Liputan6.com, Lampung - Gubernur Lampung Arinal Djunaidi didampingi Penjabat (Pj) Bupati Lampung Barat, Nukman panen kopi jenis arabika di Desa Sekincau, pada Selasa (30/01/2024). Dalam kunjungannya, Gubernur Lampung mengapresiasi keberhasilan budidaya kopi Arabika dengan metode tanam pagar di Lampung Barat.
Arinal menyampaikan, dirinya sangat senang sekaligus bangga melihat petani kopi di Lampung berhasil menciptakan inovasi-inovasi baru.
"Lampung Barat merupakan salah kabupaten penghasil kopi robusta terbesar di provinsi Lampung, bahkan nasional. Faktanya, sekarang kita berhasil mengembangkan budidaya kopi arabika. Ini tentu sangat membanggakan," kata Arinal.
Advertisement
Gubernur juga mengatakan, akan mengundang Menteri Perkebunan untuk panen kopi arabika di Lampung Barat.
"Coba foto dulu saya disamping pohon kopi ini. Nanti akan saya kirimkan dengan menteri perkebunan. Kalau sudah waktunya panen raya akan saya coba undang pak Menteri Perkebunan. Kita akan tunjukkan potensi kopi arabika di Lampung Barat ini," ucap dia.
Sementara itu Penjabat Bupati Lambar Nukman menyampaikan terimakasih kepada gubernur yang telah ikut panen kopi arabika tersebut.
"Selama ini dikatakan sebagai kopi padang yang buahnya jarang-jarang. Dan Lampung Barat pernah mengalami kegagalan dalam pengembangan kopi jenis ini di tahun 80 akibat adanya serangan antraknose dan nematoda," paparnya.
Nukaman menjelaskan, budidaya kopi arabika itu dikembangkan dengan metode tanam pagar oleh Ahmad Supriyono warga Kelurahan Sekincau. Menurut Nukman, pada tahun 1980-an jenis Kopi Arabika pernah coba dikembangkan di Kabupaten Lampung Barat. Namun gagal karena serangan penyakit antraknose dan nematoda.
"Berkat inovasi pak Supriyono dengan metode tanam pagar, akhirnya kopi arabika berhasil dibudidayakan di Lampung Barat. Semoga inovasi yang dilakukan pak Ahmad Supriyono menjadi motivasi kita semua dalam pengembangan budidaya kopi arabika. Sehingga, kelak Lampung Barat tidak hanya menjadi produsen kopi robusta nasional, tapi juga kopi arabika," harapnya.
Ahmad Supriyono menuturkan, awalnya budidaya kopi arabika tidak diminati para petani setempat.
"Awalnya tidak ada yang minat tanam kopi arabika, karena kurang cocok dengan kondisi di sini. Tapi saya coba dengan metode tanam pagar. Jarak tanamnya satu meter kali dua meter. Alhamdulillah, tahun lalu hasilnya sudah mencapai 3,4 ton dengan luas tanah seperempat hektar. Tahun ini, saya targetkan sampai empat ton," harapnya.
Baca Juga