Liputan6.com, Garut - Solihin (51) warga asal Kampung Cijeler Kidul, Desa Leuwigoong, Kecamatan Leuwigoong, Garut, Jawa Barat, memiliki penyakit langka tidak bisa tidur dalam waktu empat tahun terakhir.
“Saya tidak bisa tertidur baik siang maupun malam sejak 2020 lalu, meskipun dipaksakan tidur sekejap pun tak bisa tidur,” ujar dia, Sabtu (25/5/2024).
Pria paruh baya tersebut menerangkan, awal mula terjangkit penyakit langka sulit tidur itu, dimulai saat dirinya merasakan sakit di bagian telinga kanan, hingga sulit mendengar atau budeg.
Advertisement
Baca Juga
Berbagai macam cara pengobatan baik medis, terapi hingga bertanya pada orang pintar sudah pernah ditempuh Solihin, untuk menyembuhkan penyakit langkanya itu.
“Sudah berobat ke puskesmas, rumah sakit Garut hingga rumah sakit Bandung, termasuk mengonsumsi berbagai obat tetap tidak mempan, tetap tidak bisa tidur,” ujar dia maradang.
Tak ayal, selama pengobatan berlangsung, ragam aset miliknya kini sudah berpindah tangan, akibat tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk mengobati penyakit langka sulit tidur itu.
“Ada yang bilang minum obat tidur juga sudah dicoba beberapa kali tetapi belum mempan juga,” ungkap pria beprofesi buruh harian lepas itu memelas.
Kondisi itu diamini sang anak Nuri Sriwati (19). Menurutnya, selama empat tahun terakhir ayah kandungnya memiliki penyakit langka tidak bisa tertidur meskipun dalam waktu sekejap.
“Aktivitas bapak hanya sekedar menonton TV dan mengobrol dengan warga maupun keluarga yang lain,” papar dia.
Simak Video Pilihan Ini:
Harapkan Bantuan
Meskipun tidak tidur dalam jangka waktu lama, Nuri menyatakan kondisi bapaknya terlihat normal, dan masih melakukan aktivitas seperti biasa dengan warga sekitar.
“Tapi kadang mengalami lemas juga, dan sudah tidak bisa beraktivitas yang berat-berat,” kata dia.
Awalnya Nuri mengaku tidak percaya dengan penyakit langka sulit tidur yang dialami bapaknya. Namun setelah diperhatian memang kondisi ayahnya demikian.
“Saya juga tidak menyangka, memang siang dan malam bapak tidak pernah terlihat tidur selama itu,” kata dia.
Akibat penyakit langka sulit tidur, Nuri menyatakan ayahnya sudah meninggalkan pekerjaan kuli serabutan yang biasa digunakan sebagai pemasukan keuangan keluarga.
“Dari pertama ia rasakan sakit (sulit tidur) hingga sekarang sudah tidak bisa bekerja apapun untuk mencari nafkah,” ujar dia.
Dengan kondisi itu, Nuri berharap adanya bantuan pemerintah termasuk uluran tangan dermawan demi kesembuhan bapaknya, yang tidak memiliki fasilitas jaminan kesehatan itu.
“Kondisi perekonomian keluarga kami juga sudah tidak berdaya untuk berobat kemana pun,” ujar dia.
Advertisement