Liputan6.com, Yogyakarta - Catur Brata Penyepian merupakan hari suci umat Hindu yang dirayakan setiap Tahun Baru Saka. Tahun ini, masyarakat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi pada Senin, 11 Maret 2024.
Perayaan ini dirayakan sehari setelah tileming kesanga pada 1 Sasih Kedasa. Bagi masyarakat Hindu, Hari Raya Nyepi menjadi momentum yang tepat untuk berdiam di dalam rumah, berdoa, dan mendekatkan diri kepada Tuhan, Sang Hyang Widhi Wasa. Hal itu dilakukan semata-mata untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia) dan Bhuana Agung (alam semesta).
Mengutip dari laman Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, terdapat beberapa aturan saat merayakan Hari Raya Nyepi. Setidaknya ada empat aturan, yaitu amati geni, amati lelanguan, amati lelungan, dan amati karya.
Advertisement
Baca Juga
Amati geni adalah pantangan bagi umat Hindu untuk menyalakan api, listrik, cahaya, atau unsur lain yang identik dengan sifat amarah seperti api. Aturan ini lah yang membuat Hari Raya Nyepi dilaksanakan dengan tanpa sumber listrik demi ketenangan ibadah.
Selanjutnya, amati lelanguan adalah larangan untuk berfoya-foya atau bersenang-senang secara berlebihan saat perayaan Nyepi. Larangan ketiga adalah amati lelungan, yaitu larangan bepergian sekaligus anjuran untuk berdiam di dalam rumah.
Adapun larangan keempat, amati karya, adalah larangan untuk bekerja selama Hari Raya Nyepi. Larangan ini berlaku selama 24 jam.
Larangan-larangan dalam Hari Raya Nyepi ini bertujuan agar dapat tercipta suasana sepi dari hiruk-pikuk kehidupan. Selain itu, juga agar tercipta sepi dari semua nafsu atau keserakahan sifat manusia untuk menyucikan Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit.
Sementara itu, perayaan Hari Raya Nyepi di Bali terdiri dari serangkaian upacara dan ritual. Perayaan Hari Raya Nyepi dimulai dari melasti, tawur kesanga, pengerupukan, nyepi, hingga ngembak geni.
Â
Penulis: Resla