Liputan6.com, Kendari - Banjir Kendari merusak dan merendam sekitar 3.000 rumah warga, Kamis (7/3/2024). Sebanyak 7 kecamatan terdampak banjir paling parah.
Ketujuh kecamatan tersebut yakni, Kecamatan Kendari, Kendari Barat, Mandonga, Puuwatu, Kadia, Baruga dan Wuawua.
Selain merendam rumah warga, ada dua orang korban tewas akibat banjir Kendari. Keduanya yakni Serka Pande Pratama, anggota TNI Korem 143 Halu Oleo yang tewas tersengat listrik. Sedangkan seorang lainnya, Fani, bocah berusia 1,1 tahun yang tewas akibat terperosok di dalam selokan bersama ibunya saat banjir Senin (4/3/2024).Â
Advertisement
Setelah 2 hari bencana banjir, Pemprov Sultra sempat disorot terkait lambatnya penanganan korban bencana banjir. Padahal, sejumlah warga membutuhkan bantuan secepatnya akibat rumah dan perabotan rusak parah terendam banjir.Â
Pada Sabtu (10/3/2024), BPBD Sultra sudah mengeluarkan data terbaru, sebanyak 10 kecamatan dan 24 kelurahan terdampak banjir. Rata-rata, rumah terendam dan sebanyak 5 rumah hanyut dan roboh akibat tanah longsor.
Dua hari setelah bencana banjir, sejumlah pejabat pemerintah provinsi bersama Pj Gubernur Sulawesi Tenggara Andap Budhi Revianto turun langsung ke dua lokasi terparah, Kelurahan Kampung Salo Kecamatan Kendari dan Kelurahan Sanua Kendari Barat.
Pemprov menyerahkan 1.000 paket bantuan darurat ke 10 kecamatan terdampak. Bantuan berupa makanan, obat-obatan, pakaian anak-anak dan orang dewasa, selimut dan matras. Total bantuan mencapai Rp424,48 juta.
Andap Budhi Revianto mengatakan, saat ini pihak pemprov terus mengidentifikasi jumlah korban banjir. Sehingga, bantuan mendesak bagi para korban, bisa disalurkan secara tepat.Â
"Data masih terus bertambah, sebelumnya jumlah warga terdampak mencapai 2.198 orang. Saat ini menghampiri sekitar 3.000 orang," ujar Andap.
Dia mengatakan, pihak Pemprov Sultra juga sudah meminta bantuan BNPB RI untuk ke lapangan. Diketahui, tim BNPB sudah berada di Kota Kendari sejak Jumat (8/3/2024) dan meninjau langsung ke lokasi bencana paling parah.Â
"BNPB akan meng-assesment jumlah korban dan kerusakan infrastruktur agar korban bencana banjir mendapat perhatian langsung dari pusat," ujar Andap.
Dia mengatakan, pihak Pemprov Sultra turun langsung ke lokasi untuk mendata korban banjir. Berdasarkan data ini, pihak Pemprov menyalurkan bantuan yang dianggap mendesak bagi kebutuhan korban banjir Kendari.
"Kami berharap, intensitas hujan tidak bertambah. Kami akan melakukan langkah-langkah normalisasi sungai agar tidak bertambah," kata Andap.
Sekjen KemenkumHAM RI ini enginstruksikan, personil Pemprov turun bisa ke lapangan setiap hari. Tujuannya, membantu warga pada dua titik paling terdampak yakni Kelurahan Sanua dan Kampung Salo untuk membersihkan lumpur dan timbunan material akibat banjir. Mantan Kapolda Sulawesi Tenggara ini berharap, warga bisa beribadah dengan nyaman selama Ramadan 1445 hijriah.Â
Menanggapi ini, Sekda Provinsi Asrun Lio yang memimpin langsung aksi pembersihan, turun langsung ke lapangan. Sebanyak 150 orang personil dari Dinas PUPR, Binamarga, bersama Satpol PP dan Damkar kota Kendari, Relawan, dan mahasiswa UHO. Mereke membantu warga membersihkan sampah dan lumpur di rumah warga termasuk yang menumpuk diruas jalan.Â
Saat ini, posko kesehatan dan dapur umum sudah didirikan bagi korban banjir Kota Kendari. Posko kesehatan bisa diakses para warga yang membutuhkan pertolongan pertama pasca banjir.
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Lambatnya Identifikasi Data Korban Banjir
Sebelumnya, Pemerintah Kota Kendari belum mengantongi jumlah ril data korban banjir hingga Sabtu (9/3/2024) pagi. Diketahui, banjir yang terjadi sejak Rabu (6/3/2024) hingga Kamis (7/3/2024) pagi, merusak dan merendam ribuan rumah pada 7 kecamatan di Kota Kendari.
Ketujuhnya yakni, Kecamatan Kendari, Kendari Barat, Wua-wua, Baruga, Mandonga, Kadia dan Poasia. Dari ketujuhnya, sebagian besar rumah penduduk terendam banjir dan lumpur, sisanya hanyut dan rusak akibat tanah longsor.Â
Data terbaru Pemkot Kendari, ada sebanyak 2.198 unit rumah warga terdampak bencana alam banjir di Kota Kendari hingga Jumat (8/3/2024). Rinciannya, Kecamatan Kendari Barat terdapat sebanyak 563 rumah korban banjir. Lalu, Kecamatan Kendari terdapat 561 rumah. Kemudian, Kecamatan Mandonga 230 rumah.
Pada Kecamatan Puuwatu, ada sebanyak 31 rumah, Kecamatan Kadia 129 rumah, Kecamatan Wuawua 566 rumah, dan Kecamatan Baruga 58 unit rumah.
Sisanya, ada di Kecamatan Poasia sebanyak 13 rumah, Kecamatan Abeli 20 rumah, dan Kecamatan Nambo 27 rumah.Â
Namun, data ini masih merupakan jumlah sementara korban banjir yang dicatat BPBD dan pihak Pemkot.
Hal ini dibenarkan Kepala BPBD Fadli Suparman. Kata dia, pihaknya masih menunggu data salah satu kelurahan lainnya di Kecamatan Kendari Barat yang belum memasukkan data.Â
"Kelurahan Sanua yang paling parah, sampai saat ini belum ada data pasti. Warga masih membersihkan rumah yang terendam banjir," ujar Fadlil Suparman.
Salah satu kelurahan terparah terdampak banjir, Kampung Salo, hingga Jumat (8/3/2024) belum mendata jumlah keseluruhan korban terdampak banjir. Lurah Kampung Salo, Usman mengatakan, pihaknya baru memberikan data perkiraan ke pihak Pemkot Kendari.Â
"Jumlah korban terdampak banjir kami perkirakan bisa pada angka 300 sampai 400. Bisa juga lebih atau kurang, saat ini belum ada data ril," ujar Usman, dihubungi via telepon seluler.Â
Kata Usman, salah satu alasannya yakni warga yang menjadi korban banjir Kendari juga berstatus dari Kepala RT. Sehingga, pihaknya agak kesulitan menghubungi pihak RT yang masih sibuk membantu dan membersihkan rumah usai banjir merendam wilayah itu.Â
Advertisement