Liputan6.com, Gorontalo - Muntahan abu vulkanik erupsi Gunung Ruang, Sulawesi Utara (Sulut) hingga kini masih berdampak di beberapa daerah tetangga. Salah satunya, partikel abu muntahan gunung merapi tersebut meluas hingga ke tanah serambi madinah, Gorontalo.
Hampir di semua wilayah Gorontalo terdapat partikel abu vulkanik yang tak sengaja terbawa angin. Tidak hanya itu, dampak ini membuat cuaca terlihat mendung pekat yang berujung pada penutupan Bandara Djalaludin.
Advertisement
Baca Juga
Abu vulkanik merupakan material yang dihasilkan dari aktivitas letusan gunung berapi. Saat gunung berapi erupsi, abu vulkanik tersebar luas ke udara dan dapat mencapai daerah yang jauh dari lokasi letusan.
Selain merusak lingkungan fisik, abu vulkanik juga dapat menyebabkan dampak serius pada kesehatan manusia. Salah satu dampak utama dari menghirup abu vulkanik adalah gangguan pada saluran pernapasan.
Menurut Husain, salah satu pemerhati kesehatan di Gorontalo, partikel abu yang sangat kecil dapat masuk ke dalam paru-paru dan menyebabkan iritasi serta peradangan. Hal ini bisa menyebabkan gejala seperti batuk, sesak napas, dan nyeri dada.
Bagi orang dengan kondisi pernapasan yang sudah bermasalah, seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), kondisi ini dapat memperparah.
Tidak hanya itu, abu vulkanik juga dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan mata. Partikel halus dalam abu dapat mengiritasi kulit, menyebabkan ruam, gatal-gatal, dan bahkan luka bakar ringan.
"Ketika abu terkena mata, dapat menyebabkan iritasi, peradangan, dan bahkan kerusakan pada kornea jika tidak segera dibersihkan," kata Husain.
Gangguan lain jika terpapar abu vulkanik juga dapat mempengaruhi sistem peredaran darah. Partikel abu yang masuk ke dalam tubuh dapat memicu peradangan pada pembuluh darah, meningkatkan risiko pembekuan darah, dan bahkan memengaruhi tekanan darah.
"Ini dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular pada jangka panjang," ujarnya.
Selain itu, jika terhirup terlalu banyak dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh, sehingga meningkatkan risiko infeksi. Partikel abu yang masuk ke dalam sistem pernapasan dapat menjadi medium bagi bakteri dan virus untuk berkembang biak.
Maka dari itu, kata Husain, untuk mengurangi risiko dampak kesehatan yang disebabkan oleh abu vulkanik, langkah-langkah berikut dapat diambil. Salah satunya memakai masker yang dirancang khusus untuk menyaring partikel halus agar hidung terlindungi dari paparan abu vulkanik.
"Menggunakan pakaian panjang, topi, dan kacamata atau kacamata pelindung dapat membantu melindungi kulit dan mata dari iritasi abu vulkanik," ujarnya.
"Terpenting adalah membatasi waktu di luar ruangan saat abu vulkanik masih terdapat di udara dapat membantu mengurangi risiko paparan," ia menandaskan.