Liputan6.com, Bandung - Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menerbitkan rekomendasi soal gerakan tanah di Kelurahan Pintukota, Kecamatan Lembeh Utara, Kota Bitung, Sulawesi Utara pada 7 April 2024.
Menurut Kepala PVMBG Kementerian ESDM, Hendra Gunawan, terjadi dua kejadian gerakan tanah di Kelurahan Pintukota yakni di Pintukota Besar RT 1 dan RT 2 Lingkungan 1 dan RT 6 Lingkungan 3.
"Daerah ini rawan terjadi banjir bandang dan longsor dan sudah terjadi dua kali banjir bandang dan longsor pada tahun 2017 dan 2024," ujar Hendra ditulis Sabtu, 15 Juni 2024.
Advertisement
Baca Juga
Hendra mengatakan banjir bandang dan longsor susulan maupun longsor baru masih berpotensi terjadi jika curah hujan tinggi dan masih banyak material longsoran dibagian atas.
Hendra merekomendasikan rumah atau bangunan yang rusak dan rumah atau bangunan terancam yang letaknya tepat di bawah atau muka material aliran bahan rombakan dan di muka zona longsoran sebaiknya dalam jangka panjang di relokasi karena masih berpotensi terancam longsoran atau aliran bahan rombakan susulan jika curah hujan tinggi.
"Jika tidak dilakukan relokasi perlu dilakukan rekayasa engineering dan bioengineering seperti metode perlindungan terhadap bahaya aliran bahan rombakan, seperti dengan membangun cek dam, dinding pengelak (deflection wall) dan pagar pemecah aliran (debris fences) atau debris flow catch basin," kata Hendra .
Berdasarkan informasi warga, bencana gerakan tanah terjadi pada tanggal 7 April 2024, awal kejadian pada pukul 17.00-18.30 WIB berupa longsoran, retakan dan material longsor yang menjadi aliran bahan rombakan.
Sebelum kejadian terjadi hujan lebat yang berlangsung lama. Berdasarkan informasi warga terdengar bunyi gemuruh dan longsoran terjadi secara bertahap pada saat kejadian. Bunyi tersebut berasal dari longsoran kemudian mengalir beserta tanah, batu maupun batang pohon.
"Kejadian banjir dan gerakan tanah atau longsor ini sebelumnya pernah terjadi juga pada tanggal 11 Februari 2017. Namun kejadian banjir dan longsor pada tanggal 7 April 2024 merupakan kejadian terbesar," sebut Hendra.
Hendra menjelaskan masyarakat yang berada di sekitar yang bermukim dibawah atau pada lereng terjal diharapkan selalu waspada terutama saat dan setelah turun hujan.
Pasalnya daerah ini berada pada zona kerentanan gerakan tanah tinggi sehingga mempunyai potensi longsoran baru serta longsoran susulan cukup tinggi terjadi.
"Penanggulangan tipe longsoran dapat dilakukan dengan perbaikan pengendalian air rembesan (drainase bawah permukaan) dan pengendalian air permukaan secara menyeluruh (tata salir atau saluran) drainase yang dilapisi saluran kedap dan untuk mencegah limpasan air dan jangan sampai terjadi genangan air, menutup retakan, perbaikan permukaan lereng," ungkap Hendra .
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Dampak Gerakan Tanah
Berdasarkan informasi dari Kelurahan Pintukota dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kota Bitung, dampak dari peristiwa longsoran dan aliran bahan rombakan di Kelurahan Pintukota yaitu 22 rumah rusak berat, 14 rumah rusak sedang dan 12 rumah rusak ringan, 79 jiwa mengungsi dan 179 jiwa terancam. Pada saat kejadian listrik juga padam dan jalan tertimbun material longsoran.
Kondisi (morfologi) daerah setempat menunjukan lereng yang curam-sangat curam dan dibawah nya merupakan dataran yang sempit serta merupakan dataran banjir jika terjadi hujan deras dibagian hulu.
"Kondisi geologi berupa batuan dasarnya breksi andesit dan diatasnya lava yang terkekarkan intensif diatasnya tuf dan tanah pelapukan. Breksi andesit tersebut merupakan bidang gelincir gerakan tanah. Lava yang terkekarkan intensif dan material tuf serta tanah pelapukan berupa pasir bersifat lepas menyebabkan material longsor menjadi sangat banyak," terang Hendra.
Sementara pada bagian tengah berdekatan banyak dijumpai rembesan atau mata air, muka air tanah dangkal, serta alur air sehingga ketika hujan material longsoran mengisi alur-alur air sehingga turut berperan terjadinya perubahan tipe dari longsoran menjadi tipe aliran bahan rombakan.
Mengingat kejadian longsor dan aliran bahan rombakan yang banyak terjadi kemungkinan intensitas curah hujan pada saat kejadian sangat tinggi-ekstreem.
