Liputan6.com, Jakarta - Popularitas berbelanja online, terus merebak seiring perkembangan teknologi. Hal ini menjadi penting untuk dapat disikapi oleh masyarakat, terutama agar terhidar dari kasus kejahatan siber.
Untuk mengatasi tersebut, Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) terus berupaya memberikan literasi kepada masyarakat. Hal itu demi mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital (IMCD).
Kejahatan siber umumnya dilakukan pelaku dengan berbagai cara untuk mendapatkan keuntungan. Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat terhadap modus-modus baru yang dilakukan oleh para pelaku kejahatan di dunia maya.
Advertisement
Baca Juga
Ni Luh Putu Ning Septyarini Putri Astawa, selaku akademisi Universitas Primakara menilai, jika metode berbelanja online, sangat rentan terhadap kasus penipuan. Maka dari itu, penting sebagai konsumen untuk cerdas dalam bertransaksi.
"Semuanya itu karena mudahnya dalam menggunakan identitas palsu, keinginan untuk mendapatkan penawaran terbaik dan kurangnya pengetahuan tentang keamanan online," ujarnya, Rabu (25/4/2024).
Ia juga berpendapat dengan memilih lokapasar yang terpercaya dan meriset penjual sebelum membeli, menjadi salah satu cara ampun agar terhindar dari penipuan. Tak hanya itu, konsumen juga harus berperan aktif dalam memberikan ulasan dan penilaian jujur terkait sebuah produk.
"Pelaku penipuan menggunakan berbagai macam modus kejahatan online dengan menawarkan harga barang di bawah pasaran, meminta kode OTP atau password hingga bukti transfer palsu," tambahnya.
Â
Waspada Kejahatan Siber
Sementara itu, Dian Ikha Pramayanti selaku Digital Enthusiast, mengajak warganet untuk waspada terhadap praktik penipuan dalam berbelanja daring. Ia juga berpesan agar pengetahuan masyarakat Indonesia dalam dunia digital harus ditingkatkan.
Apalagi, lokapasar kini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kebiasaan belanja pengguna internet di Indonesia. Hal ini sejalan dengan tingginya transaksi berbelanja online di ruang digital yang menjadikan target baru bagi para penjahat siber.
"Saat ini aktifivitas belanja online masih didominasi oleh anak muda dan tersebar seluruh di Indonesia," ungkapnya.
Dian Ikha juga mengingatkan masyakarat untuk bijak dalam berbelanja online dengan memperhatikan beberapa aspek antara lain; ulasan, peringkat, harga, kualitas barang, metode pembayaran, kebijakan dan keamanan pengguna.
"Individu yang cakap bermedia digital dinilai mampu mengetahui, memahami dan menggunakan perangkat keras maupun lunak dalam lanskap digital," terangnya.
Hal senada dikatakan oleh, Fajar Eri Dianto selaku Ketua Umum Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia mengatakan, kemampuan literasi digital dibutuhkan masyarakat dalam bertransaksi digital di dalam lokapasar.
Bahkan perkembangan pemanfaat teknologi di Indonesia semakin berkembang, terbukti dari 212 juta pengguna Internet di Indonesia 79% lebih adalah netizen aktif dan 98% lainnya adalah usia kreatif ataun produktif.
"Memfasilitasi netizen untuk berkreasi dengan menciptakan konten-konten kreatif yang produktif,"Fajar menimpali.
Ia juga menghimbau masyarakat untuk wasapada, terhadap transaksi jual beli di lokapasar ilegal. Sebab, data digital yang dijadikan persyaratan registrasi berpotensi disalahgunakan pihak tak bertanggung jawab seperti nomor telepon, kartu identitas, data keuangan, dan lain sebagainya.
"Pemanfaatan platform jual beli, termasuk pembayaran digital memerlukan penguasaan literasi digital pada keamanan aset netizen," Fajar mengakhiri.
Advertisement