Sukses

Mau Jadi Perintis Ekonomi Sirkular? Urus Sampah Plastik dengan Serius

Ekonomi sirkular adalah model ekonomi yang bertujuan meminimalkan penggunaan sumber daya alam dan mengembalikan sisa produksi ke dalam rantai nilai.

Liputan6.com, Semarang - Konsep ekonomi sirkular makin digaungkan untuk merespon parahnya eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan.

Direktur Lingkungan Hidup, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Medrilzam menyebut bahwa manusia saat ini sudah hidup dalam era yang melampaui batas (the overshoot era). Sistem ekonomi linear hanya menerapkan sistem ambil-pakai-buang. Dampaknya mengancam keberlanjutan hidup spesies, mencemari tanah, air, hingga menyebabkan naiknya suhu global. 

"Ekonomi sirkular adalah model ekonomi yang bertujuan meminimalkan penggunaan SDA. Gampangnya, suatu produk harus didesain memiliki daya guna selama mungkin, dan mengembalikan sisa proses produksi dan konsumsi ke dalam rantai nilai. Konsep ini lebih dari sekadar pengelolaan sampah, tapi menekankan pada efisiensi sumber daya, dan kita harus melihat keseluruhan rantai nilai," katanya seperti ditulis brin.go.id.

Konsep ekonomi sirkular memang tak berfokus hanya pada daur ulang sampah semata, namun juga turut berperan memperpanjang siklus hidup dari suatu produk, bahan baku, dan sumber daya yang ada agar dapat dipakai selama mungkin.

Saat ini belum banyak produsen yang menerapkan sistem ini. Bahkan mereka malah menyumbang sampah plastik. Dari kantong sekali pakai, kemasan produk makanan, minuman maupun berbagai keperluan rumah tangga. Gampang ditemui mulai di sudut-sudut jalan, tepian sungai, pesisir, hingga tengah laut.

Hal itu diperparah dengan buruknya tata kelola sampah di negeri ini. Tanggung jawab produsen kepada sampah dan limbahnya diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (PP 81/2012).

Audit yang dilakukan Break Free From Plastic baru-baru ini menyebutkan daftar top plastic polluters di Indonesia yakni Wings Group, Mayora Indah, Indofood, hingga Unilever.

Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) menunjukan, Indofood, Wings Food, Mayora, Unilever, dan Ajinomoto mendominasi tumpukan sampah di tepi sungai, danau dan pantai di Indonesia.

2 dari 3 halaman

Adakah Perusahaan yang Serius Mengelola Sampah Plastik?

Direktur Pengurangan Sampah pada Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Berbahaya dan Beracun Kementerian LHK Vinda Damayanti Ansjar mengatakan saat ini terdapat 20 ribu bank sampah. Namun, sebagian besar bank sampah tidak aktif karena tidak mampu berjejaring dengan pihak off-taker atau pembeli.

“Sampah plastik tersebut bermuara di tempat pembuangan akhir (TPA) saja tanpa ada perputaran, sehingga konsep ekonomi sirkular tidak terwujud,” kata Vinda.

Meski demikian, masih ada perusahaan yang menganut sistem ekonomi sirkular. Aqua Danone merupakan salah satu produsen pelopor ekonomi sirkular yang cukup aktif dan serius urusi sampah plastik. 

Karyanto Wibowo, Sustainable Development Director Danone Indonesia, menyampaikan sejumlah inisiasi Danone AQUA dalam menanggulangi sampah plastik demi keberlangsungan ekonomi sirkular.

Secara konsisten Danone AQUA punya 3 fokus utama yaitu, pengembangan infrastruktur pengumpulan sampah plastik, edukasi konsumen dan inovasi atas kemasan yang digunakan, termasuk kemasan galon guna ulang.

"Saat ini, 70 persen bisnis Danone-AQUA merupakan produksi air minum dengan kemasan galon guna ulang yang praktiknya telah sepenuhnya sirkular," katanya.

AQUA juga sudah menghilangkan tutup plastik bening pelapis tutup botol karena dianggap tidak penting, dan sulit didaur ulang. Namun menurut Karyanto, pihaknya tetap menjaga keamanan produk.

Pneliti Ekonomi Lingkungan Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), Bisuk Abraham Sisungkunon menyebut salah satu kendala mandeknya proses ekonomi sirkular adalah karena berbagai industri menggunakan jenis plastik berbeda yang minim nilai ekonomis.

