Sukses

Status Gunung Ili Lewotolok Naik dari Waspada ke Siaga

Status Gunung Ili Lewotolok meningkat Level II (Waspada) ke Level III (Siaga).

Liputan6.com, Bandung - Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menaikan status Gunung Ili Lewotolok di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), dari Level II (Waspada) ke Level III (Siaga) sejak 27 Februari 2024 pukul 10.00 Wita.

Menurut Kepala PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM, Hendra Gunawan, dengan adanya kenaikan status vulakanologi gunung api tersebut masyarakat di sekitar Gunung Ili Lewotolok maupun pengunjung, pendaki, wisatawan agar tidak memasuki dan tidak melakukan aktivitas di dalam wilayah radius 2 km dari pusat aktivitas Gunung Ili Lewotolok.

"Masyarakat Desa Lamawolo, Desa Lamatokan, dan Desa Jontona agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya guguran atau longsoran lava dan awan panas dari bagian timur puncak atau kawah Gunung Ili Lewotolok," ujar Hendra dalam keterangan daringnya ditulis, Bandung, Kamis, 29 Februari 2024.

Hendra mengatakan masyarakat di sekitar Gunung Ili Lewotolok maupun pengunjung, pendaki, wisatawan serta masyarakat Desa Jontona dan Desa Tondonara agar tidak memasuki dan tidak melakukan aktivitas dalam wilayah sektoral selatan dan tenggara sejauh 4 km dari pusat aktivitas Gunung Ili Lewotolok.

Selain itu, masyarakat agar mewaspadai potensi ancaman bahaya guguran, longsoran lava dan awan panas dari bagian selatan dan tenggara puncak atau kawah Gunung Ili Lewotolok.

"Masyarakat Desa Jontona agar diungsikan ke daerah yang lebih aman," ungkap Hendra.

Untuk menghindari gangguan pernapasan (ISPA) maupun gangguan kesehatan lainnya yang disebabkan oleh abu vulkanik maka masyarakat yang berada di sekitar Gunung Ili Lewotolok dapat menggunakan masker pelindung mulut dan hidung serta perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit.

Sedangkan bagi masyarakat yang bermukim di sekitar lembah atau aliran sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Ili Lewotolok agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi terutama di saat musim hujan.

"Pemerintah daerah atau Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lembata agar senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Ili Lewotolok di Desa Laranwutun, Kecamatan Ile Ape atau PVMBG Bandung," kata Hendra.

Hendra menerangkan tingkat aktivitas Gunung Ili Lewotolok akan dievaluasi kembali secara berkala maupun jika terjadi perubahan aktivitas yang siginfikan. Tingkat aktivitas dianggap tetap jika evaluasi berikutnya belum dikeluarkan.

Hendra meminta kepada seluruh pihak agar menjaga kondusivitas suasana di masyarakat dengan tidak menyebarkan narasi bohong (hoaks), dan tidak terpancing isu-isu yang tidak jelas sumbernya.

"Masyarakat dapat memantau perkembangan aktivttas Gunung Ili Lewotolok melalui aplikasi/website Magma Indonesia (https://vsi.esdm.go.id atau https://magma.esdm.go.id) dan media sosial PVMBG (facebook, twitter, dan instagram pvmbg_)," jelas Hendra.

 

2 dari 3 halaman

Evaluasi Vulkanologi Gunung Ili Lewotolok

Sebelum menaikkan status Gunung Ili Lewotolok, PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM telah melakukan pengamatan visual periode 16 - 26 Februari 2024 cenderung menunjukkan peningatan aktivitas.

Pada pengamatan itu terpantau tinggi kolom erupsi dan asap meningkat bila dibandingkan periode sebelumnya serta kemunculan aliran lava baru pada 15 Februari pada arah selatan dan tenggara yang pada tanggal 23 Februari sudah mencapai jarak lebuh kurang 1 km ke arah tenggara dan 600 meter ke arah selatan.

