Liputan6.com, Yogyakarta - Peneliti Pusat Kajian Kesehatan Anak (PKKA-PRO), Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, (FK-KMK) UGM menggunakan air limbah rumah tangga sebagai alat deteksi Covid-19. Ketua tim PKKA-PRO Indah Kartika Murni mengatakan air limbah rumah tangga yang mengandung tinja dan urin dari individu yang terinfeksi Covid-19, baik bergejala maupun tanpa gejala dapat mendeteksi Covid-19.
“Hal ini disebabkan karena tinja dan urin individu tersebut mengandung bagian/fragmen virus SARS-CoV-2 yang sudah tidak menular,” terangnya Selasa 30 Januari 2024.
Sistem surveilans air limbah seperti sebenarnya sudah diterapkan di beberapa negara maju untuk deteksi Covid-19 seperti Amerika dan Belanda. Sementara di Indonesia, surveilans air limbah sudah diterapkan untuk deteksi wabah Polio saja.
Advertisement
Baca Juga
Pada hari Jumat, 12 Januari 2024, tim peneliti PKKA-PRO melakukan diseminasi hasil penelitian uji efektivitas biaya secara daring di depan Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK), Kementerian Kesehatan RI, Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), World Health Organization (WHO), dan Japan International Cooperation Agency (JICA). Penelitian ini menunjukkan bahwa sistem surveilans air limbah rumah tangga memiliki potensi sebagai opsi yang ekonomis dalam mendukung sistem peringatan dini dalam situasi pandemi, terutama di negara-negara dengan pendapatan menengah ke bawah.
Baca Juga
Tiara Marthias, salah satu tim peneliti, menekankan pentingnya dukungan kebijakan yang kuat dan tepat waktu, tentu dengan respons kesehatan masyarakat yang efektif. Hal tersebut sebagai faktor utama dalam menentukan keberhasilan setiap sistem surveilans.
“Tidak ada surveillance system yang efektif tanpa diikuti public health response," ucapnya.
Vicka Oktaria peneliti yang lain mengatakan dukungan inisiasi pelaksanaan surveilans air limbah rumah tangga untuk Covid-19 bisa diawali dengan pembentukan jejaring nasional khusus untuk surveilans air limbah. Harapannya akan melibatkan berbagai pihak yang bersedia bekerja sama dalam mengembangkan sistem surveilans air limbah di Indonesia.
“Kedepannya, kita dapat membuat jejaring nasional untuk surveilans air limbah berisi aktor-aktor yang dapat bekerja bersama untuk mengembangkan surveilans air limbah ini,” ujar Vicka.