Liputan6.com, Yogyakarta - Unifikasi data terbukti meningkatkan keuntungan tahunan perusahaan sampai 30 persen. Kendati demikian, tingkat adopsi unifikasi data top 200 perusahaan di Indonesia tertinggal sekitar 5 sampai 10 tahun ketimbang Malaysia dan Singapura.
“Semua insight dari market intelgence global menunjukkan lambatnya adopsi unifikasi data perusahaan di Indonesia, kita ingin bisa dipercepat. Maka kita fokus pada teknologi sesuai dengan kebutuhan dan kultur perusahaan di Indonesia, sehingga bisa transformative,” kata CEO Volantis Technology, Bachtiar Rifai, dalam diskusi internal Volantis Technology, akhir pekan kemarin di Yogyakarta.
Untuk diketahui, unifikasi data adalah penyatuan semua data perusahaan yang selama ini terpisah-pisah (data penjualan, data karyawan, data produksi, data marketing, data pengembangan, dll) ke dalam sebuah platform terpadu sehingga seluruh informasi perusahaan bisa dilihat secara holistik seperti memakai kacamata helikopter.
Advertisement
Baca Juga
Bachtiar menjelaskan ketertinggalan Indonesia dalam unifikasi data seringkali tidak semata karena faktor teknis melainkan lebih pada kultur perusahaan seperti pada ketakutan bos akan biaya unifikasi data atau menganggap proses transisi dari data terpisah ke unifikasi menjadi rumit dan memakan waktu panjang.
“Tau nggak kenapa kita tertinggal? Karena bos-bos di pucuk pimpinan menganggap unifikasi data itu rumit. Padahal, Volantis membuktikan enggak rumit kok. Teknologi justru kita bikin untuk mempermudah para bos mengerti bagaimana perusahaannya running well dan untung kan,” kata Bachtiar.
Lebih jauh, Chief Product Officer (CPO) Volantis Technology, Dadan Ramdan, menyatakan teknologi Volantis hadir untuk mempermudah proses unifikasi data, menyediakan solusi langkah-langkah yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan anggaran perusahaan.
Dalam menanggapi kekhawatiran top manajemen terhadap biaya dan kompleksitas implementasi unifikasi data, Dadan Ramdan menekankan perlunya pemahaman Volantis terhadap keberagaman organisasi perusahaan di Indonesia dan solusi yang tersedia dalam berbagai paket harga.
“Dengan pendekatan transformasional yang gradual, Indonesia dapat berhasil mengejar ketertinggalan dan menyalip Malaysia dalam adopsi teknologi unifikasi data,” kata Dadan.