Liputan6.com, Bandung - Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menaikan status Gunung Ruang di Sulawesi Utara, menjadi Level III (Siaga), pada 16 April 2024. Hal tersebut ditetapkan berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental yang menunjukkan terjadinyapeningkatan aktivitas vulkanik
Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, mengimbau agar masyarakat di sekitar Gunung Ruang dan pengunjung atau wisatawan tetap waspada dan tidak memasuki wilayah radius 4 km dari pusat kawah aktif.
Baca Juga
Meski demikian, kata Wafid, masyarakat di sekitar Gunung Ruang diharap tenang, beraktivitas seperti biasa, tidakterpancing isu-isu tentang erupsi.
Advertisement
"Pemerintah Daerah, BPBD Provinsi dan Kabupaten agar senantiasa berkoordinasidengan Pos Pengamatan Gunung Api Ruang, Desa Tulusan, KecamatanTagulandang, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara atau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung," katanya.
Berdasarkan pengamatan visual periode 1- 16 April 2024, gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut. Asap kawah mulai teramati pada pagi hari tanggal 16 April dengan ketinggian 200-500m. Warna asap putih tebal. Angin lemah hingga sedang ke arah selatan dan barat.
"Pada pukul 13.37 WITA teramati erupsi dengan intensitas lemah, warna asap putih tebal," katanya.
Sementara, berdasarkan pengamatan instrumental periode 1-15 April 2024, kegempaan yang tercatat di Gunung Ruang sebanyak 210 kali gempa Vulkanik Dalam (VTA), 3 kali gempa Tektonik Lokal, dan 163 kali gempa Tektonik Jauh. Gempa Terasa tercatat 2 kali dengan skala I MMI.
Jumlah kegempaan terutama gempa Vulkanik Dalam yang terjadi pada periode 1-15 April menunjukkan kenaikan yang signifikan dibandingkan bulan Maret 2024.
"Dalam kurun waktu 12 jam, pukul 00.00 – 12.00 Wita, jumlah Gempa Vulkanik Dalam mengalami eskalasi 198 kejadian dan tercatat Gempa Tektonik Jauh 2 kali kejadian," sebut Wafid.
Sejarah erupsi Gunung Ruang tercatat sejak 1808 dan memiliki interval erupsi berkisar antara 1 hingga 30 tahun. Erupsi terakhir terjadi pada 2002, yang merupakan erupsi eksplosif disertai awan panas.
"Mengakibatkan kerusakan lahan dan pemukiman serta mengharuskan pengungsian penduduk," jelasnya.