Liputan6.com, Yogyakarta - Tahun Baru Imlek tak hanya identik dengan angpau, barongsai, atau lampion. Perayaan Imlek identik dengan hujan.
Beberapa orang menyebut bahwa hujan saat Imlek merupakan simbol datangnya keberuntungan atau hoki. Namun, ternyata fenomena ini bisa dijelaskan secara ilmiah.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Tahun Baru Imlek selalu dirayakan si antara akhir Januari dan awal Februari. Pada bulan-bulan tersebut, memang bertepatan dengan puncak musim hujan.
Advertisement
Hal ini lah yang menjadi alasan Imlek hujan. Alasan lain berkaitan dengan penghitungan hari dalam Imlek yang didasarkan pada fase bulan mengelilingi bumi dengan bumi mengelilingi matahari (kalender lunisolar).
Baca Juga
Terlepas dari itu, masyarakat Tionghoa percaya bahwa hujan merupakan simbol keberuntungan. Menurut ahli Feng Shui, hujan disimbolkan sebagai Dewi Kwan Im yang sedang menyiram bunga Mei Hwa.
Hal ini diartikan sebagai turunnya berkah dari langit. Bunga Mei Hwa adalah bunga yang ditanam oleh Dewi Kwan Im menjelang Imlek.
Selain itu, hujan pada perayaan Imlek yang dianggap sebagai simbol keberuntungan tak lepas dari sejarah etnis Tionghoa yang mayoritas bekerja sebagai petani. Mereka menggantungkan hidup dengan berkebun, sehingga hujan dianggap sebagai berkah.
Konon, perayaan Imlek berawal dari cara petani Tiongkok menyambut musim semi. Perayaan rasa syukur itu dilakukan karena mereka merasa dipenuhi keberkahan, mulai dari hasil panen melimpah hingga musim semi yang indah.
Perayaan Imlek bahkan juga dikenal sebagai Festival Musim Semi. Hingga kini, Tahun Baru Imlek yang identik dengan hujan tak hanya dilihat sebagai hari raya keagamaan, tetapi juga sebagai tradisi dan budaya turun-temurun.
(Resla Aknaita Chak)