Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Emang Ada Rasanya? Anda Perlu Tahu Penjelasan Ilmiah Aroma Miss V

Sama seperti bau, rasa Miss V juga bermacam-macam.

Liputan6.com, Bandung - Mungkin Anda sudah sedikit banyak tahu tentang aroma vagina. Organ intim tersebut memang beraroma khas, dan beberapa di antaranya bisa menunjukkan normal tidaknya kondisi Miss V.

Lalu, bagaimana dengan rasa vagina? Sudahkah Anda memahami hal tersebut? Sama seperti bau, rasa Miss V juga bermacam-macam.

Dicuplik dari laman Klik Dokter, Jumat, 15 Maret 2024, rasa tersebut sangat bergantung dari flora normal, kebersihan, makanan yang dikonsumsi, serta pH-nya sendiri.

Adapun ragam jenis rasa vagina dan penyebab yang perlu Anda ketahui, yaitu:

1. Rasa Logam

Vagina merupakan saluran internal yang secara alami bersifat asam. Dengan sifat asamnya itu, organ intim mampu menyeimbangkan jumlah bakteri yang berkembang di area tersebut.

Keasaman alami itu bisa diartikan menjadi beberapa rasa yang lebih kuat. Sebagian orang menggambarkan ini sebagai rasa logam.

Bahkan, mengutip dari Healthline, ada juga yang menggambarkan rasa vagina seperti rasa baterai!

Rasa logam pada vagina biasanya disebabkan oleh siklus haid yang baru selesai. Kemungkinan, sejumlah kecil darah masih berada di sekitar vagina Anda.

Darah itu sendiri secara alami memang punya cita rasa logam, karena adanya kandungan zat besi.

Perlu diwaspadai jika rasa cairan vagina Anda seperti logam namun dialami jauh di luar siklus menstruasi.

2. Rasa Asin

Rasa asin ini berasal dari keringat yang dikeluarkan oleh tubuh. Jika Anda habis melakukan aktivitas fisik atau berada di lingkungan yang cukup panas, produksi keringat akan lebih banyak, tak terkecuali di bagian vagina.

Karena bentuk vagina yang kompleks, keringat tidak dengan mudah meninggalkan area tersebut.

Alhasil, cairan tubuh yang mengandung garam itu terjebak di dalamnya dan membuat rasa cairan Miss V asin.

Selain dari keringat, sisa urine setelah buang air kecil juga dapat membuat organ intim Anda semakin asin.

3. Rasa Asam

Perlu diingat bahwa pH vagina yang normal adalah 3,5 (bersifat asam). Dengan demikian, tanpa adanya campuran keringat, rasa alami dari cairan Miss V adalah asam.

Nah, saat berhubungan seksual, lendir yang sedari awal sudah ada akan bercampur lagi dengan lendir baru yang dihasilkan oleh rangsangan seksual.

Ditambah dengan keringat akibat pergerakan, rasa vagina pun akan berubah dari yang benar-benar asam menjadi asin.

4. Rasa Buah yang Terlalu Matang

Siapa sangka bahwa vulva bisa memberikan rasa seperti buah matang?

Normalnya, vagina tidak terasa manis atau seperti buah yang terlalu matang. Jika hal itu sampai terjadi, kemungkinan penyebabnya ada dua.

Pertama, Anda memang dengan sengaja memberikan “sesuatu” di dalam organ intim. Kedua, terjadi infeksi bakteri pada organ intim.

5. Rasa yang Sangat Menusuk, Termasuk Pahit

Untuk rasa vagina yang satu ini memang cukup sulit untuk digambarkan. Yang jelas, rasanya seperti campur aduk dan sangat menyengat di lidah.

Jika hal tersebut sampai terjadi, maka kemungkinan besar pH alami Miss V sedang terganggu.

Hati-hati dengan kondisi pH yang tidak seimbang. Risiko untuk terkena peradangan, iritasi, dan infeksi akan semakin tinggi.

Rasa menyengat yang cenderung amis bisa menjadi tanda infeksi pada vagina. Salah satu infeksi yang paling sering, yaitu vaginosis bakterialis, yang dapat menyebabkan vagina berubah warna menjadi kekuningan dan berbau amis.

Selain itu, penyakit trikomoniasis juga merupakan infeksi menular seksual yang menyebabkan cairan vagina berbau seperti ikan mati.

