Sukses

4 Fakta Menarik Film The Architecture of Love yang Akan Segera Tayang

Film Indonesia bergenre romansa ini menghadirkan Putri Marino dan Nicholas Saputra.

Liputan6.com, Yogyakarta - Film The Architecture of Love dijadwalkan mulai tayang Selasa (30/04/2024) di bioskop Indonesia. Film ini merupakan adaptasi dari novel karya Ika Natassa dengan judul yang sama.

Sebelumnya, ia sukses dengan film Critical Eleven (2017) dan Twivortiar (2019). Film Indonesia bergenre romansa ini menghadirkan Putri Marino dan Nicholas Saputra.

Dalam produksi film ini, Ika menggandeng Teddy Soeriaatmadja sebagai sutradara dan Chand Parwez Servia sebagai produser. Jelang tayang, berikut fakta menarik film The Architecture of Love.

1. Sinopsis The Architecture of Love

The Architecture of Love berawal dari seorang penulis populer bernama Raia (Putri Marino) yang mengalami kebuntuan menulis setelah bercerai dengan Alam (Arifin Putra). Raia pun memutuskan untuk mencari inspirasi di Kota New York, Amerika Serikat.

Meski sudah di New York, Raia tak kunjung memulai karya barunya hingga ia dipertemukan dengan River (Nicholas Saputra), seorang arsitek yang misterius. Pertemuan pertama mereka menciptakan pertemuan-pertemuan selanjutnya.

Mereka memutuskan untuk mengitari kota big apple itu bersama. Raia mencari inspirasi untuk karyanya, sedang River mencari inspirasi untuk sketsanya.

Kegiatan itu menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka sampai mengundang tanda tanya akan pilihan masing-masing. Begitu pula dengan manusia, setiap orang mempunyai masa lalu masing-masing, entah itu menyenangkan atau menyakitkan.

Satu di antara rahasia Raia, ia masih terjebak dengan perceraiannya. Lantas, apa yang rahasia yang dimiliki River? Apakah Raia dan River kelak dapat saling menyembuhkan atau sebaliknya?

 

2 dari 3 halaman

Isu Kesehatan Mental

2. Angkat Isu Kesehatan Mental

Film The Architecture of Love tidak hanya menyajikan kisah cinta, juga menyinggung sebuah kehilangan dan isu kesehatan mental (mental health). Para pemeran film, memiliki pesan dan kesan tersendiri soal konflik yang diangkat dalam film ini.

Hal ini diungkap Nicholas Saputra saat jumpa pers jelang penayangan film The Architecture of Love di Yogyakarta. Ia menyebut kesehatan mental setelah kehilangan menjadi tema yang paling kuat karena kerap kali dialami banyak orang.

"Kehilangan itu bagian hidup kita, karena kita menemukan tadi. Kehilangan juga proses, harus melaluinya," kata Nicholas pada Minggu (29/04/2024).

3. Ajarkan Memaknai Kehilangan

Sementara itu, Putri Marino menyebut kehilangan memang sesuatu yang tidak mengenakkan. Ia mengungkapkan setiap orang untuk mengatasi kehilangan, trauma, butuh waktu yang berbeda.

"Ada yang mungkin seminggu sudah bisa lupa akan kehilangannya, namun ada juga yang butuh waktu bertahun-tahun untuk mengatasi kehilangan dan traumanya," ucap Putri Marino.

Pemeran Raia dalam film The Architecture of Love mengingatkan bahwa pada akhirnya semua akan merasa baik-baik saja.

 

3 dari 3 halaman

Cuaca Dingin dan Jet Lag

4. Cuaca Dingin dan Jet Lag

Nicholas Saputra pemeran karakter River dalam film The Architecture of Love menceritakan proses pembuatannya yang memakan waktu 35 hari di New York. Ia menyebut jet lag dan faktor cuaca yang dingin menjadi tantangan tersendiri.

"Dingin banget," kata Nicolas.

Senada dengan lawan mainnya, Putri mengaku kerap ingusan karena dinginnya suhu udara di New York. Udara dingin membuatnya berulang kali menyeka tisu, sehingga tatanan riasnya hilang.

"Aku pribadi itu kalau dingin suka ingusan. Jadi make up suka ilang karena tisu terus," ujar Putri.

Putri juga mengungkapkan bahwa yang paling menantang saat pengambilan adegan di mercusuar. Sebab di tengah dinginnya udara, ia tidak bisa mengenakan jaket.

"Di rumah pantau, di bagian mercusuar dinginnya beneran super dingin dan angin. Adegannya di situ Raia tidak pakai jaket sehingga dingin banget," Kata Putri.