Sukses

Mengenal Revolusi Makanan ala Pelajar Purwakarta, Pilih Bawa Bekal Buatan Ibu Ketimbang Jajan Sembarangan

Pemandangan di setiap sekolah di Kabupaten Purwakarta, sejak 2015 lalu telah berubah. Kini, para pelajarnya lebih pilih bawa bekal ketimbang jajan sembarangan.

Liputan6.com, Purwakarta - Pemkab Purwakarta, Jawa Barat, selama ini menerapkan program unik di sektor pendidikan. Kebijakan itu, merupakan implementasi dari program Pendidikan Berkarakter ‎yang telah digulirkan sejak pertengahan 2014 lalu atau saat Dedi Mulyadi menjabat sebagai bupati di wilayah ini.

Program tersebut juga telah dituangkan dalam Peraturan Bupati nomor 69 tahun 2015 tentang Pendidikan Berkarakter. Salah satu poinnya, yakni mengatur soal kebijakan mengenai revolusi makanan di lingkungan sekolah.

Adapun implementasi dari kebijakan tersebut, yakni mendorong para pelajar, baik yang di tingkat Sekolah Dasar (SD) maupun tingkat sekolah menengah pertama (SMP) untuk membawa bekal makanan dari rumahnya.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta, Purwanto menjelaskan, kebijakan mengenai revolusi makanan ini sengaja dibuat untuk mengubah paradigma mengenai makanan anak. Pihaknya tidak ingin anak selalu diberi uang saku untuk membeli jajanan di sekolah. Karena, jajanan di sekolah belum tentu terjamin kebersihannya.

"Sejak 2015, seluruh sekolah di Purwakarta itu sudah menerapkan kebijakan tersebut. Jangan heran, para siswa saat ini lebih memilih diam di kelas dan menikmati bekal makanan dari rumah masing-masing saat jam istirahat," ujar Purwanto, belum lama ini.

Dulu, kata Purwanto, sebelum diterbitkan peraturan tersebut para pelajar lebih memilih keluar kelas untuk jajan jika bel istirahat berbunyi. Namun, saat ini pemandangan tersebut tak akan dijumpai lagi di sekolah di Kabupaten Purwakarta.

"Daripada jajan sembarangan, lebih baik bawa bekal buatan ibunya sendiri. Karena, makananan tersebut sudah jelas terjamin kehigienisannya," kata dia.

Menurutnya, revolusi makanan ini dampaknya sangat positif. Terutama, bagi anak-anak. Karena, dengan kebijakan seperti ini mereka bisa mendapat asupan makanan yang jauh lebih bergizi dibanding dengan jajan sembarangan di lingkungan sekolah.

Ikhwal adanya rencana mengenai program makan siang gratis, Purwanto pun sangat mengapresiasi. Karena, ini bisa sedikit meringankan beban orangtua yang memang selama ini telah menyiapkan bekal makanan untuk anak-anaknya di sekolah.

Sementara itu, Kepala SDN Ciwangi, Totoh Fatonah menambahkan, pihak sekolah menilai bahwa program makan siang gratis yang digulirkan pemerintah pusat itu merupakan kegiatan yang baik untuk para siswa di sekolah.

"Semoga program tersebut bisa berjalan dengan lancar," harap Totoh.

Meski demikian, ia berharap, program makan gratis itu tidak menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang sudah ada.

"Kami dari pihak sekolah berharap, program ini tidak mengganggu dana BOS yah, tapi bila nanti ada penambahan khusus yang dimasukkan ke bagian dana BOS itu tak apa," katanya.

Karena, menurut Totoh, bila dipaksakan dengan dana BOS tanpa ada penambahan dana untuk makan siang gratis, maka ada program siswa yang dikorbankan.

"Kalau mengambil dari dana bos yang ada, itu kami merasa keberatan, karena dana BOS itu kan untuk operasional. Kalau harus ditambah dengan adanya makan siang gratis nanti malah ada beberapa kegiatan sekolah yang tidak terlaksana," dia memungkasi.