Liputan6.com, Medan Presiden Joko Widodo atau Jokowi tengah fokus mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif di 5 wisata terpadu super prioritas di Indonesia, atau yang disebut 5 Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP).
Ke-5 DPSP yang menjadi fokus Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) adalah Danau Toba, Likupang, Borobudur, Mandalika, dan Labuan Bajo.
Objek-objek wisata tersebut dikenal memiliki keunikan tersendiri dan panorama alam yang mampu menarik para turis lokal, Asia Tenggara, mancanegara, hingga turis dari berbagai negara di dunia.
Advertisement
Baca Juga
Soal Danau Toba di Sumatera Utara (Sumut), Kemenparekraf menjadikannya sebagai ikon baru pariwisata Indonesia berbasis keindahan alam. Hal ini dikarenakan Danau Toba sebagai keajaiban di dunia benar-benar sangat menakjubkan.
Danau Toba memiliki luas kurang lebih 1.145 Kilometer (Km) persegi, dengan kedalaman 450 meter. Danau Toba merupakan danau terbesar di Asia Tenggara, terdalam, dan salah satu danau vulkanik terluas di dunia.
Untuk pengembangan Danau Toba sebagai salah satu DPSP, dirancang suatu lembaga khusus untuk mempercepat pengembangan Danau Toba menjadi tujuan pariwisata prioritas Indonesia, yaitu Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT).
Badan ini merupakan satuan kerja di bawah Kemenparekraf dan melakukan koordinasi di bawah Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman. BPODT dibentuk melalui Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2016 untuk melaksanakan pengembangan Kawasan Pariwisata Danau Toba sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba.
Pembentukan BPODT memberikan hak pengelolaan setidaknya 500 hektare lahan untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata terpadu yang dikelola secara profesional, untuk mengimplementasikan fungsi otoritatif lembaga ini.
Selain fungsi otoritatif, BPODT juga ditugaskan untuk menjalankan fungsi koordinatif yang secara aktif berkoordinasi dengan Kementerian dan Lembaga terkait, baik pemerintah pusat, maupun pemerintah daerah dari 8 kabupaten di sekitar Danau Toba.
BPODT bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. Kini, BPODT dipimpin oleh Jimmy Bernando Panjaitan selaku Direktur Utama (Dirut). Jimmy menjabat Dirut BPODT sejak Maret 2021.
Hingga saat ini, di bawah kepemimpinan Jimmy, Danau Toba terus bergerak untuk menggaet para investor sebagai upaya mewujudkan capaian-capaian yang telah dirancang, serta merealisasikan target kunjungan wisatawan.
Dalam jumpa pers awal tahun dengan berbagai media di Kantor BPODT, Desa Pardamean Sibisa, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba, Sumut, Selasa, 20 Februari 2024, Jimmy menjelaskan, pihaknya terus memperkenalkan Danau Toba ke pasar pariwisata Indonesia, juga pasar besar pariwisata dunia.
"Danau Toba adalah danau vulkanik terbesar dan terdalam sedunia, dan ada di Sumut. Ditambah lagi dari letusan terbesar sepanjang sejarah dunia. Dan semua terkagum-kagum ingin datang," kata Jimmy.
Keunikan lainnya, sambung Jimmy, Danau Toba terletak 900 Meter Dari Permukaan Laut (MDPL), sehingga udaranya sejuk, dan luasnya sekitar 4 kali Negara Singapura. BahkantTercatat sebagai UNESCO Global Geoparks.
Letak Danau Toba sangat strategis, dekat dengan Thaliland, Malaysia, Singapura. Dilihat dari sisi letak, tentunya Bali lebih jauh dari Danau Toba. Semua penerbangan kurang dari 2 jam. Belum lagi, Pemerintah Indonesia menetapkan Bandara Kualanamu di Kabupaten Deli Serdang, Sumut, sebagai Internasional Hub.
"Artinya, potensi untuk dikunjungi lebih besar, karena dekat dengan negara-negara yang selama ini jadi lokasi kunjungan wisata. Itu tadi, dekat dengan Thailand, Malaysia, dan Singapura," sebutnya.
