Sukses

Sejarah Sarung, Jenis Fesyen Khas Indonesia yang Populer

Sarung menjadi simbol kenyamanan bagi penggunanya dengan ciri khas corak dan motif unik yang beragam.

Liputan6.com, Yogyakarta - Sarung menjadi salah satu jenis fesyen yang populer di Indonesia. Bahkan, sarung telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia, baik sebagai pakaian sehari-hari maupun item fesyen penunjang acara formal.

Sarung menjadi simbol kenyamanan bagi penggunanya dengan ciri khas corak dan motif unik yang beragam. Namun, di balik popularitasnya, terdapat cerita menarik di balik sejarah sarung.

Dikutip dari laman Kemendikbud, sarung sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Bahkan, sejak masa pemerintahan kerajaan Hindu Buddha di Indoensia.

Sejumlah catatan sejarah menyebutkan bahwa sarung berasal dari Yaman. Catatan tersebut juga menuliskan tentang suku Badui yang tinggal di Yaman memakai sarung sebagai busana.

Pada saat itu, Suku Badui menggunakan kain putih sebagai dasar. Kemudian dicelupkan ke dalam pewarna kain hitam agar tidak cepat terlihat kotor.

Penggunaan sarung sebagai busana akhirnya ikut meluas ke berbagai wilayah yang ada di dunia. Perjalan sarung ke wilayah Asia dibawakan oleh mereka yang berasal dari semenanjung Arab.

Sarung masuk ke nusantara setelah dibawa para pedagang pada abad ke-14. Sarung saat itu dibawa oleh para saudagar Arab yang juga turut menyebarkan agama Islam.

Oleh karena itulah, sarung identik dengan kebudayaan Islam dalam perkembangannya. Menurut catatan dari buku Nusa Jawa Silang Budaya: Batas-Batas Pembaratan (2005) yang ditulis oleh Denys Lombard, Pangeran Djajadiningrat dari Kesultanan Banten pada 1902-an menunjukkan bahwa masyarakat Jawa masih memakai sarung, jas model Jawa, dan kain tutup kepala (destar).

Namun menurut sumber-sumber lain, budaya menggunakan sarung sebagai busana sudah ada di berbagai suku di Indonesia jauh sebelum catatan sejarah tersebut ada. Hal ini dilihat dari berbagai daerah yang memang memiliki warisan peradaban tersebut, seperti suku Bugis di Sulawesi Selatan, Masyarakat Bali, dan Masyarakat Nusa Tenggara Barat.

Sarung pun berkembang di seluruh pelosok Indonesia dengan beragam motif dan warna di masing-masing daerah. Seiring berjalannya waktu, sarung kemudian digunakan sebagai identitas dari perjuangan melawan penjajahan.

Penggunaan sarung ini sebagai bentuk perlawanan terhadap budaya barat yang dibawa oleh para penjajah waktu itu.