Sukses

BMKG Catat 106 Gempa Selama April 2024 di Jawa Barat, Terdapat 6 Kali Gempa yang Dirasakan

"Kejadian gempa bumi terjadi dengan magnitudo gempa bumi terbesar yang tercatat adalah 6.5 dan magnitudo terkecil yang tercatat adalah 1.4"

Liputan6.com, Bandung - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Bandung mencatat 106 kali gempa bumi di wilayah Jawa Barat sepanjang Aprip 2024.

Dari jumlah tersebut, terdapat 6 kali gempa di antaranya yang dirasakan.

Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung, Teguh Rahayu menyampaikan, dari peta distribusi episenter gempa bumi periode bulan April 2024, terlihat 66 kejadian gempa berada di laut dan tersebar di selatan Pulau Jawa. Kejadian Gempa tersebut sebagai akibat dari aktivitas sesar aktif dasar laut.

"4 kejadian gempa bumi lainnya juga terjadi di laut, namun diakibatkan oleh adanya subduksi pertemuan lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia," kata dia dalam keterangannya di Bandung, dikutip Sabtu (4/5/2024).

Rahayu melanjutkan, terdapat 28 gempa yang terjadi di darat dengan kedalaman dangkal sebagai aktivitas sesar lokal dan 8 gempa bumi darat lainnya akibat aktivitas dalam lempeng tektonik Indo-Australia.

"Kejadian gempa bumi terjadi dengan kedalaman yang bervariasi pada rentang 4 hingga 317 km. Sedangkan kejadian gempa bumi terjadi dengan magnitudo gempa bumi terbesar yang tercatat adalah 6.5 dan magnitudo terkecil yang tercatat adalah 1.4," katanya.

6 Gempa yang Dirasakan

Sepanjang periode April 2024, BMKG Bandung mencatat terdapat 6kali gempa bumi yang dirasakan. Kejadian gempa bumi dirasakan salah satunya terjadi pada tanggal 27 April 2024 pukul 23:29 WIB, yang berpusat 8.42 Lintang Selatan dan 107.26 Bujur Timur pada kedalaman 70 Km.

Gempa berkekuatan magnitudo 6.5 tersebut dirasakan di Sukabumi dan Tasikmalaya dengan skala IV MMI, Bandung dan Garut skala III-IV, Tangerang, Tangsel, Bogor, DKI Jakarta, Kebumen, Banyumas, Cilacap dan Purwokerto skala III MMI, Bantul, Sleman, Kulonprogo, Trenggalek, Malang skala II MMI.

Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, kata Rahayu, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas deformasi batuan dalam lempeng Indo-australia yang tersubduksi di bawah lempeng Eurasia di selatan Jawa barat (intra-slab earthquake).

"BMKG menghimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Serta menghindari bangunan-bangunan retak atau rusak akibat gempa," kata Rahayu.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

12 Skala MMI

Merujuk uraian BMKG pada poster skala MMI, diketahui jika skala MMI itu terbagi dari I-XII, dengan potensi kerusakannya masing-masing. Pada skala I MMI, misalnya, getaran tidak dirasakan kecuali dalam keadaan luar biasa oleh beberapa orang. Skala II, getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.

Skala III, getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu. Skala IV, pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi.

Skala V, getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, orang banyak terbangun, gerabah pecah, barang-barang terpelanting, tiang-tiang dan barang besar tampak bergoyang, bandul lonceng dapat berhenti. Pada skala VI, getaran dirasakan oleh semua penduduk. Kebanyakan semua terkejut dan lari keluar, plester dinding jatuh dan cerobong asap pada pabrik rusak, kerusakan ringan.

Skala VII, tiap-tiap orang keluar rumah. Kerusakan ringan pada rumah-rumah dengan bangunan dan konstruksi yang baik. Sedangkan pada bangunan yang konstruksinya kurang baik terjadi retak-retak bahkan hancur, cerobong asap pecah. Terasa oleh orang yang naik kendaraan.

Skala VIII, kerusakan ringan pada bangunan dengan konstruksi yang kuat. Retak-retak pada bangunan dengan konstruksi kurang baik, dinding dapat lepas dari rangka rumah, cerobong asap pabrik dan monumen-monumen roboh, air menjadi keruh.

Skala IX, kerusakan pada bangunan yang kuat, rangka-rangka rumah menjadi tidak lurus, banyak retak. Rumah tampak agak berpindah dari pondamennya. Pipa-pipa dalam rumah putus. Skala X, bangunan dari kayu yang kuat rusak,rangka rumah lepas dari pondamennya, tanah terbelah rel melengkung, tanah longsor di tiap-tiap sungai dan di tanah-tanah yang curam.

Skala XI MMI, bangunan-bangunan hanya sedikit yang tetap berdiri. Jembatan rusak, terjadi lembah. Pipa dalam tanah tidak dapat dipakai sama sekali, tanah terbelah, rel melengkung sekali. Skala XII, hancur sama sekali, gelombang tampak pada permukaan tanah. Pemandangan menjadi gelap. Benda-benda terlempar ke udara.