Pintu Dibuka Lebar untuk Danau Toba
Dengan dijadikannya Bandara Kualanamu sebagai Internasional Hub, dan adanya Bandara Silangit di Kabupaten Tapanuli Utara, tentunya pintu sudah dibukakan lebar untuk Danau Toba, baik dari sisi untuk menggaet wisatawan, maupun juga investasi.
"Maka, perlu event internasional. Tahun ini (2024) ada beberapa event internasional yang sebelumnya juga sudah berlangsung. Tahun ini akan dilanjutkan," Jimmy menuturkan.
Diakui Jimmy, pandangan masyarakat internasional ke Danau Toba juga sudah membaik, berkat event-event internasional. Contoh di Balige, muncul kafe-kafe baru, hotel-hotel baru. Ini bukti dampak dari event-event internasional.
"Pada 2021 ada kunjungan wisatawan ke seluruh kabupaten di Danau Toba sebanyak 5 juta, 2022 naik 7 juta, dan harapannya 2023 naik," ujarnya.
Jimmy juga mengatakan, kebutuhan hotel dan destinasi wisata di kawasan Danau Toba meningkat. Di Parapat saat ini jauh lebih hidup, kalau Sabtu-Minggu dulu sepi, sekarang di hari biasa saja sudah ramai.
"Semua hal-hal baik ini perlu diketahui," ujarnya lagi.
Advertisement
Pengembangan Toba Caldera Resort
Khusus di Toba Caldera Resort yang berada di Kecamatan Ajibata, Toba, diterangkan Jimmy, BPODT mengelola lahan seluas 386 hektare, yang berdasarkan master plan atau sketsa tata ruang perencanaan utama ada 39 lot akan ditawarkan ke investor lokal, nasional, dan internasional.
"Ada indoor, outdoor, dan macam-macam, masih banyak lagi, untuk menarik wisatawan datang. Harapannya, wisatawan bisa berhari-hari datang ke sini, Danau Toba," ucapnya.
Pada Desember 2022, dilakukan groundbreaking pembangunan hotel bintang 5 yang berada di lahan otoritartif BPODT oleh Labersa Group, bernilai sekitar Rp 600 miliar. Hotel nantinya mampu menarik perhatian dari wisatawan nusantara dan mancanegara.
Sejak Juli 2021, di kawasan Toba Caldera Resort telah berdiri penginapan Bobocabin Kaldera Toba, milik Bobobox sebanyak 12 kabin. Selain itu, BPODT juga sudah bekerja sama beberapa investor, selain PT Labersa Hutahaean untuk pengembangan Hotel Bintang 5, juga dengan PT Tobanta Nauli Indah untuk pengembangan Family Hotel.
Apalagi, Toba Caldera Resort terintegarsi semua, sehingga wisatawan dapat menikmati suasana dan kegiatan yang ada. Diharapkan, sekali datang, wisatawan bisa liburan sampai seminggu. Sebab, akses darat dekat, dan bandara juga dekat.
Jika dari wisatawan masuk dari Bandara Kualanamu, bisa masuk tol hanya sekitar 2 jam. Apalagi, saat ini Bandara Sibisa sedang dibangun dan diharapkan bisa segera beroperasi, karena hanya 5 menit dari Toba Caldera Resort. Kapal feri juga ada, sudah diperbaiki, dan tiket sudah bisa beli online.
Sampai sekarang ini, tol sudah sampai Sinaksak. Dari Medan ke Siantar sekitar 1 jam. Ditotal dari Medan sampai Parapat 2 jam setengah jika tol diresmikan. Ada lagi rencana dari Parapat sampai Sibisa. Kalau itu terwujud, dari Medan sampai Toba Caldera Resort hanya 1 jam setengah.
"Mungkin, suatu hari orang-orang bisa sarapan di Medan, makan siang di Toba Caldera Resort dan sore bisa balik lagi ke Medan. Besar sekali peluangnya. Nanti, setelah lot penuh, bisa 21 ribu wisatawan per hari. 7 ribu menginap, 14 ribu pulang pergi. Ini untuk di Toba Caldera Resort yang kita kelola," paparnya.
Dipaparkan Jimmy, kunjungan wisatawan di Toba Caldera Resort sepanjang Januari hingga Desember 2023 sebanyak 286.573. Target BPODT di 2024, pengunjung 300.000 orang.
