Liputan6.com, Yogyakarta - Kue keranjang menjadi sajian khas Imlek yang paling populer. Dalam bahasa Mandarin, Kue Keranjang disebut Nian Gao.
Sementara di Indonesia, kue keranjang ada juga yang menyebutnya dengan kue ranjang atau kue bakul. Makanan khas Imlek ini memiliki rasa manis yang legit, hampir serupa dengan dodol.
Di balik legitnya kue keranjang, makanan khas Imlek ini memiliki makna khusus bagi masyarakat Tionghoa. Dikutip dari berbagai sumber, berikut fakta-fakta menarik kue keranjang khas Imlek.
Advertisement
Baca Juga
1. Filosofi Kue Keranjang saat Perayaan Imlek
Menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, awalnya kue keranjang ditujukan sebagai hidangan untuk menyenangkan Dewa Tungku (竈君公 Cau Kun Kong. Tujuannya agar dewa membawa laporan yang menyenangkan kepada Raja Surga (玉皇上帝 Giok Hong Siang Te).
Selain itu, Kue Keranjang memiliki makna yang mendalam. Bentuk kue keranjang yang bulat bermakna agar keluarga yang merayakan tahun baru Imlek tersebut dapat terus bersatu, rukun dan bulat tekad dalam menghadapi tahun yang akan datang. Tak hanya maknanya dari segi bentuk, makna rasa kue keranjang yang manis ketika disantap melambangkan harapan bagi yang menyantap kue tersebut akan selalu keluar tutur kata yang baik ketika mulut berucap.
Di negeri asalnya, terdapat kebiasaan untuk menyantap Kue Keranjang terlebih dahulu ketika tahun baru Imlek agar mendapatkan keberuntungan. Setelah menyantap Kue Keranjang Imlek, barulah mulai menyantap makanan lainnya seperti nasi dan makanan lainnya.
2. Keberadaan Kue Keranjang saat perayaan Imlek
Kue keranjang dalam bahasa Mandarin disebut sebagai Nian Gao (年糕) atau dalam dialek Hokkian disebut Ti Kwe (甜棵). Arti kue keranjang adalah kue yang terbuat dari tepung ketan dan gula, serta mempunyai tekstur yang kenyal dan lengket.
Kue keranjang adalah salah satu kue khas yang wajib ada dalam perayaan tahun baru Imlek. Kue keranjang mulai dipergunakan sebagai sesaji pada upacara sembahyang leluhur, tujuh hari menjelang tahun baru Imlek (廿四送尫 Ji Si Sang Ang), dan puncaknya pada malam menjelang tahun baru Imlek.
Sebagai sesaji, biasanya kue keranjang Imlek tidak dimakan sampai perayaan Cap Go Meh (malam ke-15 setelah tahun baru Imlek).
12 Jam
3. Kue yang Dibuat dalam 12 Jam
Kue keranjang dibuat dengan bahan yang dikukus selama 12 jam. Sebelumnya, fermentasi tepung juga dilakukan selama 10 hingga 12 hari.
Proses pembuatan yang lama ini menjadikan kue keranjang kenyal dan manis, menyatu dengan racikan bumbunya. Kesabaran dalam proses memasak kue keranjang memiliki filosofi bahwa kehidupan harus dijalani dengan penuh kegigihan, ketekunan, dan kesabaran.
Proses yang lama ini pada akhirnya sebanding dengan kedaluwarsanya yang bisa mencapai berbulan-bulan kemudian.
4. Lambang Hubungan Persaudaraan
Warga Tionghoa memiliki tradisi untuk membagi-bagikan kue keranjang kepada kerabat. Kue keranjang juga dimakan saat jamuan Imlek bersama keluarga besar.
Kue keranjang yang berbentuk bulat tanpa sudut memang melambangkan hubungan persaudaraan tanpa batas. Kue dengan tekstur yang lengket juga melambangkan hubungan persaudaraan yang tinggi.
5. Akulturasi Budaya Indonesia
Meskipun berasal dari Tiongkok, kue keranjang sudah menjadi akulturasi budaya Indonesia. Kue ini bisa diolah kembali sesuai dengan selera, misalnya menjadi camilan manis dengan dicampur adonan tepung dan telur kemudian digoreng.
Kue keranjang juga bisa diolah kembali dengan ubi ungu dan biji wijen dan menjadi isian dari roti goreng. Selain itu ada kudapan asli Indonesia yang dipengaruhi budaya Tionghoa seperti jenang, dodol, dan wajik.
Advertisement