Sukses

NASA Siap Kerjasama dengan RI Eksplorasi Ruang Angkasa

Untuk mengembangkan industri antariksa harus dimulai dari sosialisasi atau pengenalan ke sekolah-sekolah.

Liputan6.com, Surakarta - Eksplorasi antariksa masih belum menjadi pembicaraan arus utama di Indonesia. Namun keinginan mengembangkan industri antariksa mulai menggeliat.

Sebuah seminar dirgantara dan antariksa/luar angkasa diselenggarakan oleh PT Icon Aviasi Indonesia. Dalam seminar ini penyelenggara mendatangkan tim dari National Aeronautics and Space Administration (NASA). Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat adalah badan independen Pemerintah Federal AS yang bertanggung jawab atas program luar angkasa sipil, serta penelitian aeronautika dan luar angkasa. NASA didirikan pada tahun 1958.

Selain itu juga hadir dari VOYAGER SPACE, NASA HUNCH, dan OCCULLOSPACE. Berbagai lembaga dan organisasi internasional ini mengupas dan mengurai seluk beluk keilmuan antariksa dan dunia di luar bumi.

Seminar yang diselenggarakan di Solo Park, Surakarta ini bertajuk Igniting ASEAN’S Space Exploration Oddyssey (Memicu Oddyssey Eksplorasi Luar Angkasa ASEAN).

Menurut steering committe acara, Fatchurrahman Nugroho, kegiatan ini menjadi istimewa karena dihadiri oleh NASA, sebagai sebuah lembaga besar antariksa yang disokong langsung oleh pemerintah AS.

"Mungkin saja kedatangan tim NASA ini baru pertama kali di Indonesia," katanya.

Fatchurrahman Nugroho juga menyampaikan alasan kenapa Indonesia menjadi incaran dunia terutama dalam persoalan antariksa dan kedirgantaraan. 

"Indonesia adalah negara yang berada di tengah tengah titik katulistiwa, atau di titik tengah dunia. Sejak zaman sebelum Masehi pun sudah menjadi incaran dari makhluk luar angkasa," katanya.

Berbagai penelitian menyebutkan Indonesia pernah menjadi pacu landasan untuk pesawat antariksa adalah Candi Borobudur. Memang ini belum menjadi kesimpulan akhir. Namun ada beberapa alasan yang menjadi dasar.

Pertama, banyak yang mengatakan bahwa susunan batu candi Borobudur adalah poros pendaratan dan penerbangan pesawat luar angkasa. Karena bentuk yang mengerucut ke atas tengahnya. Kedua, candi Borobudur juga disebut sebagai alat GPS, penunjuk waktu dan tanggal pada masa lampau. 

"Dari cerita itu, sebenarnya yang terjadi atas wilayah Indonesia adalah menjadi incaran. Oleh siapa? Amerika dannegara besar lainnya?" kata Fatchurrohman Nugroho.

Hal-hal semacam ini memerlukan penelitian lebih lanjut.

 

 

2 dari 2 halaman

Yang Harus Dilakukan

Banyak tokoh tokoh antariksa dunia yang hadir dalam seminar itu. Mereka diakui kepakarannya di bidang kehidupan antariksa.

BranelleRodriguez, ArtemisVehicleManager, NASA (USA), Scott Rodriguez,Vice President of NASA HUNCH (USA) Program, Nanoracks (USA), Ts.Mohd Zahiruddin BinMohd Tohir,Chief Executive Officer, OculloSpace (Malaysia), Dr Franco Gan, Founder, OculloSpace (Singapore)., Indonesia Space Agency (INASA) BRIN.

Selain itu ada juga ilmuwan dan akademisi serta peneliti dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Marsudi Wahyu Kisworo mengatakan, Indonesia ini sangat kaya akan sumber daya. Bukan hanya sumber daya alam, seperti tambang dan lautnya saja, namun juga sumber daya angkasa.

”Kita ingin menyadarkan mengenai sumber daya angkasa yang terabaikan ini. Untuk itu kita bisa mengeksplorasi mengenai sumber daya angkasa ini,” katanya.

Adv. Capt. Rizki Adam, LL.M.,P.hD, CEO PT Icon Aviasi Indonesia menyebutkan saatnya Indonesia melirik industri antariksa. Untuk mewujudkannya, pemerintah akan bekerjasama dengan NASA agar bisa mengembangkan industri antariksa dengan sumber daya yang dimiliki Indonesia.

"Ini baru yang pertama, makanya kita perlu kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk dengan perguruan tinggi, untuk mewujudkan mimpi itu,” katanya.

Founder OculloSpace Franco Gan mengatakan, potensi Indonesia untuk mengembangkan industri ini sangat besar. Sebab Indonesia memiliki lokasi yang bagus. Bahkan jika dinilai secara global, lokasi Indonesia dinilai yang terbaik.

”Bahkan selama sepuluh tahun terakhir kita fokus mengenai ekosistem antariksa. Kita bicara mengenai fabrikasi, suku cadang hingga semua komponennya. Dari pemetaan kami, Indonesia memiliki wilayah yang stabil. Banyak Industri yang bisa disiapkan di negara ini,” katanya.

Vice President of NASA HUNCH (USA) Program, Scott Rodriguez menyambut baik keinginan Indonesia atas ketertarikan dengan luar angkasa.

"Kalau ingin mengembangkan industri antariksa ini, harus dimulai dengan pengenalan di sekolah sekolah.

Fatchurrohman Nugroho menyebutkan bahwa ide kegiatan ini berawal dari obrolan di internal Relawan Prabowo Gibran (RPG) yang bergerak khusus dibidang keilmuan angkasa luar. Ketika yang lain berbicara kue jabatan, para relawan ini malah asyik dengan pengembangan ilmu pengetahuan.

"Terima kasih kepada kawan kawan relawan yang dalam hal ini tidak berebut jabatan setelah masa pilpres, tetapi malah membantu memberi sumbangsih pemikiran dan kekayaan intelektual untuk bangsa dan negara," katanya.