Selain menargetkan jumlah kunjungan wisatawan, BPODT juga merancang strategi meningkatkan investasi, meningkatkan kinerja, dan mendorong pengembangan pariwisata berkelanjutan di Danau Toba.
"Ada 2 groundbreaking di 2024, event dibanyaki, event internasional juga. Serta mengembangkan produk unggulan, ataupun narasi pemasaran Danau Toba," sebutnya.
Optimis Peluang Investasi Meningkat
Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan BPODT, Raja Malem Tarigan mengeaskan, pihaknya optimis ke depan peluang investasi akan terus meningkat dan semakin menarik bagi para calon investor.
Diungkapkannya, untuk 2024, BPODT berencana melaksanakan 2 groundbreaking investor. Masing-masing 1 investor di semester 1 dan semester 2. Pada Desember 2023 lalu, BPODT sudah menetapkan pemenang tender pengelolaan CV-04 untuk pengembangan Mixed-Use Village.
"Di lot tersebut akan disediakan pusat kuliner, pusat belanja, spot foto, outbond area, dan atraksi pendukung lainnya," ungkapnya.
Investor yang akan mengerjakan Mix-use Village ini developer dari Jakarta bernama PT Mitra Jaya Realty, yang sudah berpengalaman membangun kawasan perumahan dan tower apartemen.
"Saat ini kami dalam tahap finalisasi desain dan rencana tahapan pembangunan Mixed-Use Village seluas 7,4 Hektare. Diharapkan akan bisa groundbreaking bulan Maret, paling lama April tahun ini," Raja menerangkan.
Selain itu, BPODT akan mengadakan Tender Pendayagunaan Aset untuk lot SR-08 (Lake View Resort) pada semester I tahun 2024, dan sedang dalam penjajakan calon investor yang akan ikut dalam tender.
Lake View Resort ini adalah kawasan di ujung North Ridge District atau kawasan bagian selatan Toba Caldera Resort yang diperuntukkan untuk villa dengan kapasitas 40-60 kamar dengan luas 5 hektare.
BPODT intensif melakukan diskusi dengan salah satu investor. Bahkan investornya sudah mengirimkan arsitek untuk mulai mendesain kawasannya.
"Villa-villa ini nanti akan didesain dengan rumah adat masing-masing Puak Batak," Raja menerangkan.
Advertisement
Episentrum Aktivitas Luar Ruangan
Direktur Pemasaran Pariwisata BPODT, Wahyu Dito Galih Indharto menerangkan, di 2024 mencoba mengangkat event sebagai alat pomosi dan pemasaran untuk menarik wisatawan domestik dan mancanegara.
Salah satunya adalah perhelatan Trail of The Kings (TOTK) Zero Edition yang diadakan 4 dan 5 Mei 2024 di Pulau Samosir, Danau Toba, Sumut. Acara yang diinisiasi dengan menggandeng Creation Sport Division sebagai Organizer ini akan menghadirkan rangkaian kegiatan untuk mempromosikan pariwisata alam, sejarah dan kebudayaan lokal di kawasan Danau Toba.
TOTK adalah kompetisi trail run (lari lintas alam) yang diharapkan akan menarik 1.500 peserta baik dari dalam dan luar negeri. Kategori perlombaan akan dibedakan berdasarkan jarak rute, dimulai dari kategori Fun Run sejauh 5 kilometer dan 10 kilometer, Trail Run 27 kilometer, hingga Ultra Trail Run 50 kilometer.
Melalui pengalaman lari di alam yang keindahan dan kemegahannya menakjubkan, TOTK juga akan memperkenalkan sejarah dan warisan kebudayaan suku Batak yang kaya kepada para peserta dan pengunjung dari dalam dan luar negeri.
"Diharapkan Danau Toba jadi episentrum aktivitas di luar ruangan," ujarnya.
Kemudian, BPODT akan mengembangan 2 subsektor Ekonomi Kreatif (Ekraf), seni musik dan pertunjukan, didukung subsektor kriya dan kuliner. Tentunya, subsektor ini akan dirangkai dalam Calender of Event di Danau Toba.
Diterangkan Wahyu, Calender of Event Toba Caldera Resort pada 2024 ada 10, yaitu MarendeFest, Harmony Festival, Liburan Lebaran, TVR Vollet Ball Open Tournament, Liburan Sekolah, TCR Football Cup, Lapo to Lapo, Toba Caldera Jazz Festival, Endorphines Festival, dan Liburan Nataru “Toba Food Festival”.
