Liputan6.com, Yogyakarta - Bullying atau perundungan bisa terjadi di mana saja, termasuk di sekolah. Anak-anak bisa menjadi korban bahkan pelaku bullying di sekolah.
Bullying bisa diidentifikasi melalui tiga karakteristik, yaitu disengaja (untuk menyakiti), terjadi secara berulang-ulang, dan ada perbedaan kekuasaan. Pola perilaku ini bisa terjadi secara langsung maupun online.
Hal ini harus menjadi perhatian khusus bagi para orangtua. Selain efek fisik, bullying juga bisa menimbulkan masalah kesehatan mental dan emosional.
Advertisement
Baca Juga
Oleh karena itu, orang tua harus berperan penting jika anak menjadi korban atau bahkan pelaku bullying di sekolah. Menurut laman unicef.org, berikut cara tepat orangtua menanggapi bullying anak di sekolah:
Hal-hal yang harus dilakukan orangtua jika anak menjadi korban bullying di sekolahJika anak menjadi korban bullying di sekolah, maka ada beberapa langkah yang bisa dilakukan orang tua. Langkah paling utama adalah menjadi pendengar.
Dengarkan anak secara terbuka, tenang, dan fokuslah untuk membuat mereka merasa didengar dan didukung. Hindari tendensi untuk menemukan penyebab bullying atau mencoba menyelesaikan masalah dan pastikan mereka tahu bahwa itu bukan kesalahan mereka.
Sampaikam pada anak bahwa sebagai orangtua, Anda akan mempercayai mereka. Tunjukkan bahwa Anda senang karena anak-anak mempercayai orangtuanya sehingga mau bercerita secara terbuka.
Langkah selanjutnya, coba bicarakan permasalahan kepada guru atau pihak sekolah. Tanyakan apakah sekolah memiliki kebijakan atau panduan mengenai perilaku bullying.
Saran untuk Orangtua
Sebagai orangtua, salah satu hal paling penting yang harus dilakukan saat anak menjadi korban bullying adalah dengan berusaha menjadi sistem pendukung. Dengan demikian, anak akan merasa tenang karena memiliki orangtua yang suportif.
Anak-anak juga berpotensi menjadi pelaku bullying di sekolah. Saat menghadapi hal ini, orang tua harus lebih berhati-hati agar tidak memperburuk keadaan.
Ketahuilah bahwa jika anak melakukan bullying kepada anak-anak lain, pada dasarnya mereka tidak jahat, tetapi mungkin bertindak karena sejumlah alasan. Anak-anak yang sering melakukan bullying hanya ingin menyesuaikan diri, membutuhkan perhatian, atau hanya mencari tahu cara menghadapi emosi yang rumit.
Dalam beberapa kasus, pelaku bullying ternyata adalah korban atau saksi kekerasan di rumah maupun di lingkungan mereka. Ada beberapa langkah yang harus Anda ambil untuk membantu anak menghentikan bullying, salah satunya komunikasi.
Pahami betul mengapa anak melakukan hal tersebut. Jika anak kesulitan menjelaskan perilaku mereka, Anda bisa memilih untuk berkonsultasi dengan konselor, pekerja sosial, atau profesional kesehatan mental.
Setelah mengetahui penyebabnya, cobalah untuk menyelesaikan masalah dengan cara-cara yang sehat dan baik. Perlahan, mintalah anak untuk menjelaskan skenario yang membuat mereka frustrasi, tetapi tetap tawarkan cara-cara bereaksi yang konstruktif.
Anda bisa menggunakan latihan ini sebagai aktivitas bertukar pikiran. Dorong anak untuk bisa merasakan jika dirinya ditempatkan di posisi orang lain dengan membayangkan pengalaman orang yang di-bully.
Selain itu, berikan konsekuensi dan peluang untuk menebus kesalahan, misalnya dengan membatasi aktivitas mereka. Dorong anak untuk meminta maaf kepada teman-temannya dan upayakan cara agar mereka lebih positif di masa depan.
Di sisi lain, orangtua juga perlu berkaca pada diri sendiri. Pasalnya, anak-anak yang melakukan bullying seringkali meniru apa yang mereka lihat di rumah.
Penulis: Resla
Advertisement