Apabila kamu dan pasangan merasakan bau yang menusuk, sudah saatnya konsultasikan masalahnya kepada spesialis ginekolog. Dokter akan membantu menemukan penyebabnya dan memberikan pengobatan yang sesuai.

Beberapa makanan bisa berpengaruh terhadap rasa vagina (lebih menyengat), meski pengaruhnya tidak besar. Contohnya asparagus, kari, dan minuman beralkohol.

Jika Anda mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebih dan sekaligus perokok berat, vagina bisa terasa pahit atau seperti makanan basi.

Lalu, perlukah vagina diberikan pewangi? Vagina sebenarnya sudah dapat menjaga pH dengan sendirinya, sehingga tidak memerlukan perawatan tertentu.

Namun, apabila muncul bau yang menusuk, sebaiknya segera konsultasikan kepada dokter dan hindari menggunakan semprotan pewangi untuk menutupinya.

Sabun, gel, dan pembersih kewanitaan terkadang malah dapat mengganggu pH normal vagina dan menyebabkan peningkatan perkembangan bakteri.

Selain itu, tidak terdapat penelitian yang valid yang menyatakan bahwa wanita dapat mengganti rasa vaginanya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 4 halaman

Anatomi Vagina

Vagina adalah saluran yang menghubungkan rahim dan leher rahim ke luar tubuh. Melalui saluran ini, wanita akan mengeluarkan darah haid atau menstruasi.

Selain itu, vagina juga berperan sebagai tempat keluarnya janin saat proses persalinan dan masuknya penis saat berhubungan seksual.

"Tak hanya vagina, sistem reproduksi wanita terdiri atas berbagai organ lain," ujar dr. Kevin Adrian dicuplik dari laman Alo Dokter. Berikut ini adalah beberapa jenis organ yang ada di sekitar vagina beserta fungsinya:

Vulva

Vulva merupakan bagian dari sistem reproduksi wanita yang terletak paling luar dan berperan penting dalam melindungi bagian dalam vagina.

Vulva terdiri atas beberapa bagian, yaitu bukaan atau liang vagina, labia atau bibir vagina, dan klitoris.

Pada bukaan vagina terdapat lapisan tipis yang disebut selaput dara. Lapisan ini dapat robek karena aktivitas fisik yang berlebihan atau saat berhubungan seksual.

Bibir vagina

Labia atau bibir vagina berbentuk menyerupai lipatan yang melindungi area kewanitaan dari kuman. Labia terdiri dari dua bagian, yaitu labia mayora dan labia minora.

Labia mayora merupakan bagian terluar dari bibir vagina yang ditumbuhi oleh rambut kemaluan.

Sementara itu, labia minora adalah lipatan jaringan lemak yang terdapat di bagian dalam bibir vagina dengan klitoris di bagian ujung atasnya.

Klitoris

Klitoris adalah area tubuh wanita yang paling sensitif terhadap rangsangan seksual. Ukuran klitoris sangat kecil atau kurang lebih sebesar kacang polong dan terletak di antara dua labia minora.

Klitoris juga ditutupi oleh bagian lipatan kulit yang disebut dengan preputium. Ukuran klitoris rata-rata sepanjang 1,5–2 cm pada wanita dewasa.

Kelenjar Bartholin

Kelenjar Bartholin adalah sepasang organ kecil yang terletak di bawah lipatan bibir vagina. Kelenjar ini menghasilkan pelumas atau cairan untuk melembapkan dan melumasi bagian luar vagina.

Serviks

Serviks atau leher rahim adalah bagian reproduksi wanita yang menghubungkan antara vagina dan rahim. Dalam kondisi normal, serviks akan tertutup. Namun, saat proses persalinan dan menstruasi, serviks akan terbuka.

 

3 dari 4 halaman

Perubahan dan Keluhan yang Dapat Terjadi pada Vagina

Menjaga kebersihan vagina dan organ di sekitarnya sangatlah penting dilakukan. Jika tidak, ada beberapa kondisi atau keluhan yang dapat terjadi, di antaranya:

1. Keluarnya cairan tidak normal dari vagina

Keluarnya cairan dari vagina, seperti darah menstruasi dan keputihan, umum terjadi pada setiap wanita. Namun, bila cairan yang keluar berwarna kuning atau hijau, bertekstur pekat, dan berbau tidak sedap, maka Anda perlu waspada.

