Sukses

Badan Geologi Beberkan Penyebab Bencana Gerakan Tanah di Kabupaten Purwakarta

Kondisi geologi daerah longsor didominasi oleh material rombakan dan batulempung yang mendominasi area lembah.

Liputan6.com, Bandung - Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menjelaskan pemicu gerakan tanah di daerah Kampung Cibodas dan Kampung Panyindangan, Desa Panyindangan, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, pada Selasa (16/4) sekitar pukul 13.00 WIB dan pada Kamis (18/4) pukul 03.00 WIB akibat kondisi susunan lereng yang berubah tajam.

Menurut Fungsional Penyelidik Bumi Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian (ESDM), Oktory Prambada, morfologi menunjukan perubahan kelerengan dari landai langsung curam - terjal.

"Pada elevasi yang lebih tinggi mudah terjadi gangguan kestabilan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa tanah. Litologi (sifat batuan) lapukan tanah yang poros dan tebal (>10 meter) yang disusun oleh batulempung sebagai bidang gelincir," jelas Oktory dalam keterangan tertulisnya, Bandung, Kamis (25/4/2024).

Oktory menjelasakan secara morfologi dan endapan bahan rombakan yang tersebar dibagian hilir lembah daerah longsor tersebut, daerah ini merupakan daerah rawan longsor.

Sejumlah petunjuk bekas longsoran lama yang tersebar lebih luas di masa lalu. Pada lembah ini merupakan alur akumulasi air dengan kemiringan lereng yang sangat terjal.

"Kondisi geologi daerah longsor didominasi oleh material rombakan dan batulempung yang mendominasi area lembah," ujar Oktory.

Oktory menuturkan karakter batuan ini tidak bisa menyimpan air, hanya meloloskan air, dan bersifat kedap air sehingga pada awal kejadian hanya berupa banjir yang disertai lumpur.

Selain itu, pemicu lain gerakan tanah ini akibat curah hujan tinggi selama beberapa hari menyebabkan proses penjenuhan air akibat infiltrasi air (hujan) sebagai pemicu gerakan tanah.

"Gerakan tanah pada daerah ini mempunyai material batuan rombakan berupa bongkah bongkah lava dan batulempung yang mendominasi area lembah tidak bisa menyimpan air, hanya meloloskan air, dan bersifat kedap air sehingga pada awal kejadian hanya berupa banjir yang disertai lumpur," tutur Oktory.

Curah hujan yang sangat tinggi di daerah ini mampu menggerus batuan penyusun di daerah ini sehingga mengurangi daya ikat batuan dan menyebabkan longsor.

Adanya pergerakan tanah tersebut menyebabkan jalan penghubung dua kecamatan tertutup dan empat rumah warga rusak.

 

2 dari 3 halaman

Penjelasan Geologi Lokasi Gerakan Tanah

Oktory menjelasakan secara geologi terletak pada satuan batuan dari Formasi Jatiluhur yang terdiri dari bukit bukit yang terbentuk dari hasil batuan terobosan vulkanik andesit hingga diorit dengan tekstur porphiritic hingga phaneritic dan di dominasi oleh mineral plagioklas dan hornblenda.

"Batuan terobosan ini mengalami pelapukan intensif dan membentuk kekar akibat pelapukan dan pada bagian permukaan sudah terlapukan menjadi bongkah bongkah batuan," ungkap Oktory.

Satuan batuan terobosan tersebut ditutupi selaras oleh satuan batuan serpih hingga lempung berwarna abu abu yang relatif tebal.

Batulempung mempunyai sifat yang tidak bisa menyimpan air dan kedap air. Sehingga dapat merupakan salah satu parameter karakteristik longsor yang terdapat pada daerah kajian.

"Bagian lembah lokasi longsor dan pada bagian hilir didominasi oleh endapan bahan rombakan dengan komponen batuan beku andesit dan diorit berukuran maksimum hingga 3 meter," terang Oktory.

