Sukses

Keistimewaan Ranu Darungan di Gunung Semeru, Tak Kalah dengan Ranu Kumbolo

Adapun nama lain Ranu Darungan muncul karena lokasinya yang terletak di kaki selatan Semeru, tepatnya di Dusun Darungan, Desa Pronojiwo, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang.

Liputan6.com, Lumajang - Selain Ranu Kumbolo, Gunung Semeru juga memiliki danau kecil atau ranu yang memiliki keistimewaan tersendiri. Adalah Ranu Linggo Rekisi atau Ranu Darungan.

Selain Ranu Kumbolo dan Ranu Darungan, ada pula dua ranu lainnya, yakni Ranu Pani dan Ranu Regulo. Adapun keistimewaan Ranu Darungan terletak pada lokasinya yang dikelilingi tebing hijau dan hutan lebat yang menjadi rumah bagi beragam satwa liar.

Mengutip dari indonesia.go.id, nama rekisi diambil dari sebutan tanaman yang mengelilingi perairan danau seluas 2.500 meter persegi. Sementara, nama linggo diambil dari bentuk ranu yang berbelok-belok.

Adapun nama lain Ranu Darungan muncul karena lokasinya yang terletak di kaki selatan Semeru, tepatnya di Dusun Darungan, Desa Pronojiwo, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Dusun ini letaknya di ketinggian 830 mdpl.

Air dari danau ini dimanfaatkan sebagai sumber air bersih bagi lima dusun di sekitarnya, yakni Dusun Ranu, Dusun Tulungagungan, Dusun Kalibening, Dusun Mulyoarjo, dan Dusun Darungan. Ranu Darungan memang masuk ke dalam wilayah pemanfaatan lahan Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), sehingga masyarakat setempat diperbolehkan memanfaatkan sumber daya alam tanpa merusak ekosistem yang ada.

Ranu Darungan menjadi rumah bagi 198 jenis anggrek alam dan habitat dari 200-an jenis burung. Kawasan ini pun menjadi pusat konservasi anggrek di kawasan berketinggian 830 mdpl.

Kawasan seluas sekitar 3.557,41 hektare ini terdapat 53 spesies dari 22 marga anggrek epifit. Berdasarkan hasil penelitian Reza Khoiron Nisa dan kawan-kawan dari Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya yang dipublikasikan pada 31 Januari 2021, tercatat ada sekitar 48 spesies anggrek dari 28 marga.

Marga tersebut terdiri dari anggrek epifit, terestrial, dan saprofit. Spesies yang ditemui didominasi oleh Appendiculla sp., Eria monostachya, Eria multiflora, Eria sp., Calanthe triplicata, Corybas pictus, Corymborkis veratifolia, dan Cystorchis aphylla.

Keistimewaan ini dimanfaatkan oleh Kelompok Tani Konservasi Ranu Linggo Rekisi untuk menjadikan kawasan tersebut sebagai lokasi budi daya tanaman anggrek. Hingga pada 26 Maret 2022 lalu, pusat konservasi anggrek seluas 2.800 meter persegi bernama Orchidarium Ranu Darungan atau Taman Anggrek Darungan diresmikan.

Pihak Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) mengatakan telah mengumpulkan 198 dari sekitar 255 jenis anggrek alam yang terdapat di TNBTS. Anggrek-anggrek tersebut akan dikembangkan di pusat konservasi anggrek pertama di Indonesia yang dibangun di pegunungan.

Sejak mulai dibangun pada 2018, Orchidarium Ranu Darungan ini juga didesain sebagai destinasi wisata minat khusus bagi penelitian anggrek dan pemantauan burung (bird watching). Avichidtourism menjadi tema baru wisata minat khusus di Ranu Darungan yang melengkapi paket trekking ke jalur pengamatan anggrek dan burung yang sebelumnya sudah ada.

Pihak pengelola telah menyiapkan tiga jalur yang sudah dipetakan sepanjang 3-4 kilometer dengan medan datar. Trek bagi pengamatan burung sama dengan jalur pengamatan anggrek, tetapi mereka akan bersembunyi di hide atau ruang penyamaran yang dibangun pihak taman nasional.

Ruang tersebut berbentuk layaknya gubuk berukuran 3 x 4 meter. Bangunan itu ditutupi dedaunan dan jaring kamuflase warna gelap. Ranu Darungan menjadi habitat sekitar 200-an jenis burung, salah satunya ciung batu siul (Myophanus caeruleus) yang populasinya cukup banyak dan mudah ditemui di dekat sungai.

 

Penulis: Resla