Sukses

Mengenal Tradisi Batumbang Apam di Hulu Sungai Tengah, Saat Bayi-Bayi Gemoy Berkumpul

Ada yang unik di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalsel, saat momen Lebaran Idul Fitri.

Liputan6.com, Jakarta - Ada yang unik di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalsel, saat momen Lebaran Idul Fitri. Pemkab setempat menggelar tradisi Batumbang Apam di Masjid Al Munnawarah, Desa Pajukungan, Kecamatan Barabai. Apa itu Batumbang Apam?

Bupati HST Aulia Oktafiandi, Kamis (11/4/2024) menjelaskan, Batumbang Apam adalah warisan budaya tak benda yang berasal dari Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan sudah diakui.

"Setiap tahun kami laksanakan secara massal sebagai rasa syukur karena anak-anak sudah bisa berjalan," katanya. 

Aulia menjelaskan, tradisi Batumbang Apam dilaksanakan dengan cara anak-anak yang baru bisa berjalan dibawa secara bergantian berjalan kaki menaiki tangga masjid, mulai dari bawah hingga menuju puncak tangga sambil diiringi bacaan ayat suci Al Quran.

"Makna dari tradisi ini untuk mengenalkan bahwa ketika anak sudah bisa berjalan, maka tempat pertama yang dikenalkan adalah masjid yang berkaitan dengan ajaran agama," ujarnya.

Sebelum tradisi dimulai, pengurus masjid dan para orang tua bergotong royong untuk membersihkan luar dan bagian dalam masjid. Selanjutnya, para orang tua menyiapkan kue khas Banjar “Kue Apam” yang memiliki tinggi yang sama dengan anak yang akan menjalankan tradisi.

Lalu, anak diserahkan ke kaum masjid untuk dibawa berjalan kaki melewati anak tangga hingga ke atas mimbar masjid dan setelah itu anak dikembalikan ke orang tua masing-masing dan ditutup dengan doa.

Tradisi tersebut diikuti puluhan anak-anak yang berasal dari berbagai desa dan kecamatan se-Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

Bupati HST menyatakan pemerintah daerah mendukung penuh segala jenis upaya memajukan kebudayaan, salah satunya dengan memfasilitasi pelaksanaan acara tradisi Batumbang Apam yang banyak melibatkan partisipasi dari masyarakat.

 

2 dari 2 halaman

Bentuk Rasa Syukur

Aulia juga berharap agar anak-anak yang turut serta dalam tradisi tersebut dapat tumbuh dengan sehat dan berkembang dengan baik agar kelak dapat meneruskan warisan budaya tak benda tersebut.

"Bentuk syukur atas pertumbuhan anak-anak kita adalah dengan membimbing mereka ke arah yang benar, yakni mendekatkan diri kepada Allah," katanya.

Sementara itu, Kepala Desa Pajukungan Suparyono mengatakan sebagai warga negara sudah sepatutnya menjaga dan merawat budaya leluhur terlebih tradisi yang bernuansa Islam.

"Kita berharap tradisi ini membawa kemaslahatan umat Islam Suku Banjar, anak-anak kita berkembang yang insyaallah akan menjadi anak yang beriman. Apalagi Bapak Bupati juga sudah memberikan atensi tinggi terhadap kelestarian tradisi ini," tutur Suparyono.

Video Terkini