Sukses

Marak Fenomena Pasangan Selingkuh, Pertanda Apa?

Pesan teks, obrolan online, dan interaksi media sosial telah membuka pintu bagi orang-orang untuk terlibat dalam hubungan terlarang

Liputan6.com, Jakarta - Pasangan yang selingkuh menjadi masalah yang meresahkan dalam hubungan manusia sepanjang sejarah. Namun, dalam era modern ini, fenomena selingkuh telah berkembang menjadi lebih dari sekadar perilaku negatif.

Bahkan, fenomena pasangan selingkuh menjadi sebuah penyakit sosial yang sulit disembuhkan. Selingkuh tidak lagi hanya berdampak pada individu yang terlibat, tetapi juga pada keluarga, teman, dan masyarakat secara luas.

Satu masalah utama adalah bahwa selingkuh tidak lagi hanya terbatas pada hubungan fisik. Dengan kemajuan teknologi dan media sosial, selingkuh emosional telah menjadi semakin umum. 

Pesan teks, obrolan online, dan interaksi media sosial telah membuka pintu bagi orang-orang untuk terlibat dalam hubungan terlarang tanpa meninggalkan rumah mereka. Ini menciptakan ketergantungan emosional yang kuat dan mengaburkan batas-batas kesetiaan dalam hubungan.

Selain itu, sulitnya untuk menyingkirkan selingkuh juga disebabkan oleh faktor psikologis yang kompleks. Seringkali, individu yang terlibat dalam selingkuh mengalami perasaan rendah diri, kekosongan emosional, atau kebutuhan akan validasi. 

Mereka mungkin mencari kebahagiaan atau pengakuan di luar hubungan mereka yang sah, tanpa menyadari bahwa tindakan mereka hanya akan menyebabkan lebih banyak kerusakan.

Penyakit ini semakin sulit disembuhkan karena sifatnya yang merusak kepercayaan dan keintiman dalam suatu hubungan. Meskipun pasangan yang terkena dampak selingkuh mungkin berusaha memperbaiki hubungan mereka melalui konseling atau terapi, luka dan trauma yang disebabkan oleh pengkhianatan seringkali sulit untuk disembuhkan sepenuhnya.

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Penyakit Sosial

Bahkan jika pasangan memilih untuk memaafkan dan melanjutkan, bayang-bayang selingkuh itu mungkin akan terus menghantuinya, mengganggu kepercayaan dan menyebabkan ketidakpastian dalam hubungan mereka.

Untuk memerangi penyakit ini, diperlukan upaya bersama dari individu, pasangan, dan masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan mengenai pentingnya kesetiaan dan komunikasi yang terbuka dalam hubungan harus ditingkatkan. 

Selain itu, perlu adanya dukungan sosial dan psikologis bagi individu yang mengalami kesulitan dalam hubungan mereka untuk mencegah mereka terjerumus ke dalam perilaku selingkuh.

Kesimpulannya, selingkuh bukanlah sekadar tindakan yang menyakitkan, tetapi juga sebuah penyakit sosial yang merusak. Untuk mengatasi masalah ini, perlu upaya bersama dari semua pihak untuk memperkuat nilai-nilai kesetiaan, komunikasi, dan kepercayaan dalam hubungan. 

Hanya dengan demikian, kita dapat memerangi penyebaran penyakit selingkuh dan membangun hubungan yang lebih sehat dan kuat dalam masyarakat kita.

Penulis: Belvana Fasya Saad