Sukses

Penantian Panjang Sekolah di Pedalaman Muara Enim, Akhirnya Teraliri Listrik

SDN 14 Rantau Dedap Kabupaten Muara Enim Sumsel akhirnya bisa teraliri listrik berkat pembangunan PLTMH kolaborasi dari kampus Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP), alumni UMP dan perusahaan.

Liputan6.com, Palembang - Tiga tahun bukan waktu yang singkat bagi para pelajar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 14 Rantau Dedap Kabupaten Muara Enim untuk menjalani proses belajar mengajar tanpa adanya penerangan listrik.

Walau sekolah digelar dari pagi hingga siang hari, namun fasilitas listrik sangat dibutuhkan untuk menunjang proses pembelajaran. Sayangnya, tiga tahun lamanya mereka hanya bisa mengandalkan pencahayaan alami untuk menerangi ruangan di sekolah ini.

Sekolah yang terletak di Kampung 4 Desa Segamit Kecamatan Semende Darat Ulu Muara Enim ini, merupakan simbol perjuangan pendidikan di kawasan pedalaman di Sumatera Selatan (Sumsel).

SDN 14 Rantau Dedap didirikan tahun 2007 sebagai sekolah filial, namun bangunan definitif baru rampung tahun 2021. Sejak awal beroperasi, sekolah ini tidak pernah mendapatkan fasilitas listrik.

Padahal Kabupaten Muara Enim yang terkenal dengan julukan Bumi Serasan Sekundang, merupakan daerah penyumbang batu bara di wilayah Sumatra dan Jawa. Batu bara sendiri merupakan bahan bakar terbaik bagi pembangkit listrik.

Jarak sekolah dengan perkotaan di Muara Enim cukup jauh, sekitar 12 Kilometer. Sebelum sekolah ini dibangun, para pelajar di Rantau Dedap harus menempuh jarak sejauh belasan kilometer, untuk ikut ujian sekolah di SDN 014 Muara Enim.

Penantian panjang merek berakhir sudah, dengan dibangunnya Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), kolaborasi antara Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP), alumni dan sejumlah perusahaan mendukung proses instalasi listrik.

Senyum sumringah tergambar di wajah para guru dan pelajar, saat melihat ruang kelas mereka sudah diterangi lampu, yang digelar soft launching PLTMH pada Selasa (4/6/2024) lalu.

Kepala SDN 14 Rantau Dedap Muara Enim Zul Fikri, mengapresiasi upaya kolaborasi ini. Sebab selama ini, siswa hanya belajar seadanya.

Saat sekolahnya masih berstatus filial, para guru menghadapi berbagai kendala. Apalagi memasuki teknologi digital, mereka sulit untuk merealisasikannya di sekolahnya dengan ketiadaan aliran listrik.

“Akhirnya, 125 siswa kami hanya menerima materi melalui buku pelajaran. Ketiadaan listrik membuat kami tidak bisa memanfaatkan teknologi digital dalam pembelajaran. Padahal, metode ini sangat membantu dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran,” katanya, Minggu (9/6/2024).

Dia berharap dengan adanya fasilitas listrik tersebut, para siswa bisa kian semangat untuk belajar dan mendapatkan banyak literasi dan referensi pendidikan terbaik. PLTMH ini juga bisa digunakan oleh masyarakat sekitar, untuk kebutuhan rumah tangga dan lainnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Akses yang Sulit

Alumni Fakultas Teknik UMP Edwin Mauladi mengatakan, medan yang terjal dan akses yang sulit, menjadi tantangan tersendiri dalam proses pemasangan instalasi listrik yang memiliki kapasitas 10 Megawatt.

Namun 32 mahasiswa Teknik Elektro Fakultas Teknik UMP dipimpin dosen sekaligus pakar mikrohidro, Zulkifli Saleh, mampu mewujudkan mimpi anak-anak sekolah dasar tersebut.

“Kami selaku alumni merasa terpanggil untuk turun membantu. Kami juga bersyukur akhirnya mendapat dukungan dari pihak lain, termasuk PT Supreme Energy Rantau Dedap (PT SERD). Semoga niat baik ini mendapat apresiasi dan dukungan dari semua,” ujarnya.

Hazairiadi, Site Support Superintendent PT SERD melalui Jhanson Parliatan dari Divisi External Relation berujar, upaya gotong royong yang dilakukan oleh kampus UMP patut dicontoh.

“Dari kegiatan ini kita melihat bagaimana perhatian dari akademisi, kampus dan alumni, yang secara serius mengupayakan kemajuan sektor pendidikan dan infrastruktur, khususnya di Dusun ini,” ucapnya.