Keluarnya cairan tersebut bisa terjadi akibat infeksi bakteri, jamur, atau parasit. Jika Anda mengalami keluhan ini, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

2. Vagina lebih longgar

Vagina bisa terasa lebih longgar atau lebar dari sebelumnya. Hal ini umum terjadi pada wanita setelah menjalani proses persalinan, terutama setelah melalui persalinan secara normal. Ukuran vagina yang melebar ini kemungkinan sulit untuk bisa kembali ke ukurannya semula.

Namun, Anda bisa melakukan senam Kegel untuk menjaga kekuatan otot vagina agar terasa lebih kencang. Selain itu, operasi pada vagina juga bisa membuat vagina kembali rapat.

3. Vagina kering

Keluhan vagina kering kerap dialami oleh wanita setelah masa melahirkan atau saat menyusui. Hal ini terjadi karena menurunnya hormon estrogen. Namun, keluhan vagina kering akan mereda setelah masa menstruasi kembali normal.

Apabila keluhan vagina kering masih dialami setelah menstruasi berlangsung normal dan mengganggu aktivitas seksual Anda, segera konsultasikan ked dokter. Keluhan vagina kering juga sering terjadi pada wanita yang memasuki masa menopause.

4. Nyeri perineum

Nyeri perineum adalah keluhan rasa sakit pada area sekitar vagina, tepatnya di bagian antara vagina dan anus. Nyeri pada perineum umumnya dirasakan oleh wanita selama dan setelah melahirkan.

Keluhan ini bisa diatasi dengan beberapa cara, seperti melakukan pijat perineum, memberi kompres dingin pada perineum, serta menggunakan obat-obatan pereda nyeri sesuai anjuran dokter.

5. Nyeri atau perih saat berhubungan seksual

Rasa sakit saat berhubungan seksual dapat disebabkan oleh berbagai hal. Sakit saat berhubungan intim bisa hanya sementara atau bisa juga terjadi secara berulang untuk waktu yang lama. Kondisi ini disebut dispareunia.

Dalam banyak kasus, sakit ketika berhubungan seksual biasanya disebabkan oleh kurangnya cairan pelumas, sehingga membuat vagina kering.

Namun, kondisi ini terkadang juga bisa disebabkan oleh kondisi lain, seperti iritasi atau infeksi pada vagina, stres berlebihan, atau rasa takut untuk berhubungan seksual yang pada beberapa kondisi bisa menyebabkan terjadinya gancet.

Jika keluhan tersebut tidak kunjung reda hingga mengganggu kepuasan seksual Anda dan pasangan, sebaiknya konsultasikan masalah tersebut ke dokter.

4 dari 4 halaman

Bakteri Baik Berperan Penting dalam Menjaga Kesehatan Vagina

Adrian mengatakan ada banyak bakteri baik di dalam vagina yang berfungsi melindungi vagina dari infeksi dan peradangan. Beberapa fungsi dari bakteri baik tersebut meliputi:

- Menjaga keseimbangan pH atau tingkat keasaman vagina pada kadar rendah (kurang dari 4,5)

- Memproduksi antibiotik alami bernama bakteriosin untuk mengurangi dan membunuh bakteri jahat yang masuk ke vagina

- Menghasilkan zat yang dapat mencegah kerusakan dinding vagina akibat bakteri, parasit, atau jamur

Jika keseimbangan bakteri baik pada vagina terganggu, hal ini dapat memicu terjadinya infeksi dan peradangan, misalnya penyakit infeksi jamur vagina dan vaginosis bakterialis.

"Untuk menjaga keseimbangan bakteri baik dan pH pada vagina, perlu menjaga kesehatan organ intim dengan rutin membersihkan vagina," jelas Adrian.

Saat membersihkan vagina, hindari pemakaian sabun yang mengandung antibakteri atau pewangi dan produk pembersih kewanitaan.

Selain itu, Anda dapat menjaga organ reproduksi Anda dengan menjalani perilaku seks yang aman dan sehat, misalnya dengan menggunakan kondom saat berhubungan intim dan tidak berganti pasangan seksual.

Anda juga perlu rutin melakukan pemeriksaan kesehatan ke dokter untuk menjaga kesehatan vagina dan organ intim Anda yang lainnya. Jika perlu, dokter akan menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan Pap smear.

"Vagina yang terjaga kebersihan dan kesehatannya akan membuat merasa nyaman," kata Adrian.

Namun, bila Anda mengalami keluhan pada vagina, misalnya keluar darah dari vagina di luar masa haid, keputihan yang berbau tidak sedap, atau vagina terasa gatal dan perih, segera periksakan diri ke dokter.