Liputan6.com, Garut - Warga Kampung Tengah, Desa Sukamulya, Kecamatan Pakenjeng Garut, Jawa Barat menagih janji pemerintah daerah (Pemda) Garut, soal relokasi akibat bencana tanah bergerak di wilayah itu.
“Rumah yang hancur rusak berat sudah enam unit, yang rusak sedang sudah dua, warga sangat ketakutan karena bukit ini kalau hujan berpotensi longsor sampai ke daratan di bawah dekat sungai,” ujar Ketua RT Kampung Tengah Maska, Selasa (28/5/2024).
Menurutnya, musibah pergerakan tanah mulai terjadi sejak Maret lalu, saat ini bentangan retakan tanah sudah mencapai sekitar 480 meter, dengan kedalaman mencapai 12 meter lebih.
Advertisement
“Sebanyak 48 rumah dan lahan seluas 57 Hektar terancam akibat bencana pergerakan tanah ini, mereka akhirnya mengungsi ke rumah sanak saudara di kampung lain,” papar dia.
Akibat kondisi yang cukup mengkhawatirkan, warga sekitar enggan melakukan aktivitas pada malam hari, terlebih dalam sepekan terakhir wilayah Garut selatan kerap diguyur hujan dengan intensitas tinggi. “Khawatir longsor,” kata dia.
Tidak hanya itu, janji pemda Garut yang akan melakukan upaya relokasi warga ke lokasi lebih aman hingga saat ini belum terealisasi.
“Warga lebih memilih beraktifitas sekaligus mengontrol kondisi kampungnya saat cuaca cerah di siang hari,” kata dia.
Hal senada disampaikan Puloh (55), warga Kampung Tengah, Desa Sukamulya. Menurutnya, akibat hujan tinggi dalam sepekan terakhir, sebuah bukit di Kampung Tengah nampak terbelah akibat pergerakan tanah.
Terancam Longsor
Akibat fenomena pergerakan tanah itu, beberapa kampung di bawah kaki Gunung Beser terancam bencana longsor.
“Di lokasi ini sebelumnya ada dua rumah termasuk orangtua saya roboh akibat pergerakan tanah ini,” kata dia.
Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, Puloh bersama keluarga dan warga lainnya, terpaksa mengungsi ke rumah keluarganya yang berada di Kampung Cipeundeuy, Desa Sukamulya.
“Kami khawatir bukit yang ditinggali akan terjadi longsor, khususnya di saat cuaca hujan,” ujar dia.
Advertisement