Sukses

5 Kecamatan Porak-poranda Diterjang Tornado Rancaekek, Sejumlah Orang Terluka

BPBD Jawa Barat laporkan, angin kencang menerjang permukiman warga, pabrik, hingga pusat perbelanjaan di sekitar perbatasan Jatinangor-Rancaekek tersebut.

Liputan6.com, Bandung - Kejadian angin kencang atau tornado Rancaekek pada Rabu (21/2/2024) kemarin berdampak di wilayah Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang. Menurut laporan, setidaknya ada 5 kecamatan yang terdampak.

Adapun, 5 kecamatan terdampak adalah Kecamatan Rancaekek, Cicalengka dan Cileunyi (Kabupaten Bandung), serta Kecamatan Mangunraja dan Jatinangor (Kabupaten Sumedang).

Data tersebut dirujuk dari laporan Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung, disampaikan Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari.

Sementara itu, Pj. Bupati Sumedang, Herman Suryatman mengatakan, ada sekitar 120 warga yang alami luka. Pemerintah Kabupaten Sumedang pun kini mendirikan tenda darurat di Kecamatan Mangunraja, Desa Cimanggung.

"Kami siapkan tenda darurat sebagai penanganan darurat untuk warga terdampak, ada 113 warga yang luka ringan dan 10 luka sedang," kata Herman dalam keterangannya di Sumedang, Kamis (22/2/2024).

Selanjutnya, Pemerintah Kabupaten Sumedang akan mendata jumlah rumah atau bangunan rusak. "Prioritas selanjutnya adalah rehabilitasi. Jadi rumah yang rusak akan direhab dan ini membutuhkan waktu," katanya.

Sementara itu, berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat, angin kencang itu sudah menerjang pemukiman warga, pabrik, hingga pusat perbelanjaan di sekitar perbatasan Jatinangor-Rancaekek tersebut.

"Tim BPBD Jabar sudah ke lokasi kejadian. Relawan bersama aparatur setempat bergotong royong membersihkan sisa puing-puing reruntuhan dan membantu menebang pohon yang menghalangi jalan," kata Kasi Kedaruratan BPBD Jabar Hadi Rahmat.

 

2 dari 2 halaman

Mirip Tornado Amerika

Kejadian angin kencang yang melanda Kabupaten Bandung dan Sumedang itu dinilai identik dengan angin tornado yang biasa terjadi di Amerika Serikat. Anggapan ini disampaikan peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr. Erma Yuliastian.

Dalam penjelasannya, Erma di antaranya melihat kejadian angin kencang Rancaekek dari aspek struktur atau bentuk angin kencang, durasi hingga efek.

Secara struktur, tornado Rancaekek dinilai mirip dengan tornado di Amerika Serikat. Angin tersebut membentuk spiral disertai turunnya gumpalan awan menyerupai bentuk corong.

"Struktur tornado Rancaekek, Indonesia, dibandingkan dengan tornado yang biasa terjadi di belahan bumi utara, Amerika Serikat. Memiliki kemiripan 99,99 persen," kata Erma lewat cuitan di akun X, dikutip Liputan6.com, Kamis (22/4/2024).

Selain itu juga soal durasi. Dalam kasus puting beliung yg biasa terjadi di Indonesia, kata Erma, kejadiannya biasanya berlangsung hanya sekitar 5-10 menit. Tornado Rancaekek diperkirakan lebih lama dari waktu tersebut.

"Ada satu kasus yang tidak biasa ketika puting beliung terjadi dalam durasi 20 menit di Cimenyan pada 2021," katanya.

Selain itu, efek yang timbul akibat tornado juga diperkirakan bisa lebih merusak, sebab kekuatan angin tornado lebih tinggi serta memiliki radius lebih luas dari angin puting beliung.

"Efek tornado beda dengan puting beliung. Tornado punya skala kekuatan angin lebih tinggi dan radius lebih luas. Angin tornado minimal kecepatan angin mencapai 70 km/jam. Dalam kajian kami di BRIN, angin puting beliung terkuat: 56 km/jam," katanya.

Meski demikian, kata Erma, tim periset dari BRIN akan melakukan investigasi terkait kejadian di Rancaekek.

"Kami tim periset dari BRIN secepatnya akan melakukan rekonstruksi dan investigasi tornado Rancaekek pada hari ini (21/2). Kronologi foto-foto dan video dari masyarakat dan media sangat membantu periset dalam mendokumentasikan extreme event yg tercatat sebagai tornado pertama ini," katanya.