Liputan6.com, Bandung - Para pengunjung atau wisatawan kini diimbau agar tidak terlalu berlama-lama di dekat kawasan kawah gunung api aktif Tangkuban Parahu, Bandung, Jawa Barat.
Imbauan itu disampaikan berdasarkan hasil evaluasi secara visual dan instrumental tingkat aktivitas Gunung Tangkuban Parahu yang dilakukan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada tanggal 28 Februari 2023, pukul 12.00.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Hendra Gunawan mengatakan, saat ini Gunung Tangkuban Parahu berada di Level I (Normal). Meski, pada Februari ini tercatat adanya peningkatan gempa frekuensi rendah.
Advertisement
"(Rekomendasi untuk para wisatawan) tidak mendekat ke dasar kawah, tidak berlama-lama dan tidak menginap di area kawasan kawah-kawah aktif yang berada di Gunung Tangkuban Parahu," katanya lewat siaran pers yang diterima Liputan6.com, Kamis (29/2/2024).
Pengunjung maupun masyarakat pun diminta untuk segera menjauh atau meninggalkan area sekitar kawah jika teramati peningkatan intensitas, ketebalan asap kawah, atau jika tercium bau gas yang menyengat untuk menghindari potensi bahaya paparan gas beracun maupun erupsi freatik.
Meski demikian, PVMBG meminta agar masyarakat tidak panik. Tetap tenang dan melakukan aktivitas seperti biasa, tidak terpancing pada isu-isu erupsi.
"Masyarakat di sekitar Gunung Tangkuban Parahu diharap tenang, beraktivitas seperti biasa, tidak terpancing isu-isu tentang erupsi dan tetap mengikuti perkembangan aktivitas Gunung Tangkuban Parahu melalui aplikasi MAGMA Indonesia yang dapat diunduh di Google Playstore atau melalui website https://magma.esdm.go.id," katanya.
Sementara itu, Pemerintah Daerah, BPBD Provinsi dan Kabupaten diharapkan agar senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Api Tangkuban Parahu di Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat atau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung.
"Tingkat aktivitas Gunung Tangkuban Parahu akan dievaluasi kembali secara berkala atau jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan. Tingkat aktivitas dan rekomendasi Gunung Tangkuban Parahu ini tetap berlaku selama surat/laporan evaluasi berikutnya belum diterbitkan," katanya.
Tingkat Kegempaan
Sebelumnya, Gunung Tangkuban Parahu dikabarkan mengalami peningkatan jumlah gempa dengan frekuensi rendah sepanjang Februari 2024. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberi imbauan agar masyarakat tetap tenang meski juga mewaspadai potensi erupsi.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Hendra Gunawan menyampaikan, peningkatan gempa berkorelasi dengan peningkatan intensitas curah hujan. Peningkatan itu dinilai karena perubahan (akumulasi) tekanan di kedalaman dangkal akibat peningkatan curah hujan yang turun.
Berdasarkan pemantauan PVMBG ke sekitar Kawah Ratu, Kawah Ecoma, dan Kawah Domas di Tangkuban Parahu, tidak ditemukan adanya endapan material vulkanik baru. Hembusan asap pada ketiga kawah tersebut juga tidak menunjukkan peningkatan dalam ketinggian, tekanan maupun ketebalannya.
"Aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu pada periode Februari 2024 didominasi oleh gempa-gempa berfrekuensi rendah yang mengindikasikan aktivitas pergerakan fluida di kedalaman dangkal atau dekat permukaan," jelas Hendra.
Hendra menyampaikan, hasil pemantauan belum menunjukkan adanya pola penambahan tekanan yang signifikan dari bawah permukaan terhadap respon penggembungan pada tubuh Gunung Tangkuban Parahu.
Meski demikian, tetap perlu adanya kewaspadaan potensi erupsi freatik, erupsi yang terjadi tanpa ada peningkatan gejala vulkanik yang jelas atau signifikan.
"Erupsi freatik jika terjadi dapat disertai hujan abu dan lontaran material di sekitar kawah," katanya.
Advertisement
Level I atau Normal
PVMBG juga disebut melakukan pengecekan ke sekitar kawah yang ada di Tangkuban Parahu yakni Kawah Ratu, Kawah Ecoma, dan Kawah Domas. Hasilnya, dan Kawah Domas pada 28 Februari 2024 tidak ditemukan adanya endapan material vulkanik baru pada ketiga kawah tersebut.
"Hembusan asap pada ketiga kawah tersebut tidak menunjukkan peningkatan dalam ketinggian, tekanan maupun ketebalannya," katanya.
"Dari hasil pemantauan deformasi dengan peralatan Tiltmeter maupun Electronic Distance Measurement (EDM) pada bulan ini belum menunjukkan adanya pola penambahan tekanan yang signifikan dari bawah permukaan terhadap respon penggembungan pada tubuh Gunung Tangkuban Parahu," katanya.
Hendra Gunawan menegaskan, pertanggal 28 Februari 2024 ini, status gunung api aktif Tangkuban Parahu masih berada di level I atau normal.
"Berdasarkan hasil evaluasi secara visual dan instrumental maka tingkat aktivitas Gunung Tangkuban Parahu pada tanggal 28 Februari 2023 pukul 12.00 WIB masih pada Level I," tandasnya.
Gunung Tangkuban Parahu diketahui merupakan gunung api aktif yang berada di wilayah Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat.
Gunung api ini memiliki 9 kawah dengan dua kawah utama berada di area puncak, yaitu Kawah Ratu dan Kawah Upas.
Erupsi Gunung Tangkuban Parahu pada umumnya berupa letusan freatik dari Kawah Ratu. Peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu terakhir terjadi pada tahun 2019.
Fase erupsi dimulai tanggal 26 Juli 2019 pukul 15.48 WIB terjadi erupsi di kawah Ratu dengan ketinggian kolom lumpur bercampur sedikit abu mencapai 200 meter dari dasar kawah, berwarna kelabu tebal kehitaman.
Aktivitas erupsi menerus dan berlanjut teramati hingga tanggal 9 Agustus 2019. Sebaran material pasiran umumnya jatuh kembali ke dalam dasar kawah, sedangkan abu erupsi tersebar di sekitar kawah tergantung arah dan kecepatan angin.