Liputan6.com, Banten - Masyarakat Baduy atau Badui merupakan masyarakat adat yang masih menjaga tradisi secara turun-temurun. Salah satu tradisi yang masih dipraktikkan hingga kini adalah seba.
Mengutip dari antro.fisip.unair.ac.id, seba merupakan salah satu dari tiga rangkaian ritual keagamaan yang dilakukan usai masa panen. Tradisi yang dilakukan setiap satu tahun sekali ini beriringan dengan tradisi ngalu dan ngalaksa.
Seba menjadi puncak dari rangkaian tradisi atau acara tersebut. Seba dianggap sebagai sebuah media komunikasi antar sesama manusia, manusia dengan alam, serta manusia dengan hal gaib.
Advertisement
Baca Juga
Bagi masyarakat Baduy, seba merupakan media komunikasi yang dapat menunjukkan eksistensi masyarakat adat. Dalam proses pelaksanaannya, ribuan masyarakat Baduy akan berjalan menuju Pendapa Kabupaten Lebak menuju Pendapa Provinsi Banten.
Mereka akan bersilaturahmi dengan pemimpin Kabupaten Lebak maupun Provinsi Banten dengan tujuan menyampaikan kondisi masyarakat Baduy dalam satu tahun terakhir. Mereka juga memberikan sejumlah hasil bumi.
Proses tersebut menunjukkan bahwa tradisi seba menjadi simbol komunikasi yang dapat menghubungkan masyarakat Baduy dengan masyarakat luar. Hal ini membuat pemerintah dan masyarakat luar dapat memahami kondisi lingkungan masyarakat Baduy serta memberikan solusi atas pesan-pesan yang dibawa masyarakat Baduy.
Tradisi ini sekaligus menjadi momen bagi masyarakat Baduy keluar dari daerahnya. Pasalnya, mereka terkenal dengan suku yang menutup diri dari luar.
Meski merupakan tradisi leluhur, tetapi tak semua masyarakat Baduy bisa mengikuti tradisi ini. Hanya masyarakat yang memiliki fisik kuat dan mampu berjalan berkilo-kilo meter saja yang bisa mengikuti tradisi seba yang bertujuan membawa harapan keselamatan dan ucapan syukur ini.
Penulis: Resla