Sukses

Mencicipi Nikmatnya Pecel Pakis, Menu Kuliner Khas Pegunungan Muria Kudus

Meskipun sebagai wilayah paling kecil di Jawa Tengah, namun Kota Kudus memiliki sejumlah destinasi wisata dan kuliner yang menarik untuk dikunjungi. Destinasi tersebut diantaranya wisata religi Masjid Menara Kudus, Makam Sunan Kudus dan Sunan Muria.

Liputan6.com, Kudus - Meskipun sebagai wilayah paling kecil di Jawa Tengah, namun Kota Kudus memiliki sejumlah destinasi wisata dan kuliner yang menarik untuk dikunjungi. Destinasi tersebut diantaranya wisata religi Masjid Menara Kudus, Makam Sunan Kudus dan Sunan Muria.

Tak hanya itu saja, juga terdapat wisata budaya. Seperti Museum Kretek satu-satunya yang ada di Indonesia, rumah joglo pencu dan Museum Jenang. Tak ketinggalan, Kudus juga memiliki kuliner local yang layak untuk dicoba, sebut saja Soto Kudus, Lentog Tanjung, Nasi Pindang.

Selain ketiga kuliner tersebut, ada kuliner spesial yang hanya bisa dijumpai di kota ini, yakni kuliner pecel pakis. Sajian kuliner ini hanya bisa ditemukan di Desa Colo, Kecamatan Dawe yang berada di lereng Pegunungan Muria.

Jika dari Kudus Kota, waktu tempuhnya sekitar 30 menit dengan berbagai moda transportasi. Setiba di sana, langsung disambut pemandangan alam pegunungan dengan hawa sejuk. Di wilayah desa setempat, biasanya ramai oleh wisatawan yang ingin berziarah ke Makam Sunan Muria.

Desa Colo yang memiliki pesona pemandangan indah, juga memiliki kuliner kearifan lokal yang masih bertahan yang merupakan warisan turun temurun. Cocok untuk sarapan atau makan siang, Pecel Pakis namanya.

Jika dilihat sekilas, kuilner ini seperti pecel pada umumnya. Nasi putih disajikan di atas piring di tumpuk sayuran hijau dan diguyur sambal kacang.

Liputan6.com pun penasaran untuk mencicipi nikmatnya cita rasa Pecel Pakis tersebut di salah satu warung miliki Hajah Amin, yang banyak dikenal dikalangan para pecinta kuliner di Kudus.

Tak hanya dari Kudus saja, warung yang berada di Desa Colo persis di tepi jalan arah makam Sunan Muria ini, juga sangat popular bagi para pengunjung dari luar kota.  

Di warung milik Hajah Amin yang menyediakan pecel pakis, biasanya juga ada lauk-lauk tambahan. Seperti telur dadar atau mata sapi, tempe goreng, perkedal, dan gimbal udang.

“Pakis merupakan tumbuh-tumbuhan liar. Di area Pegunungan Muria memang tumbuhan ini tidak dibudidayakan. Namun dibiarkan tumbuh ijo royo royo dan alami di tebing-tebing Gunung," ujar Hajah Amin, ditulis Selasa (20/2/2024).

Untuk racikan bumbu di warungnya, Amin mengaku membuat resep sendiri. Yakni kacang digoreng, kemudian ditambah bawang, kencur, dan terasi.

Sajian Pecel Pakis ini makin terasa gurih, dengan bumbu kacang yang bercampur dengan daun pakis yang segar. Kombinasi ini cocok jika dipadukan dengan nasi hangat. Puluhan wisatawan baik dalam kota Kudus dan luar kota hilir mudik kerap mampir di warung tersebut.

Selain sajian Pecel Pakis yang lezat, Desa Colo juga memiliki minuman khas Kopi Robusta Muria. Di kawasan wisata ini juga banyak dijumpai kedai kopi. Pengunjung pun bisa bersantai menyeruput kopi hangat di tengah hawa sejuk Pegunungan Muria.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Teknik Penyajian Pecel Pakis Muria

Kepada Liputan6.com, Hajah Amin pun tak pelit membagikan tips dan resep mengolah daun pakis agar nikmat disantap. Saat menyajikan daun pakis pun ada teknik tersendiri agar daun pakis tetap segar dan tidak layu.

“Tekniknya, daun pakis dicuci bersih dan direbus. Kemudian saat sudah panas harus kita guyur (siram) dengan air dingin. Hasil pakisnya tetap hijau tidak layu, kadang klau langsung direbus dan hasil warna daun pakis langsung coklat,” paparnya.

Teknik blasir atau blancing yang diterapkan Amin biasa dipakai untuk merebus sayuran. Proses merebus dihentikan, setelah sayuran hampir lunak kemudian direndam air dingin agar proses pematangan berhenti dan warna sayuran tetap hijau.

Setelah matang, daun pakis kemudian dicampur bumbu pecel biasa. Yang membedakan bumbu pecel pakis ini tidak digiling. Namun bumbu khas Muria ini ditumbuk, menghasilkan bumbu yang merata dan tidak padat.

“Bumbu pecel khas Gunung Muria kami giling dan ayak. Kalau bumbu pakis digiling hasilnya padat. Cita rasanya pun tergantung dari masing-masing penjualnya, ada yang pedes dan kencurnya terasa,” kata Amin.

Sementara itu, Rani Purnama salah satu pengunjung asal Kota Pati mengaku penasaran dengan sajian pecel pakis tersebut. Ia sengaja pergi ke Desa Colo untuk menikmati kuliner yang menyehatkan itu.

“Rasanya enak, apalagi daun pakisnya tidak pahit dan renyah. Belum lagi bumbu kacangnya yang gurih di ujung lidah. Tambah lezat jika disantap dengan telur ceplok dan tempe goreng,” cetus wanita yang berprofesi tenaga kesehatan ini.

Rani mengaku kerap mengunjungi warung pecel pakis Hajah Aminah setiap Minggu pagi bersama keluarganya. Hal itu dilakukan sebagai sarana healing bersama keluarga, setelah selama sepekan disibukkan aktifitas bekerja.

Penulis : Arief Pramono