"Pada tanggal 26 februari, hasil pemantauan menunjukkan jarak aliran ke arah tenggara telah mencapai sekitar 2 km. Laju aliran lava yang cukup cepat, khususnya ke arah tenggara juga disebabkan morfologi lerang tenggara yang lebih curam," terang Hendra.

Hendra menyebutkan sampai saat ini erupsi atau letusan eksplosif masih tetap berlangsung dengan jangkauan lontaran lava (pijar) dominan masih di seitar area kawah. Namun dapat juga menjangkau sejauh sekitar 500 meter keluar dari kawah.

Secara umum jumlah gempa meningkat, terutama gempa-gempa yang berasosiasi dengan aktivitas permukaan, seperti gempa hembusan dan juga tremor non harmonik.

"Hal ini mengindikasikan aktivitas vulkanik Gunung Ili Lewotolok saat ini berada pada kedalaman magmatik dangkal. Peningkatan kegempaan ini juga teramati dari pola energi seismiknya," ucap Hendra.

Hendra menegaskan sumber gempa vulkanik dangkal dan dalam berada di bawah Gunung Ili Lewotolok.

Gempa vulkanik dangkal dan vulkanik dalam masih terekam yang mengindikasikan masih adanya tekanan pada tubuh Gunung Ili Lewotolok yang berkaitan dengan suplai fluida magmatik dangkal dan dalam.

"Data kegempaan dalam periode 16 - 26 Februari 2024 tercatat terjadi 98 kali gempa letusan atau erupsi, 30 kali gempa guguran, 3615 kali gempa hembusan, 98 kali tremor non-harmonik, 54 kali hybrid, 4 kali gempa vulkanik dangkal, 5 kali gempa vulkanik dalam, dan 1 kali tremor menerus," terang Hendra.

Teramati pula gempa yang berasosiasi dengan aktivitas tektonik, yakni 4 kali gempa tektonik lokal, dan 3 kali gempa tektonik jauh.

Energi seismik yag dihitung dengan metode perata-rataan nilai amplitudo atau yang disebut Real-time Seismic Amplitude Measurements (RSAM) menunjukkan fluktuasi energi dengan kecenderungan energi meningkat dalam periode ini.

 

3 dari 3 halaman

Pengamatan Visual Gunung Ili Lewotolok

Secara visual Gunung Ili Lewotolok terlihat jelas hingga tertutup kabut. Teramati asap kawah utama berwarna putih dan kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal, tinggi sekitar 25 - 700 meter dari puncak.

Teramati letusan atau erupsi dengan tinggi 200 - 1.000 meter dari puncak, kolom letusan berwarna putih hingga kelabu.

"Terjadi guguran, secara visual, jarak dan arah luncuran 300 - 1000 meter dari puncak dengan arah luncuran ke Tenggara hingga ke Selatan," sebut Hendra.

Kondisi cuaca cerah hingga hujan, angin lemah hingga kencang ke arah Timur, Tenggara, dan Barat Laut. Suhu udara sekitar 25-31 derajat celcius.

Pada tanggal 15 Februari 2023 teramati aliran lava baru kedua arah, ke arah selatan dan tenggara sejauh Iebih kurang 400 m dari bibir kawah.

"Hingga tanggal 23 Februari 2024, aliran lava baru sudah mencapai jarak Ik. 1 km ke arah tenggara dan 600 meter ke arah selatan," kata Hendra.

Pada tanggal 26 Februari 2024, alirah lava ke arah Tenggara telah mencapai jarak sekitar 2 km dari bibir kawah.

Pada tanggal 29 Februari 2024 pukul 08.06 WITA terjadi letusan dengan tinggi kolom abu teramati kurang lebih 500 meter di atas puncak setara kurang lebih 1.923 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 25 mm dan durasi kurang lebih 49 detik.

Video Terkini