Liputan6.com, Bandung - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menyampaikan hingga pekan ke-15 2024 sudah tercatat ada 62.001 kasus demam berdarah dengue (DBD).
Angka kematian akibat virus dengue itu mencapai 475. Kasus DBD terlaporkan dari 454 Kabupaten dan Kota di 34 Provinsi per 15 April 2024.
Baca Juga
Dari 62.001 kasus DBD, Jawa Barat yang paling tinggi kasusnya. Ada 17.331 kasus DBD yang dilaporkan dari provinsi tetangga DKI Jakarta itu. Lalu, disusul dengan Banten (5.877), Jawa Tenagh (4.330) dan Jawa Timur (3.638).
Advertisement
DBD merupakan infeksi yang ditularkan nyamuk. Gejalanya mirip flu namun lebih parah, berkisar dari ringan sampai berat. Dengan demikian, terkadang DBD membutuhkan rawat inap.
Dilansir Healthline, dicuplik dari laman Good Doctor, Kamis, 25 April 2024, demam berdarah atau DBD adalah penyakit yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
Jika terjangkit demam berdarah, gejala biasanya dimulai sekitar empat hingga tujuh hari setelah infeksi awal.
Perlu diketahui, demam berdarah adalah virus sehingga tidak ada pengobatan khusus. Karena itu, terkadang penyakit demam berdarah tidak memerlukan perawatan bersama dokter di rumah sakit.
Namun, jika demam berdarah cukup parah maka perlu perawatan di rumah sakit, seperti:
Menerima suplementasi cairan intravena atau IVPenderita demam berdarah harus mendapatkan cukup cairan agar tidak mengalami dehidrasi. Namun, jika penderita tidak dapat mengambil cairan melalui mulut, maka biasanya memerlukan suplementasi cairan intravena atau IV melalui suntikan.
Gejala demam berdarah, berupa demam, muntah, atau kurang minum cairan bisa mengakibatkan dehidrasi parah. Apabila dehidrasi yang terjadi sudah cukup parah, maka penderita demam berdarah perlu mendapatkan transfusi darah di rumah sakit.
Jika sudah mengetahui apakah DBD harus dirawat, Anda juga perlu paham cara merawat penderitanya di rumah. Anak-anak kecil dan orang yang tidak pernah mengalami infeksi mungkin memiliki gejala demam berdarah lebih ringan.
Â
6 Cara Atasi Gejala Ringan
Berikut 6 cara mengatasi gejala DBD ringan, yakni:
1. Perbanyak istirahat
Penderita DBD harus benar-benar mendapatkan istirahat yang cukup untuk mengurangi gejala, seperti nyeri sendi atau otot, mual, sakit kepala, dan ruam kulit.
Selama beristirahat, Anda juga perlu mengonsumsi banyak cairan untuk menghindari dehidrasi akibat muntah dan mengurangi demam.
2. Konsumsi obat sesuai keluhan
Obat penghilang rasa sakit, seperti paracetamol direkomendasikan untuk pengobatan demam berdarah di rumah. Obat-obatan ini diketahui dapat membantu menurunkan demam dan meredakan rasa sakit.
Namun, perlu diingat bahwa obat antiinflamasi non-steroid atau NSAID, seperti aspirin atau ibuprofen tidak dianjurkan. Hal ini dikarenakan, NSAID dapat meningkatkan risiko perdarahan internal.
3. Pencegahan terhadap penyakit demam berdarah
Tidak ada vaksin yang dapat melindungi diri dari demam berdarah. Cara terbaik untuk menghindari gigitan nyamuk penyebab DBD adalah dengan melakukan pencegahan dini. Jika Anda tinggal atau bepergian ke daerah berisiko, maka perlu melakukan pencegahan seperti:
4. Kenakan pakaian tertutup
Untuk menghindari paparan gigitan nyamuk, maka kamu perlu mengenakan pakaian tertutup. Pastikan untuk menggunakan celana panjang, kaos atau kemeja lengan panjang, kenakan kaos kaki, dan pakai topi.
5. Gunakan perangkap dan kelambu nyamuk
Jika daerah tempat tinggal sedang rawan terkena infeksi nyamuk demam berdarah, maka gunakan kelambu yang diberi insektisida. Insektisida akan membunuh nyamuk dan mengusir serangga lain yang masuk ke dalam ruangan.
6. Periksa genangan air
Nyamuk Aedes penyebab demam berdarah sangat mudah berkembang biak di air bersih dan tergenang. Karena itu, untuk membantu mengurangi pertumbuhan nyamuk tersebut maka pastikan untuk memeriksa dan menghilangkan genangan air.
Â
Advertisement
Penyakit Kategori Arbovirosis
Dilansir laman Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2PM) Kementerian Kesehatan RI, dijelaskan bahwa penyakit arbovirosis di antaranya adalaha Demam Berdarah Dengue, Japanese encephalitis, Chikungunya dan Infeksi virus Zika.
