Liputan6.com, Manado - Kota Manado, dan beberapa daerah di Sulut berpotensi mengalami likuifaksi seperti yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah pada tahun 2018 lalu. Hal ini terungkap dalam diskusi publik yang digelar di JG Center Kabupaten Minahasa Utara, Sulut, belum lama ini.
“Di Sulawesi Utara ini ada peta yang saya ambil dari BNPB tentang zona likuifaksi yang dulu pernah terjadi di Palu, dan ternyata di tempat kita juga mempunyai potensi likuifaksi,” ungkap akademisi dari Universitas Sam Ratulangi Manado dan juga pakar Geospasial Drs Agus S Budiarto MSc.
Dia mengatakan, daerah yang paling berpotensi terjadi likuifaksi adalah Kota Manado. Di Manado di daerah pantai adalah zona likuifaksi yang sangat mengkhawatirkan, lalu Minahasa Selatan di Amurang.
Advertisement
Baca Juga
“Rata-rata di zona yang merah-merah itu adalah pantai-pantai yang termaksud zona penekanan yang dapat mengalami likuifaksi secara merata dan struktur tanah menjadi rusak, parah hingga hancur,” papar Agus.
Menurutnya, jika sudah dalam kondisi sepeti itu maka bangunan-bangunan yang ada di pinggir pantai, tanahnya bisa hancur seperti yang ada di Palu.
“Jadi perlu waspada. Ini tidak menakut-nakuti ini sebagai kewaspadaan kita, bahwa kita itu memang hidup di daerah rawan bencana,” kata Agus.
Dia menerangkan bahwa likuifaksi itu dipicu karena wilayah Sulut termasuk di daerah cincin pasifik. Ring of fire-nya pasifik ini adalah daerah yang punya lempeng tektonik yang aktif selalu bergerak sehingga di dalam cincing pasifik itu terjadi besar-besaran.
“Baru-baru ini gempa yang ada di utara ada di Jepang menimbulkan tsunami dan lain-lain. Di Indonesia, ada jalur itu semua, baru-baru di gunung ruang itu juga masuk dalam jalur itu,” ujarnya.