Pada bagian lembah bagian hilir ditemukan endapan bahan rombakan tua yang merupakan parameter petuntuk untuk kejadian longsor sebelumnya dengan jarak jangkauan yang lebih jauh pada lokasi bencana tersebut.

Berdasarkan peta zona kerentanan gerakan tanah dari PVMBG Badan Geologi, lokasi daerah longsor berada di zona gerakan tanah menengah-tinggi.

"Artinya di daerah ini dapat terjadi gerakan tanah atau longsor terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan. Gerakan tanah baru dan lama dapat aktif kembali akibat curah hujan tinggi dan erosi yang kuat," sebut Oktory.

Berdasarkan peta prakiraan terjadi gerakan tanah Bulan April 2024 di Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat, lokasi longsoran termasuk dalam zona potensi gerakan tanah menengah-tinggi.

Artinya daerah ini lanjut Oktory, mempunyai potensi menengah hingga tinggi untuk terjadi gerakan tanah.

"Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali," tukas Oktory.

 

3 dari 3 halaman

Penanganan oleh Pemerintah Purwakarta

Dicuplik dari laman Pemerintah Kabupaten Purwakarata, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melakukan serangkaian kegiatan untuk mendapatkan informasi dan data yang berguna untuk melakukan tindakan terhadap lokasi pergerakan tanah yang terjadi di Kampung Cibodas dan Kampung Panyindangan, Desa Panyindangan, Purwakarta.

Pergerakan tanah terjadi di dua kampung di Kecamatan Sukatani itu terjadi pada Selasa (16/4) sekitar pukul 13.00 WIB dan pada Kamis (18/4) pukul 03.00 WIB.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purwakarta, Heryadi Erlan mengatakan bahwa pegerakan tanah disebabkan oleh lokasi bencana yang berada di zona kerentanan gerakan tanah menengah. Ia dan jajarannya sudah terjun langsung ke lokasi sejak pergerakan tanah itu terjadi selama dua hari.

"Kami telah melakukan assessment ke lokasi Tempat Kejadian Bencana (TKB)," ujar Erlan kepada awak media, Jumat 19 April 2024.

Erlan mengatakan bahwa wilayah tersebut berbatasan dengan lembah sungai, tebing jalan, serta memiliki lereng yang mengalami gangguan.

Dengan demikian, kata dia, kondisi tersebut dapat meningkatkan risiko terjadinya gerakan tanah saat curah hujan tinggi.

"Jenis gerakan tanah yang terjadi adalah tipe rayapan, di mana tanah bergerak secara perlahan dan terus-menerus. Tata guna lahan yang dominan adalah pertanian lahan basah. Hal ini dapat menyebabkan penjenuhan dan pelunakan tanah akibat akumulasi air dari lahan pertanian," kata Erlan.

Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa dampak dari pergerakan tanah tersebut mengakibatkan pelebaran retakan dengan lebar 35 sentimeter dan kedalaman 63 sentimeter, dengan panjang jalan yang terdampak mencapai 116 meter dan lebar 5 meter, serta tinggi anjlokan sebesar 1,5 meter.

"Kami BPBD Purwakarta bersama dengan aparat desa, kecamatan setempat, dan instansi terkait, telah melakukan peninjauan langsung dan penyelidikan saat dan setelah terjadinya bencana untuk mengetahui penyebab dan cara penanggulangannya," ujar Erlan.

Erlan juga menyebutkan, Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) akan menurunkan alat berat dalam upaya penanggulangan bencana pergerakan tanah di Desa Panyindangan, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta.

"Untuk saat ini, akses jalan akibat pergerakan tanah tersebut tidak dapat dilalui kendaraan roda empat. Kami juga akan berkoordinasi dengan pihak pemerintah, masyarakat serta relawan, dan pihak swasta dalam upaya penanggulangan bencana pergerakan tanah ini," ucap Erlan.

Video Terkini