Sukses

Cerita Mistis dan Romantis di Balik Kemegahan Candi Ratu Boko Yogyakarta

Pada beberapa titik, wisatawan bisa menjumpai pohon di Alun-Alun Ratu Boko sehingga cocok untuk spot foto Instagramable.

Liputan6.com, Jakarta - Kompleks Candi Ratu Boko Yogyakarta menjadi salah satu daya tarik utama bagi para pengunjung yang ingin menyelami keindahan dan keagungan masa lalu.

Candi Ratu Boko berada di atas bukit dengan ketinggian 195,97 mdpl. Luas seluruh kompleks situs bersejarah ini sekitar 25 hektare, yang terbagi menjadi beberapa area bangunan.

Sebagian besar bangunan situs berupa reruntuhan. Spot paling populer di Candi Ratu Boko adalah gerbang utama yang menjadi tempat favorit melihat sunset. Selain bangunan gerbang, Candi Ratu Boko juga memiliki Alun-Alun Ratu Boko yang merupakan tanah lapang dengan rerumputan hijau.

Pada beberapa titik, wisatawan bisa menjumpai pohon di Alun-Alun Ratu Boko sehingga cocok untuk spot foto Instagramable.

Adapula gazebo, taman, serta situs berupa reruntuhan di Keraton Ratu Boko. Banyak spot foto Instagramable yang bisa dijumpai wisatawan saat berkunjung ke Keraton Ratu Boko.

Selain keindahan arsitektur yang memukau, keraton Ratu Boko juga menawarkan pesona alam yang memikat. Dari puncak kompleks, pengunjung dapat menikmati panorama luar biasa dari bukit-bukit hijau yang mengelilingi area keraton, serta pemandangan spektakuler matahari terbenam di ufuk barat, menciptakan suasana romantis yang tak terlupakan.

Tak lengkap rasanya membicarakan keraton Ratu Boko tanpa menyentuh legenda dan mitos yang menyelubunginya.

2 dari 2 halaman

Mistis dan Romantis

Salah satu legenda yang paling terkenal adalah kisah cinta tragis antara Ratu Boko dan Roro Jonggrang, yang diabadikan dalam bentuk candi Prambanan yang terletak di seberang kompleks.

Cerita ini menambah nuansa mistis dan romantis bagi pengalaman wisata di keraton Ratu Boko. Nama Ratu Boko, lantaran menurut legenda, dulunya situs tersebut merupakan istana milik ayah Loro Jonggrang, yakni Ratu Boko.

Diperkirakan, situs Ratu Boko dibangun pada abad ke-8 oleh Wangsa Syailendra yang beragama Buddha. Namun kemudian diambil alih oleh raja-raja Mataram Hindu.

Peralihan pemilik tersebut menyebabkan bangunan Keraton Boko dipengaruhi oleh corak Hinduisme dan Buddhisme. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah dan pihak terkait telah melakukan berbagai upaya untuk memelihara dan mengembangkan keraton Ratu Boko sebagai tujuan wisata yang lebih menarik dan berkelanjutan.

Berbagai fasilitas dan infrastruktur pendukung telah dibangun untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan para pengunjung, sementara tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan warisan budaya.

Penulis: Belvana Fasya Saad