Dimulai dari 1 Maret hingga 31 Desember 2024, event tidak hanya peningkatan wisatawan, tapi juga peningkatan kualitas hubungan yang baik dengan masyarakat di sekitar Toba Caldera Resort, serta memperkenalkan dan menjaga budaya dan adat istiadat masyarakat.
"Ke depan, BPODT juga akan terus menambah atraksi-atraksi menarik untuk meningkatkan pengalaman wisata para pengunjung dan mendukung pariwisata di Kawasan Danau Toba," bebernya.
Optimalisasi Sumber Daya Alam
Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, dimintai pandangannya terkait posisi Danau Toba sebagai salah satu DPSP, mengatakan, optimalisasi sumber daya alam yang dimiliki untuk mendorong pertumbuhan ekonomi seyogyanya dilakukan secara terus menerus.
"Kita jangan selamanya bergantung pada industrialisasi komoditas unggulan tanah air. Namun, sumber pertumbuhan ekonomi baru perlu diciptakan, sehingga fundamental ekonomi menjadi lebih kuat," kata Gunawan kepada Liputan6.com, Selasa (19/3/2024).
Dikatakan Gunawan, sektor pariwisata bisa menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru. Upaya yang dilakukan dalam ragam promosi di luar negeri merupakan upaya pengembangan kawasan wisata yang patut diapresiasi.
Upaya tersebut akan lebih mendekatkan wisatawan mancanegara untuk lebih mengenal sejumlah destinasi wisata di Tanah Air, salah satunya Danau Toba. Targetnya, tingkat kunjungan wisatawan mengalami peningkatan, dan devisanya menjadi motor penggerak ekonomi.
Seberapa efektif kebijakan tersebut nantinya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi? Tentunya tidak bisa dihitung secara instan. Justru butuh investasi besar di awal sebagai saranan promosi, dan hasil atau dampaknya ke pusat wisata, dalam hal ini Danau Toba, akan dirasakan kemudian.
Gunawan menilai, menciptakan sumber pertumbuhan ekonomi baru di lokasi wisata memang bukan perkara mudah. Namun, kebijakan yang mendukung upaya untuk terus mengembangkan kawasan wisata harus dilakukan tanpa henti.
"Saya lebih menyarankan ada peran pemerintah yang lebih luas dan signifikan dalam mendorong investasi di kawasan wisata selain promosi, untuk mengundang minat investor dan wisatawan lain datang ke objek wisata tersebut," sebutnya.
Meski pariwisata memang belum menjadi motor penggerak utama ekonomi di Tanah Air, namun kalau berbicara ruang lingkup yang lebih kecil, sektor pariwisata memilki peran besar bagi perekonomian daerah seperti Bali atau Danau Toba.
Jadi, upaya untuk mendorong sektor pariwisata sebagai motor penggerak ekonomi masyarakat memiliki peluang yang besar. Mengingat sektor wisata di beberapa wilayah tertentu pertumbuhannya masih tertinggal dibandingkan dengan industrialisasi di sektor lainnya.
"Nah pengembangan wilayah wisata dengan dorongan kebijakan fiskal seperti infrastruktur, jelas alokasi anggarannya secara langsung juga akan berdampak pada peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)," terangnya.
"Semakin banyak, maka semakin besar dampaknya. Selain itu, setelah pembangunan infrastruktur selesai, maka ada manfaat atau multiplier efek dari pembangunan tersebut. Dan ini yang tidak kalah penting sebenarnya, yaitu akselerasi pembangunan setelah investasi pada sarana fisik," sambungnya.
Tidak bisa dipungkiri, lanjut Gunawan, banyak wisatawan yang berkunjung ke suatu objek wisata, bukan hanya melihat keindahan alam, atau fasilitasnya saja. Lebih dari itu, atraksi yang ada juga menjadi salah satu pertimbangan.
"Ajang olahraga bertaraf intenasional yang digelar bukan hanya mendorong wisatawan untuk hadir saat pagelaran berlangsung. Lebih dari itu, sebagai ajang promosi bagi wisatawan secara berkelanjutan. Ini menurut saya bisa jadi masukan untuk BPODT," Gunawan menandaskan.
Advertisement