Sukses

Erupsi Gunung Ruang, Warga Pesisir Pantai Diminta Waspadai Potensi Tsunami

Saat Gunung Ruang erupsi, saat itu dilaporkan ada lontaran batuan pijar, luruhan awan panas dan gelombang akibat runtuhan tubuh Gunung Ruang.

Liputan6.com, Jakarta Gunung Ruang yang berada di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara (Sulut) masih berstatus Awas sejak Rabu 17 April 2024 malam. Warga di pesisir pantai pun diminta waspada karena ada potensi tsunami.

Peringatan tersebut dilontarkan oleh Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengingat sejarah akan letusan Gunung Ruang dan potensi tsunami.

Pantauan Liputan6.com seperti yang ditayangkan dalam program Enamplus, pada Rabu malam, BNPB sempat mengeluarkan imbauan serupa. Sebab, pada saat itu ada lontaran batuan pijar, luruhan awan panas dan gelombang akibat runtuhan tubuh Gunung Ruang, yang bisa memicu tsunami.

Pada malam itu, runtuhan yang jatuh ke laut tak banyak, sehingga tidak terjadi tsunami. "Jadi sejauh tidak ada tsunami yang terjadi di Pulau Tagulandang di Kabupaten sitaro," laporan kontributor Liputan6, Yoseph Ikanubun.

Namun, imbauan tersebut tetap diserukan ke masyarakat, khususnya yang ada di pesisir pantai. Masyarakat juga diminta mewaspadai setiap fenomena yang terjadi.

 

2 dari 2 halaman

Berkaca pada Letusan Gunung Ruang di Maret 1871

Ketua Tim Kerja Gunung Api, Heruningtyas Desi Purnamasari, menilik sejarah potensi tsunami di Pulau Tagulandang.

"Untuk sejarah potensi tsunaminya itu di ketinggian 25 meter dan melanda beberapa ratus meter di bagian sisi barat-barat daya daratan Pulau Tagulandang," ujar Ketua Tim Kerja Gunung Api, Heruningtyas dalam Konferensi Pers Kenaikan Status Gunung Ruang dari Siaga ke Awas, dilansir dari Antara, Kamis 18 April 2024.

Dengan demikian, perkiraan tinggi gelombang tsunami yang diakibatkan oleh Gunung Ruang hanya terpaut sekitar 5 meter dari tinggi gelombang tsunami Aceh 2004, yang diperkirakan mencapai 30 meter.

Heruningtyas menjelaskan bahwa tsunami dapat terjadi apabila material-material Gunung Ruang berjatuhan ke laut dan menyebabkan ketinggian muka laut meningkat.

Perkiraan tersebut berdasarkan pada sejarah erupsi Gunung Ruang pada Maret 1871. Heruningtyas memaparkan, pada 3 Maret 1871, terjadi gempa bersama suara gemuruh bagaikan erupsi yang berasal dari Gunung Ruang.

Tidak lama kemudian, datang gelombang pasang melanda pantai Tagulandang dengan ketinggian yang diperkirakan mencapai 25 meter dan menerjang sejauh 180 meter dari pantai. Gelombang tersebut disusul oleh gelombang pasang yang kedua. Bencana tersebut menelan korban sebanyak 300–400 orang.

"Hal ini yang menyebabkan kami menggunakan radius 6 km, karena adanya potensi tsunami yang mengancam di sisi bagian barat Pulau Tagulandang," kata Heruningtyas.