Lima penyakit itu merupakan masalah kesehatan dunia yang sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) dengan jumlah kasus dan kematian yang tinggi. Berikut penjelasannya:
1. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus dengue, ditandai dengan demam 2-7 hari disertai dengan manifestasi perdarahan, penurunan trombosit, adanya hemokonsentrasi yang ditandai dengan kebocoran plasma.
2. Japanese encephalitis (JE) adalah infeksi virus japanese encephalitis (flavivirus) yang menyerang susunan saraf pusat, yang ditandai dengan gejala demam dan perubahan status mental, termasuk confusion (bingung), disorientasi, koma, kesulitan bicara dan atau adanya kejang (tidak termasuk kejang demam sederhana).
3. Chikungunya adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIKV) yang ditandai dengan demam, nyeri persendian hebat dan kadang disertai dengan adanya ruam kulit.
4. Infeksi virus zika adalah infeksin yang disebabkan oleh virus zika dengan gejala demam ringan disertai dengan ruam kulit. Apabila penyakit ini menyerang ibu yang sedang hamil dapat menyebabkan microcephali terhadap anak yang dikandung.
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan memberikan perhatian yang sangat besar terhadap pencegahan penyakit-penyakit tersebut dengan berbagai upaya baik promotif, preventif maupun kuratif yang dilaksanakan oleh Tim Kerja Arbovirosis serta mengoptimalkan peran serta masyarakat melalui gerakan 1 rumah 1 jumantik.
Â
International Arbovirus Summit 2024
International Arbovirus Summit 2024 resmi digelar di Kura Kura Bali. Pertemuan yang digagas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Brasil ini juga didukung PT Takeda Innovative Medicines.
Dilansir kanal Health, Liputan6, acara ini bertujuan untuk mengatasi lonjakan penyakit virus yang ditularkan oleh nyamuk yang mulai mengkhawatirkan di seluruh dunia, khususnya infeksi demam berdarah yang meningkat tajam di Amerika Selatan, Asia Tenggara, dan Timur Tengah beberapa waktu terakhir.
Dilaksanakan di Akademi GISAID di kawasan kampus United in Diversity (UID) di Bali, acara ini berfungsi sebagai platform penting untuk memajukan strategi pengendalian penyakit arbovirus, mengeksplorasi perkembangan vaksin terkini, serta menerapkan surveilans genom global guna memantau efektivitas intervensi dan evolusi virus.
Vaccine Policy dari Takeda Pharmaceuticals International, Dr. Nikki Kitikiti, menegaskan komitmen Takeda dalam melawan demam berdarah dengue (DBD) di dunia, sebagai mitra jangka panjang dengan memanfaatkan keahlian dalam bidang pengembangan vaksin dan obat-obatan inovatif.
"Demam berdarah dengue menimbulkan beban yang signifikan bagi keluarga, sistem kesehatan, dan ekonomi. Mengingat DBD dapat menjangkit siapa saja, tanpa pandang bulu, penanggulangan DBD memerlukan pendekatan yang terintegrasi dan kemitraan lintas-sektor yang kuat," katanya.
Untuk itu, Takeda menyambut gembira untuk memberikan kontribusi pada acara International Arbovirus Summit 2024 ini, dan mendukung pemerintah untuk merumuskan strategi pengendalian penyakit arbovirus, termasuk DBD.
Melalui inisiatif ini juga, Takeda berharap apa yang dilakukan ini dapat memuluskan jalan untuk mencapai tujuan WHO 'nol kematian akibat akibat DBD' pada tahun 2030.
Â
Advertisement
Strategi Atasi Arbovirus
Sementara, Menkes Budi Gunadi Sadikin, menyampaikan, berbagai pihak perlu menyusun strategi untuk mengatasi masalah Arbovirosis ini, serta menjadi lebih terbuka terhadap potensi pendekatan yang perlu diambil.
"International Arbovirus Summit Indonesia 2024 merupakan implementasi kolaborasi internasional dalam membantu negara-negara meningkatkan kesiapan, pencegahan, dan penanganan Arbovirus. Setidaknya ada lima hal yang menjadi fokus dalam menangani penyakit menular seperti penyakit arbovirosis," katanya.
Pertama, edukasi dan pelatihan bagi publik tentang bagaimana menghindari penyakit-penyakit menular. Melalui edukasi dan pemahaman yang cukup, masyarakat kita menjadi tahu apa yang harus dilakukan dan dihindari, untuk mencegah penularan lebih lanjut.
Kedua, yang juga menjadi kunci, adalah vektor kontrol. Ketiga adalah pengawasan atau surveillance yang kuat. Keempat vaksin, dan yang kelima adalah terapeutik, atau obat apabila ada yang terinfeksi.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan sampai dengan minggu ke-14 di bulan April 2024 saja, tercatat kasus DBD di Indonesia mencapai 60.296 kasus, dengan kematian 455 kasus.
Angka ini naik lebih dari dua kali lipat, dari minggu ke-17 di tahun sebelumnya (2023) yaitu 28.579 kasus dengan kematian sebanyak 209 kasus.