Sukses

4 Fakta Menarik Festival Lampion Jelang Perayaan Imlek

Masyarakat Tionghoa juga kerap menggelar festival lampion untuk menyambut kemeriahan tahun baru Imlek.

Liputan6.com, Yogyakarta - Lampion Imlek merupakan salah satu ornamen khas yang hadir setip perayaan Tahun Baru China. Lampion-lampion tersebut bergelantungan di tali-tali di sepanjang jalan sekitar klenteng.

Masyarakat Tionghoa juga kerap menggelar festival lampion untuk menyambut kemeriahan tahun baru Imlek. Dikutip dari berbagai sumber, berikut fakta menarik festival lampion jelang perayaan Imlek.

1. Sejarah festival lampion Imlek

Dikutip dari laman Britannica, lampion dalam Festival Lentera disebut juga Festival Yuan Xiao. Tradisi lampion Imlek menjadi bagian utama dari perayaan Tahun Baru China selama berabad-abad.

Sejak masa Dinasti Han (206 SM - 220 M), lampion menjadi bagian dari upacara keagamaan dan budaya. Di masa tersebut, lampion-lampion dipakai oleh para biksu untuk menghormati Sang Buddha.

Cahaya lampion ini sendiri digunakan sebagai penghormatan spiritual mereka pada Buddha. Seiring berjalannya waktu, tradisi ini pun menyebar ke masyarakat umum dan makin populer di kalangan orang Tionghoa.

Perkembangan tradisi ini juga terlihat pada masa Dinasti Tang (618-907 M). Sejak masa Dinasti Tang, masyarakat akan menyalakan lampion dan meluncurkan ke langit.

Tradisi ini dilakukan dengan cara menulis harapan dan doa pada kertas lampion. Setelah itu, lampion akan diterbangkan ke langit waktu malam hari.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Legenda Jade Emperor

2. Legenda jade emperor

Ada sebuah dongeng atau legenda mengenai tradisi festival lampion. Legenda tersebut menceritakan kisah Jade Emperor (You Di).

Jade marah di sebuah kota karena angsanya mati terbunuh. Dia berencana untuk menghancurkan kota dengan api.

Namun, rencanaya digagalkan oleh seorang peri yang menyarankan orang-orang untuk menyalakan lampion di seluruh kota. Jade yang tertipu oleh cahaya-cahaya tersebut menganggap kota itu sudah dilalap api.

Akhirnya, kota itu terhindar dari serangan Jade Emperor. Sebagai rasa terima kasih, orang-orang terus memperingati Imlek setiap tahun dengan membawa lampion warna-warni ke seluruh kota.

3. Makna lampion Imlek

Lampion Imlek mempunyai makna yang mendalam dalam budaya Tionghoa. Warna merah yang mendominasi lampion-lampion ini melambangkan kemakmuran, kegembiraan, dan keberuntungan.

Lampion juga melambangkan sebuah harapan akan kehidupan di masa depan yang lebih baik. Lampion Imlek juga menjadi simbol persatuan dan kebersamaan dalam  masyarakat Tionghoa.

Bentuk bulat dan cahaya yang bersinar terang pada lampion melambangkan semangat dan pencerahan. Hal ini mencerminkan harapan akan kehidupan yang harmonis, penuh dengan semangat, dan kebahagiaan bagi semua orang. 

4. Waktu Kebebasan

Di akhir Tahun Baru Imlek, semua orang keluar rumah untuk merayakan festivallampion. Festival ini melambangkan sebagai acara reuni dan kebebasan.

Semua orang bersosialisasi dengan siapa saja dalam perayaannya. Saat Tiongkok kuno, para wanita biasanya tidak mendapat izin keluar rumah.

Mereka diizinkan keluar hanya pada malam festival lampion. Mereka bebas berinteraksi dengan laki-laki, bermain game, maupun menyalakan lampion.

Kisah tersebut dianggap romantis dan menjadi alasan bagi beberapa orang yang menyebut festival lampion sebagai Hari Valentine China. Festival ini juga memiliki sisi religi dalam agama Buddha modern, paganisme Tiongkok kuno, dan budaya etnis minoritas.