Sukses

Rencana Ekspansi Pasar Beras BULOG melalui Investasi di Kamboja

Perum BULOG akan melaksanakan langkah strategis melalui kerjasama ekonomi dan investasi pangan dengan negara Kamboja.

Liputan6.com, Jakarta - Perum BULOG akan melaksanakan langkah strategis melalui kerjasama ekonomi dan investasi pangan dengan negara Kamboja, guna menjaga stabilitas pangan dan melakukan keunggulan kompetitif rantai pasok beras.

Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, menyampaikan penugasan pemerintah untuk melakukan investasi pangan ke Kamboja bukan hanya tentang memperluas jangkauan geografis, tetapi juga tentang mewujudkan keunggulan kompetitif rantai pasok beras sehingga ketahanan pangan di Indonesia dapat terwujud.

"Hal ini sesuai dengan salah satu visi transformasi kami, untuk menjadi pemimpin rantai pasok pangan terpercaya," jelasnya.

Berdasarkan KSA BPS, diperkirakan pada Juni 2024, produksi beras mulai menurun menjadi 2,12 juta ton. Salah satu faktor yang paling mempengaruhi penurunan produksi beras adalah krisis iklim.

"Kami siap melaksanakan penugasan tersebut, termasuk melakukan komunikasi dengan beberapa pelaku usaha beras di sana. Kerjasama perdagangan beras yang baik dan telah terjalin dengan Kamboja selama ini, diharapkan dapat meningkat sejalan dengan rencana kerjasama ekonomi dan investasi pangan Perum BULOG di sana," kata Bayu.

Sementara Direktur The Climate Reality Project Indonesia sekaligus Ketua Omar Niode Foundation mengatakan saat ini sedang terjadi polikrisis, dengan satu krisis saling mempengaruhi krisis lainnya, seperti krisis ekonomi, krisis iklim, krisis kesehatan, krisis pangan, dan lain-lain.

"Hal ini membuat kita tidak bisa melihat setiap masalah sebagai masalah yang berdiri sendiri, melainkan semua saling terkait dan dampaknya terhadap manusia sangat besar. Namun yang paling menjadi sorotan dunia saat ini adalah perubahan iklim," katanya.

Negara Kamboja, sebagai produsen beras yang semakin diperhitungkan di Asia Tenggara pada tahun 2023 (menurut peringkat SeaSia.co), memiliki tanah yang subur untuk menanam beras karena secara gografis terletak di pinggiran Sungai Mekong dan anak-anak sungainya menyediakan sumber air yang melimpah untuk irigasi.

Hal ini tentunya sesuai untuk tanaman padi yang membutuhkan banyak air untuk tumbuh. Karakteristik kesuburan tanahnya juga menyerupai tanah di pulau Jawa.

Pakar Pangan Indonesia, Tito Pranolo menyebut beberapa negara memang sudah mulai menaruh minat untuk melakukan investasi pangan di Kamboja. Contohnya negara Qatar yang sempat mengalami masalah ketahanan pangan, menunjukkan minat untuk melakukan investasi agro di Kamboja.

"Lahan yang murah serta daerah pertanian yang subur, membuat Kamboja memiliki potensi besar pada industri pertanian," kata dia.

Investasi pangan ke Kamboja merupakan salah satu langkah strategis pemerintah Indonesia, untuk menjawab tantangan ketahanan pangan.

 

Â