Liputan6.com, Manado - Waruga Sawangan merupakan situs yang menjadi saksi bisu peradaban masyarakat Minahasa. Situs yang merupakan makam leluhur Suku Minahasa itu sudah ada sejak zaman megalitikum.
Situs berupa kompleks pemakaman tradisional ini berada di Desa Sawangan, Minahasa, Sulawesi Utara. Mengutip dari indonesiakaya.com, situs ini tak lepas dari tradisi pemakaman Suku Minahasa.
Waruga berasal dari kata waru dan ruga. Waru berarti rumah, sedangkan ruga berarti badan. Dengan demikian, waruga berarti rumah atau tempat badan yang akan kembali ke surga.
Advertisement
Baca Juga
Dalam tradisi ini, jenazah yang dimasukkan ke dalam waruga diposisikan dengan tumit dan bokong yang bersentuhan serta mulut yang seolah mencium lutut. Posisi ini persis seperti posisi bayi dalam rahim.
Posisi ini memiliki filosofi berupa manusia mengawali kehidupan dengan posisi bayi dalam rahim, sehingga seharusnya juga kembali ke posisi yang sama ketika tiada. Dalam bahasa setempat, filosofi ini dikenal dengan istilah whom.
Selain diposisikan layaknya janin di dalam rahim, jenazah juga dihadapkan ke arah utara. Bagi masyarakat setempat, nenek moyang Suku Minahasa berasal dari utara.
Pada zaman dahulu, hanya orang-orang kelas sosial tinggi saja yang dikubur dalam waruga. Hal itu ditandai lewat ukiran yang ada di penutupnya, misalnya motif wanita bersalin menunjukkan jenazah yang dikubur adalah dukun beranak.
Waruga Sawangan Minahasa terdiri dari ratusan waruga yang tersebar di area pemakaman. Waruga-waruga ini terbuat dari batu dengan bentuk peti mati persegi panjang.
Struktur batu ini memiliki penutup atas berhias ukiran rumit yang mencerminkan keahlian seni dan keterampilan tinggi para leluhurnya. Jumlah waruga di Sawangan ada sekitar 143 buah dalam berbagai ukuran yang dikelompokkan berdasarkan ukurannya, waruga kecil (0-100 cm) ada 10 buah, waruga sedang (101-150 cm) ada 52 buah, dan waruga besar (151-250 cm) berjumlah 81 buah.
Saat ini, jejak zaman Megalitikum ini bisa ditemui di Taman Purbakala Waruga Sawangan. Taman yang berlokasi di Kabupaten Minahasa Utara ini kini menjadi destinasi wisata sejarah favorit masyarakat lokal maupun wisatawan.
Sebelum masuk ke area makam, pengunjung bisa melihat relief proses pembuatan waruga, mulai dari proses memahat batu hingga memasukkan jenazah. Relief itu menyambut pengunjung di sisi kiri dan kanan pagar pembatas.
Udara di daerah tersebut cukup sejuk dengan curah hujan tinggi. Tanahnya yang subur juga dimanfaatkan sebagai lahan pertanian oleh masyarakat sekitar.
Selain sebagai tempat pemakaman, Waruga Sawangan juga memiliki nilai ritual dan religius yang penting bagi Suku Minahasa. Mereka meyakini bahwa leluhur mereka tetap berhubungan dengan dunia roh yang memberikan kekuatan serta perlindungan.
Keberadaan Taman Purbakala Waruga Sawangan menjadi saksi bisu sejarah dan kehidupan masyarakat Minahasa pada masa lalu. Wisatawan bisa mendapatkan wawasan tentang tradisi pemakaman, kepercayaan, dan kehidupan sosial budaya Suku Minahasa yang begitu kaya.
Â
Penulis: Resla