Sukses

Surat dari Nduga, Sebuah Cerita Tentang Gereja, Anak-Anak, dan Tentara

Prajurit TNI Yonif 411/Pandawa Kostrad tidak melulu bertempur dan memburu kelompok kriminal yang menggangu masyarakat, mereka justru lebih banyak menginspirasi masyarakat agar berani memiliki harapan terhadap masa depan.

Liputan6.com, Nduga - Namanya Tian. Ia masih bersekolah kelas empat di sebuah SD di kota Kenyam, ibu kota kabupaten Nduga, Papua Pegunungan. Setiap hari ia berjalan kaki tanpa sepatu menuju sekolahnya.

Tian setiap hari melewati Pos Komando Yonif 411/Pandawa Kostrad. Sesekali ia melirik ke dalam pos. Pandangannya seperti membayangkan bahwa ia tak memiliki masa depan akibat gangguan keamanan. 

Suatu ketika saat melintas di depan posko itu, ia dipanggil dan dihampiri seorang prajurit Kostrad. Ia berhenti. Barangkali khawatir jika diminta sesuatu yang tak dikuasai.

"Namanya siapa?" sapa sang TNI, belakangan diketahui bernama Dian Saputra, prajurit TNI berpangkat Praka.

"Tian," jawabnya seperti takut.

Tak disangka, Praka Dian merogoh sakunya dan mengeluarkan lembaran uang puluhan ribu. 

"Ini abang kasih uang saku. Yang semangat belajar ya, biar pintar," kata Praka Dian.

Tian mengangsurkan tangannya, menerima uang itu dan berterimakasih. Kemudian ia melanjutkan perjalanan ke sekolah.

Pemandangan seperti itu, menjadi pemandangan sehari-hari. Akhirnya anak-anak itu banyak yang kemudian bermain di posko. Melihat ini, Letkol Subandi, Dansatgas Mobile Yonif 411/Pandawa Kostrad kemudian berinisiatif menjadikan posko sebagai tempat bermain.

Dibuatlah pondok pintar lengkap dengan segala macam bacaan anak-anak dan juga mainan anak-anak. Ia juga mengubah nama posko menjadi Posko Senyum. 

2 dari 3 halaman

Konflik Selalu Menimbulkan Korban

Yonif 411/Pandawa Kostrad ditugaskan di Kenyam kabupaten Nduga untuk menjaga keamanan dan ketenangan warga. Pasukan yang bermarkas di Salatiga ini total ditugaskan selama 9 bulan.

Selama 9 bulan bertugas, banyak pertempuran yang dilewati. Utamanya adalah kelompok bersenjata yang menggangu keamanan, kenyamanan, dan ketenangan masyarakat Nduga.

Pertempuran itu membawa korban jiwa. Baik anggota TNI, maupun kelompok kriminal. Data dari TNI menyebut ada 4 prajurit yang gugur. Sementara dari kelompok bersenjata yang dipimpin Egianus Kogoya meninggal 15 orang.

Dansatgas mobile Yonif 411/Pandawa Kostrad, Letkol Subandi menyebut, korban itu sangat merugikan. Bukan hanya merugikan TNI, namun juga masyarakat.

"Jika bisa berdialog, tak perlu ada korban jiwa. Dari para pengganggu keamanan, jelas rugi karena mereka juga punya keluarga yang juga warga masyarakat. Secara pribadi saya berharap konflik segera berhenti untuk mencegah jatuhnya korban lagi," kata Letkol Subandi.

Itu pula yang membuat Letkol Subandi mati-matian meraih kepercayaan publik. Program bakti sosial, program memajukan hidup masyarakat menjadi andalannya.

Puncaknya, ketika ia merencanakan membangun dua gedung gereja bagi warga Nduga. Hal yang tampak mudah jika ada uangnya.

"Tapi tak seperti itu. Kesulitan jauh lebih tinggi. Kami harus mendatangkan material dengan jarak ribuan kilometer menggunakan jalur laut," kata Letkol Subandi.

Kesulitan lainnya, menjaga kualitas material bangunan tidak rusak di perjalanan hingga kewaspadaan menjaga keselamatan material itu dari pengganggu keamanan selama perjalanan darat yang harus menembus hutan.

3 dari 3 halaman

Anak-anak, Gereja dan Air Mata Warga

Gereja dibangun dengan kilat. Tak ada tukang bangunan yang bisa dibayar untuk membangun. Maka, para tentara ini meletakkan senjata dan fokus membangun dua gedung gereja.

"Ini dimulai akhir November 2023. Targetnya bisa untuk merayakan natal warga. Dua gereja ini untuk umat Kristen dan umat Katolik. Syukurlah teman-teman di pasukan banyak yang bekerja di luar nalar. Bahkan demi mengejar target, mereka lembur tanpa ada perintah dari komandannya. Saya sebagai komandan sampai terharu melihat kesungguhan teman-teman dan hanya bisa meminta untuk tetap menjaga semangat dan kesehatan," kata Letkol Subandi.

Target tercapai. Warga Nduga benar-benar merasa terbantu bisa merayakan natal di gereja. Menjelang mengakhiri masa tugas, gereja itu diserahkan kepada masyarakat secara resmi.

Ketua Lembaga Masyarakat Adat Nduga, Jhon Beon menyebut bahwa ia mewakili masyarakat mengaku bahwa pihaknya benar-benar ditunjukkan fakta bahwa kehadiran TNI sangat bermanfaat.

"Saya seperti diberi pemahaman baru bahwa kehadiran TNI disini bukan sekadar bertempur. Yonif 411/Pandawa Kostrad berbeda. Terimakasih untuk komandan membuat kami lebih percaya dan lebih aktif dengan kemanunggalan TNI dan rakyat," kata Jhon Beon.

Disampaikan juga dengan kemanunggalan itu, anak-anak juga tidak takut bergaul dengan TNI. 

"Anak-anak seperti lebih punya harapan terhadap hidup mereka di masa depan. Anak-anak ini hanya butuh keamanan, kenyamanan, dan ketenangan untuk bisa mewujudkan Nduga di masa depan sejajar dengan kota-kota lain," kata Jhon Beon.

Yang disampaikan Jhon Beon bukan mengada-ada. Persahabatan anak-anak Nduga dengan prajurit TNI adalah pemandangan baru. Seperti keakraban antara Prada Firman Darmawan dan Dason Lokbere yang fotonya dipasang di bagian atas tulisan ini.

Tak mudah bagi Prada Firman mendapatkan baret hijau Kostrad. Banyak ujian yang harus dilalui. Tapi dengan ikhlas dan niat membuat Dason tersenyum dan bisa percaya diri, Prada Firman memakaikan baretnya kepada Dason. Wa..wa...wa (terima kasih).