Sukses

Waspada Utang Piutang, 10 Hadis Ini Menjelaskan Dampak Perkara Tersebut

Amalan baik akan menjadi dari pemilik utang saat membayarkannya dan menjadi amalan baik juga kepada penagih utang saat menanyakannya agar terlepas dari dosa dan siksa kubur.

Liputan6.com, Bandung - Utang adalah kewajiban keuangan yang dimiliki pihak perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, yang berasal dari sumber pinjaman perbankan, leasing, penjualan obligasi, dan lain-lain seperti kuangan pribadi yang digunakan sebagai sumber dana atau modal untuk operasional perusahaan atau kebutuhan sehari-hari.

Bagi umat Muslim, tujuan pemberian utang kepada sesama adalah meringankan beban saudara, terutama jika memberikan utang kemudian melunakkan pengembaliannya maka hal itu merupakan tindakan yang sangat mulia.

Alasannya, Allah SWT akan memudahkan hamba-Nya yang senantiasa memudahkan urusan orang lain. Namun, bagi yang menerima utang, sebenarnya mempunyai konsekuensi cukup berat. Apalagi jika tidak mau memenuhi kewajibannya sebagai penerima utang.

Dicuplik dari laman Percikan Iman, Rabu, 17 April 2024, terdapat 10 hadist yang menjelaskan dampak dari utang piutang. Simak penjelasannya secara agama dari Rasulullah SAW di bawah ini:

1. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang ruhnya terpisah dari jasadnya dan dia terbebas dari tiga hal: [1] sombong, [2] ghulul (khianat), dan [3] utang, maka dia akan masuk surga." (HR. Ibnu Majah no. 2412)

2. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki utang satu dinar atau satu dirham, maka utang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham." (HR. Ibnu Majah no. 2414)

3. Nabi SAW bersabda, "Jiwa seorang mukmin masih bergantung dengan utangnya hingga dia melunasinya." (HR. Tirmidzi no. 1078)

4. Rasulullah SAW bersabda, "Siapa saja yang berutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka dia akan bertemu Allah (pada hari kiamat) dalam status sebagai pencuri." (HR. Ibnu Majah no. 2410)

5. Masih Ada Hutang, Enggan Disholati.

Dari Salamah bin Al Akwa’ RA, beliau berkata: Kami duduk di sisi SAW. Lalu didatangkanlah satu jenazah. Lalu beliau bertanya, "Apakah dia memiliki hutang?" Mereka (para sahabat) menjawab, "Tidak ada." Lalu beliau mengatakan, "Apakah dia meninggalkan sesuatu?" Lantas mereka (para sahabat) menjawab, "Tidak." Lalu beliau SAW menyalati jenazah tersebut.

Kemudian didatangkanlah jenazah lainnya. Lalu para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah salatkanlah dia!" Lalu beliau bertanya, "Apakah dia memiliki hutang?" Mereka (para sahabat) menjawab, "Iya." Lalu beliau mengatakan, "Apakah dia meninggalkan sesuatu?" Lantas mereka (para sahabat) menjawab, "Ada, sebanyak 3 dinar." Lalu beliau menyalati jenazah tersebut.

Kemudian didatangkan lagi jenazah ketiga, lalu para sahabat berkata, "Shalatkanlah dia!" Beliau bertanya, "Apakah dia meningalkan sesuatu?" Mereka (para sahabat) menjawab, "Tidak ada." Lalu beliau bertanya, "Apakah dia memiliki hutang?" Mereka menjawab, "Ada tiga dinar." Beliau berkata, "Shalatkanlah sahabat kalian ini." Lantas Abu Qotadah berkata, "Wahai Rasulullah, shalatkanlah dia. Biar aku saja yang menanggung utangnya." Kemudian beliau pun menyalatinya." (HR. Bukhari no. 2289)

6. Rasulullah SAW bersabda, “Semua dosa orang yang mati syahid akan diampuni kecuali utang.” (HR. Muslim no. 1886)

7. Nabi SAW biasa berdoa di akhir salat (sebelum salam): ALLAHUMMA INNI A’UDZU BIKA MINAL MA’TSAMI WAL MAGHROM (Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari berbuat dosa dan banyak utang)." Lalu ada yang berkata kepada beliau SAW, "Kenapa engkau sering meminta perlindungan adalah dalam masalah hutang?" Lalu Rasulullah SAW bersabda, "Jika orang yang berhutang berkata, dia akan sering berdusta. Jika dia berjanji, dia akan mengingkari." (HR. Bukhari no. 2397)

 

2 dari 2 halaman

3 Bentuk Utang

Adapun utang yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung darinya adalah tiga bentuk utang:

- Utang yang dibelanjakan untuk hal-hal yang dilarang oleh Allah dan dia tidak memiliki jalan keluar untuk melunasi hutang tersebut.

- Berutang bukan pada hal yang terlarang, namun dia tidak memiliki cara untuk melunasinya. Orang seperti ini sama saja menghancurkan harta saudaranya.

- Berutang namun dia berniat tidak akan melunasinya. Orang seperti ini berarti telah bermaksiat kepada Rabb-nya.

8. Rasulullah SAW bersabda, "Allah akan bersama (memberi pertolongan pada) orang yang berhutang (yang ingin melunasi hutangnya) sampai dia melunasi hutang tersebut selama hutang tersebut bukanlah sesuatu yang dilarang oleh Allah." (HR. Ibnu Majah no. 2400.

9. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik dalam membayar utang." (HR. Bukhari no. 2393)

10. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang mengambil harta manusia, dengan niat ingin menghancurkannya, maka Allah juga akan menghancurkan dirinya." (HR. Bukhari no. 18 dan Ibnu Majah no. 2411.

Itu tadi 10 hadits soal utang piutang yang dijelaskan dalam agama Islam. Betapa pentingnya melunasi utang dan orang atau perusahaan yang memberinya (piutang) wajib untuk menanyakan (menagihnya) apabila belum dibayarkan saat waktu yang telah disepakati.

Amalan baik akan menjadi dari pemilik utang saat membayarkannya dan menjadi amalan baik juga kepada penagih hutang saat menanyakannya agar terlepas dari dosa dan siksa kubur.

Semoga Allah terus melindungi umatnya dari berbuat dosa dan beratnya utang, mudahkanlah untuk segera melunasinya.

Video Terkini