterapkan secara bertahap karena berkaitan dengan kebiasaan pola makan yang sudah dilakukan masyarakat selama ini.

"Pemanfaatan makanan pokok selain nasi, mendukung program diversifikasi pangan. Ada berbagai macam bahan pangan pokok sebagai pengganti nasi seperti sorgum, singkong, ubi jalar, kentang dan jagung," jelas dia.

Pemahanan yang dimaksud, juga terkait pengetahuan tentang ketersediaan, akses dan pemanfaatan pangan dalam skala kecil. Hal ini, perlu disebarluaskan secara masif melalui tokoh masyarakat, termasuk keterlibatan penggiat pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK) di setiap lini.

"Pelaksanaan ketahanan pangan menjadi tanggung jawab seluruh unsur masyarakat, terutama perangkat desa dan tokoh masyarakat," tambah dia.

Selain mendorong keberagaman konsumsi bahan pangan, Desi menambahkan, saat ini jajarannya juga tengah berupaya menekan pengurangan sampah makanan (food waste). Mengingat, sampah saat masih banyak produksi sampah makanan di masyarakat.

"Food Wastage ini terdiri dari dua bagian, yakni food loss dan food waste. Untuk Food Waste, itu merupakan makanan yang dikonsumsi oleh manusia namun dibuang begitu saja dan akhirnya numpuk di TPA," kata dia.

Adapun penyebab Food Waste ini, kata dia, di antaranya kebiasaan tidak menghabiskan makanan yang dikonsumsi sehingga terbuang begitu saja. Salah satu upaya jajarannya saat ini, yakni dengan mengedukasi masyarakat supaya lebih bijak dalam mengonsumsi makanan.

"Caranya, bisa dengan makan secukupnya, belanja harus direncanakan seperlunya," pungkasnya.