Sukses

Menjelajahi Kearifan Lokal di Beberapa Desa Wisata Tertinggi di Indonesia

Beberapa desa wisata tertinggi di Indonesia juga pernah memenangkan Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022.

Liputan6.com, Yogyakarta - Desa wisata selalu menyimpan keunikannya tersendiri, termasuk desa-desa wisata yang berada di ketinggian. Kearifan lokal menjadi salah satu daya tarik bagi desa-desa wisata yang terletak di dataran tinggi Indonesia.

Nilai tambah lain dari letak geografis ini adalah keindahan alamnya yang memikat hati ditambah udaranya yang cenderung lebih sejuk. Beberapa desa wisata tertinggi di Indonesia juga pernah memenangkan Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022.

Mengutip dari kemenparekraf.go.id, berikut beberapa kearifan lokal desa wisata tertinggi di Indonesia:

1. Menenun (Kampung Bena Inire)

Kampung Bena Inire berada di Desa Tiwu Riwu, Jerebu'u, Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT). Desa wisata ini berada di kaki Gunung Inerie, dengan ketinggian mencapai 2.245 mdpl.

Rumah-rumah adat sejak zaman Megalitikum masih berdiri kokoh di sini. Rumah adat di Kampung Bena Inire masih sangat tradisional, yakni bagian atap rumah terbuat dari alang-alang dan lantai rumah yang terbuat dari bebatuan gunung.

Menariknya, ada kearifan lokal yang terus dijaga hingga saat ini, yakni menenun. Wisatawan bisa mencoba pengalaman menenun di desa wisata tertinggi satu ini.

2. Pemakaman Adat dan Rumah Tradisional Tongkonan (Desa Kete Kesu)

Desa Kete Kesu berada di Kampung Bonoran, Kelurahan Tikunna Malenong, Sanggalangi, Toraja Utara. Desa ini berada di lereng-lereng pegunungan dengan ketinggian sekitar 1.400 mdpl.

Salah satu kearifan lokal yang masih dijaga hingga sekarang adalah pemakaman adat yang diletakkan di gua-gua atas tebing. Selain pemakaman adat, ada juga rumah tradisional Toraja, Tongkonan. Tongkonan adalah rumah panggung yang memiliki atap seperti tanduk kerbau menjulang.

 

2 dari 2 halaman

Ruwat Gimbal

3. Ruwat Gimbal (Desa Sembungan)Berada di ketinggian 2.300 mdpl, Desa Sembungan berlokasi di Kecamatan Kejajar, Wonosobo, Jawa Tengah. Selain keindahan panorama alamnya, desa wisata ini juga memiliki kearifan lokal yang masih terjaga.

Wisatawan bisa melihat kearifan lokal upacara ruwat gimbal. Upacara adat yang diadakan setiap 1 Suro (antara Agustus-September) ini merupakan prosesi pemotongan rambut pada anak berambut gimbal. Upacara tersebut bertujuan untuk membersihkan anak-anak dari hal-hal buruk.

Berkat terjaganya kearifan lokal ini, Desa Sembungan mendapat Peringkat 1 Desa Rintisan ADWI 2022. Selain kearifan lokalnya, desa wisata ini juga menawarkan beberapa destinasi wisata populer, seperti Puncak Sikunir, Gunung Pakuwaja, Telaga Cebong, hingga Curug Sikarim.

4. Unan-Unan (Desa Ranupani)

Desa Wisata Ranupani berada di Kecamatan Senduro, Lumajang, Jawa Timur. Desa wisata yang berada di ketinggian 2.100 mdpl ini telah menjadi basecamp para pendaki Gunung Semeru.

Selain Danau Ranupani, di desa wisata ini juga terdapat Rumah Budaya Ranupani. Berbagai pergelaran tari dan musik tradisional kerap digelar di sana.

Selain itu, Desa Wisata Ranupani juga rutin menggelar tradisi unan-unan setiap lima tahun sekali, tepatnya pada tahun Landung menurut penanggalan tradisional. Pada tradisi ini, terdapat prosesi menanam kepala kerbau yang bertujuan untuk membersihkan desa agar selamat dari malapetaka.

5. Upacara Karo (Desa Argosari)

Berada di ketinggian 2.000 mdpl, Desa Argosari terletak di kaki Gunung Bromo. Lebih tepatnya, desa ini berada di Senduro, Lumajang, Jawa Timur.

Desa Argosari terkenal dengan pemandangan negeri di atas awan. Selain itu, Desa Argosari juga masih menjadi salah satu tempat tinggal Suku Tengger.

Salah satu kearifan lokal yang masih terus terjaga di desa ini adalah upacara karo. Upacara yang diadakan pada bulan ke-2 Tahun Saka Hindu Tengger ini bertujuan untuk mengembalikan kesucian dan penghapusan dosa warga Suku Tengger.

(Resla)