Sukses

Inovasi Menarik 2 Pelajar di Lembata NTT Olah Biji Asam Jadi Kue Kering, Menggali Kearifan Lokal

Keduanya kemudian menemukan cerita tentang biji asam yang menjadi pangan lokal yang sejak zaman dulu menjadi makanan pengganti beras saat musim lapar

Liputan6.com, Jakarta - Dua pelajar SMA Smater Don Bosco di Kabupaten Lembata, NTT yakni, Yopiana Sifra Ardit dan Robertus Belarminus L. Hobamatan melakukan penelitian kandungan biji asam dan mengolahnya menjadi kue kering.

Semula dua pelajar ini mendapat tugas untuk membuat karya tulis sebagai tugas mata pelajaran Kewirausahaan oleh buru wali kelas yang juga mengasuh mata pelajaran kewirausahaan.

Dua pelajar ini kemudian mencari referensi karya tulis yang menarik dan dapat menghasilkan suatu produk inovasi.

Keduanya kemudian menemukan cerita tentang biji asam yang menjadi pangan lokal yang sejak zaman dulu menjadi makanan pengganti beras saat musim lapar.

Sifra dan Robert lalu memilih biji asam sebagai topik karya tulis yang menghasilkan produk dengan judul "Pengolahan Biji Asam (Tamarindus Indica) Menjadi Kue Kering".

Hasil penelitian dan produk inovasi ini diuji oleh Kepala Sekolah SMAS Frater Don Bosco Lewoleba, Fr. Norbertus Banusu, CMM., M.Pd sebagai Penguji 1. Agnes Derang Sogen, S.Pd sebagai Penguji 2 danMaria Fitryana Novi Lewar, S.Pd. Gr sebagai Penguji 3.

Dalam penelitian, Sifra dan Robert melakukan penelitian kandungan zat pada biji asam untuk mengetahui produk yang dihasilkan baik atau tidak.

Kepada Liputan6.com, Sifra menjelaskan ia senang dan bangga melakukan penelitian hingga menghasilkan inovasi baru.

“Kami menemukan kandungan proteinnya biji asam lebih tinggi dari pada tepung terigu yang selama ini jadi bahan pembuatan kue. Dari pada biji asam hanya diambil dagingnya lalu bijinya dibuang mendingan kami olah jadi makanan,” ungkap Sifra usai mempresentasikan hasil karya tulis dan produk kue kering, Jumat 6 April 2024.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Komposisi Lahirkan Rasa Unik

Penelitian biji asam untuk pembuatan kue kering ini juga dilakukan dengan serangkaian proses mulai pencucian, pengeringan, penggilingan dan pencampuran dengan bahan-bahan kue lainnya untuk membuat adonan kue.

“Hasilnya adalah kue kering dengan rasa unik yang berasal dari biji asam menawarkan alternatif baru bagi konsumen yang mencari cemilan sehat dan berbeda,” jelas Sifra.

Menurut dia, untuk produk kue kering ada tiga komposisi yang dibuat agar dapat dinilai tester usai presentasi.

Pertama, menggunakan perbandingan 50 persen tepung yang dibuat dari biji asam dan 50 persen dari tepung terigu yang dibuat dari gandum. Kedua, 80 persen tepung biji asam dan 20 persen tepung terigu dan ketiga, 100 persen tepung biji asam.

Senada dengan Sifra, Robert Robert yang menjadi teman sejawat Sifra mengatakan, penelitian yang menghasilkan produk ini memakan waktu hingga dua bulan lebih yaitu dari tanggal Januari sampai 23 Maret 2024.

Robert mengatakan, ada beberapa tahapan dalam jenjang waktu itu. Pertama meneliti kandungan biji asam lalu mengolah biji asam itu menjadi tepung.

“Selanjutnya dari tepung itu kami buat menjadi kue kering. Lalu kami membuat pembanding untuk menentukan resep mana yang lebih cocok untuk dijadikan kue kering,” jelas Robert.

Lanjut Robert, ada tiga kandungan yang ditemukan di dalam biji asam yang sama dengan kandungan dari gandum sebagai bahan baku pembuatan tepung terigu.

Kandungan itu antara lain, protein, lemak dan karbohidrat. Protein dan lemak lebih tinggi pada biji asam sedangkan karbohidrat lebih tinggi pada gandum.

Terkait bahan baku atau objek penelitian ini, Robert beralasan bahwa pemanfaatan biji asam adalah cara memanfaatkan bahan lokal. Sebab, di Indonesia tidak ada gandum.