"Mungkin kita sama-sama paham bahwa sampah plastik dapat didaur ulang, namun butuh waktu dan biaya tambahan dalam proses pengumpulan dan penyortiran," katanya.

Karyanto meyakini praktik Galon Guna Ulang ini dapat meminimalisir dampak terhadap lingkungan dengan lebih rendah karbon, serta lebih efisien dalam penggunaan air dan plastik.

"Penggunaan selama bertahun-tahun oleh konsumen di Indonesia, tanpa disadari galon guna ulang telah membentuk budaya reduce dan reuse di Indonesia," kata Karyanto.

Dalam perjalanannya penggunaan galon guna ulang diperkirakan dapat mengurangi timbulan sampah plastik di tempat pembuangan akhir hingga 316 ton per tahun.

Data BPOM, galon guna ulang digunakan oleh 96,4 persen industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK), yang berarti pengguna galon sekali pakai hanya sekitar 3,6 persen. Penggunaan galon guna ulang di industri AMDK ini merupakan praktik penggunaan kemasan guna ulang terbesar di dunia. Tidak ada penggunaan kembali kemasan pangan di negara manapun semasif kemasan galon guna ulang di Indonesia.

Asosiasi Perusahaan Air Kemasan Indonesia (ASPADIN) mencatat tingkat konsumsi AMDK galon diperkirakan sebesar 20 miliar liter per tahun. Jika satu galon berisi 20 liter, maka menurut dia, akan ada 1 miliar galon sekali pakai yang terbuang. 

Dan jika dikalikan berat kemasan kosong AMDK galon seberat 799 gram, maka akan ada tambahan 70 ribu ton sampah plastik.

Model ekonomi sirkular Aqua dikuatkan kerjasama dengan Ikatan Pemulung Indonesia (IPI) untuk menjalankan program Peningkatan Pengumpulan Sampah Plastik di Provinsi Bangka Belitung.

 

3 dari 3 halaman

Siapa Jadi Perintis?

Dalam pilar pengembangan infrastruktur pengumpulan sampah pada inisiatif #BijakBerplastik, AQUA turut berkontribusi membangun unit bisnis daur ulang atau Recycling Business Unit (RBU). Saat ini, AQUA  mengembangkan dan mendampingi hingga 6 unit RBU, termasuk RBU Tangerang Selatan. 

Selain turut mengembangkan RBU, AQUA juga mengembangkan dan mendampingi 10 collection center, lebih dari 100 bank sampah unit, 8 bank sampah induk berjaring 7.947 pemulung seluruh Indonesia, hingga 20 TPS3R dengan 2 TPS3R Sampahku Tanggung Jawabku (Samtaku) terbesar di Indonesia yakni di Jimbaran Bali dan Lamongan Jawa Timur.

TPST Samtaku Lamongan berlokasi di Desa Banjarmendalan, Kabupaten Lamongan, tepat di pesisir pantai utara Provinsi Jawa Timur. Lokasinya yang strategis cocok untuk menekan jumlah sampah yang berpotensi masuk ke laut sehingga mampu berkapasitas pengolahan sampah hingga 60 ton per hari.

Saat ini, seluruh kemasan botol plastik Danone-AQUA mengandung material daur ulang hingga 25 persen dan pada tahun 2019 lalu, Danone-AQUA meluncurkan botol air minum pertama di Indonesia yang terbuat dari 100 persen plastik PET daur ulang (AQUA Life).

Dengan berbagai langkah konkret mengurangi sampah plastik dengan penerapan ekonomi sirkular, maka tak heran jika Danone AQUA mendapat berbagai apresiasi dari pemerintah daerah. Tak cuma bank sampah, AQUA 6 kali berturut-berturut mendapatkan Anugerah Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan (Proper) kategori Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kepada PT Tirta Investama – pabrik Mambal (Aqua Mambal), NTB pada 2023 lalu.

Selain kategori Emas yang diterima pabrik AQUA Mambal, 12 pabrik lainnya yaitu AQUA Mekarsari, Babakanpari, Klaten, Airmadidi, Cianjur, Ciherang, Citeureup, Pandaan, Solok, Subang, Wonosobo, dan Tanggamus juga menerima anugerah Proper Hijau yang diserahkan Menteri LHK. 

Tahun lalu sebanyak 5 pabrik yaitu Aqua Mambal, Klaten, Subang, Cianjur, dan Ciherang sempat menjadi kandidat Emas dan menjalani proses penilaian ketat dari Dewan Proper, sebelum akhirnya Aqua Mambal yang lolos menerima Proper Emas untuk keenam kalinya.