Liputan6.com, Tangerang - Kekerasan seksual merupakan masalah yang sering terjadi di perguruan tinggi berbagai negara, termasuk Indonesia. Kekerasan seksual di perguruan tinggi bisa mencakup berbagai perilaku, seperti pelecehan seksual, pemaksaan hubungan seksual, pelecehan verbal, dan tindakan-tindakan lain melibatkan unsur seksual yang tidak diinginkan.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) per Juli 2023, terjadi 65 kasus kekerasan seksual di lingkungan pendidikan tinggi. Hal ini tentunya patut menjadi perhatian bagi setiap pihak, terutama institusi pendidikan.
Menindaklanjuti fenomena tersebut dan untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman, Universitas Pelita Harapan (UPH) turut berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran dan mengatasi kekerasan seksual. Kampus tersebut pun, menyelenggarakan kegiatan Deklarasi UPH Bebas dari Kekerasan Seksual yang merupakan bagian dari rangkaian acara Pre-Event Elefaith (Elevating Faith) 2024, pada Kamis, 7 Maret 2024, di UPH Kampus Lippo Village, Kabupaten Tangerang.
Advertisement
Mengusung tema “Empowering UPH Community to Stand Against Sexual Harassment”, acara ini kolaborasi antara Departemen Student Life UPH, Student Development & Alumni Relations (SDAR) UPH, Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS) UPH, organisasi kKemahasiswaan, Unit Layanan Mahasiswa (ULM), dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).
Acara ini juga diikuti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UPH, Ambassadors of UPH, serta unit fakultas, Unit Layanan dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Kegiatan ini bertujuan untuk mendorong masyarakat dan komunitas kampus di UPH agar terlibat dalam mencegah kekerasan seksual.
Hendra Thamrindinata, selaku Associate Provost for Faith and Learning Integration UPH mengatakan, gerakan yang dilakukan oleh para mahasiswa UPH ini sangat penting untuk mencegah kekerasan seksual di kampus.
“Kami dari rektorat mendukung 100 persen kampanye yang dimulai dari kalangan mahasiswa. Gerakan tidak harus selalu dari atas, tetapi juga bisa dari bawah supaya semakin meningkatkan kepedulian dari mahasiswa itu sendiri. UPH menyambut baik kegiatan ini dan berharap semakin banyak mahasiswa yang bersimpati dan ikut mendukung kampanye anti kekerasan seksual melalui kegiatan Elefaith ini,” katanya.
Sementara itu, Dominique Dolpin selaku Koordinator Social Campaign Elefaith 2024 menyampaikan, kegiatan Deklarasi UPH Bebas dari Kekerasan Seksual ini sangat penting dilakukan, lantaran kekerasan seksual masih dipandang sebelah mata oleh banyak orang. Selain itu, masih banyak korban kekerasan seksual yang merasa takut untuk mengekspresikan bahwa mereka adalah korban.
Dengan adanya deklarasi tersebut, juga menunjukkan bahwa seluruh komunitas di UPH bisa menjadi garda terdepan dalam mengatasi kekerasan seksual.
“Kami berharap teman-teman mahasiswa, dosen, dan juga para staf di UPH mempunyai kesadaran bahwa kekerasan seksual sangat bisa terjadi di sekitar kita. Kita sebagai komunitas harus bergandengan tangan untuk menghadapi dan mengawal kekerasan seksual yang terjadi di sekitar kita,” ujar mahasiswi dari Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi UPH itu.
Selain deklarasi, acara ini juga menghadirkan penampilan musik dan tarian dari sejumlah UKM UPH, sehingga, mahasiswa UPH tidak hanya mendapatkan pendidikan dalam bidang akademik, tetapi juga secara holistik dipersiapkan untuk memiliki karakter yang benar.
Baca Juga