"Berdasarkan informasi warga Sebelum kejadian terjadi hujan selama 3 hari kemudian pada saat kejadian hujan sangat lebat berlangsung selama kurang lebih 4 jam. Pasokan air yang berlebihan ini yang turut berperan terhadap kejadian aliran bahan rombakan atau debris flow dan longsoran," kata Hendra.
Hendra menuturkan penanggulangan longsor dengan melakukan perkuatan lereng atau penambatan tanah serta menurunkan geometri lereng pada daerah yang sudah longsor dan daerah yang berpotensi longsor.
Tujuannya pada material longsoran ini untuk mengurangi pergerakan material longsor dan menambah gaya penahan agar tidak terjadi longsor.
"Pemeliharaan dan penanaman tanaman keras berakar kuat dan pada area gerakan tanah yang dapat berfungsi menahan atau mengurangi longsoran," tukas Hendra.
Selain itu perlu dibentuk komunitas siaga bencana atau desa siaga bencana dan membuat sistem peringatan dini bencana banjir dan longsor pada lokasi ini mengingat ancaman gerakan tanah atau tanah longsor dan banjir yang tinggi pada lokasi ini.
Perlu dirutinkan pula pengontrolan dan pembersihan sumbatan kayu dan material lain yang berada pada alur air dan sungai agar tidak terjadi pembendungan alur yang memicu aliran bahan rombakan atau banjir bandang.
"Pembersihan material longsor harap memperhatikan cuaca dan potensi longsoran susulan," sebut Hendra.
BPBD Kabupaten Kota Bitung dan aparat pemerintah kelurahan setempat agar meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih mengenal dan memahami gerakan tanah dan gejala-gejala yang mengawalinya sebagai upaya mitigasi bencana akibat gerakan tanah dan jalur penyelamatan diri.
Â
Advertisement
Mekanisme Terjadinya Gerakan Tanah
Gerakan tanah di tipe aliran bahan rombakan di Pintukota Besar RT 1 dan RT 2 Lingkungan 1, Kelurahan Pintukota Kecamatan Lembeh Utara, Kota Bitung ini terjadi pada lereng lereng atas yang curam dan menimpa bagian dataran.
Tomatsu Takahashi, dalam (Debris Flow,1991) mengemukakan pandangan dari sisi praktis dua tipe proses pembentukan aliran bahan rombakan, yaitu aliran yang terbentuk dari material tidak stabil alur sungai atau disebut 'mobilized debris flow' dan aliran debris yang terbentuk dari material hasil runtuhan dam alam di hulu alur sungai disebut 'landslide dam debris flow.
"Mekanisme pembentukan kedua tipe aliran bahan rombakan tersebut berbeda," sebut Hendra.
Tipe pertama pembentukannya berdasarkan perubahan tekanan air pori dan penyebaran gaya-gaya yang bekerja pada lapisan debris ketebalan tertentu, sedangkan tipe kedua lebih didasarkan pada akibat runtuhnya dam alam di bagian hulu sungai.
Proses keruntuhan dam alam antara satu dengan lainnya berbeda, namun pada dasarnya akibat penambahan tampungan air yang berlebih.
Berdasarkan pengamatan lapangan menunjukan bahwa kejadian aliran bahan rombakan di Kelurahan Pintukota masuk ke dalam tipe aliran bahan rombakan yang terbentuk oleh akumulasi material hasil longsoran lereng bukit dan tebing alur sungai dan terbentuk dalam waktu yang sangat singkat pada kemiringan dasar alur yang curam.
Ketika terjadi longsoran dan curah hujan yang sangat tinggi yang awalnya berupa longsoran atau slide berubah menjadi aliran flow atau terjadi perubahan menjadi flowslide membentuk aliran bahan rombakan.
"Aliran bahan rombakan di Kelurahan Pintukota terjadi karena tersedia tiga komponen utama pembentuk aliran bahan rombakan yaitu air dalam jumlah melimpah yang memadai sebagai media pengaliran (baik dari air hujan atau air dari sekitarnya maupun mata air), material debris yang melimpah (dari longsoran) dan gaya gravitasi atau kelerengan yang curam.
"Tipikal kejadian aliran bahan rombakan sangat khusus, terjadi setelah atau saat hujan lebat," ucap Hendra.
Aliran debris memiliki suatu berat satuan (spesific gravity) yang tinggi sehingga batuan berukuran besar dan batang pohon dapat terbawa dalam aliran debris.
Meskipun aliran debris kandungan airnya sangat jenuh namun tetap berbeda dengan aliran banjir biasa. Kandungan sedimen suspensi dalam aliran secara ekslusif merupakan peristiwa mekanisme fluida.
Tipikal butiran material yang terdapat dalam unsur bahan cair adalah antara 30 hingga 70 persen dari volume aliran debris.
"Runtuhan batuan dapat berubah menjadi aliran debris jika diberikan tambahan pasokan air, sedangkan aliran debris jika menerima tambahan pasokan air dapat menjadi lebih mencair dan berubah menjadi banjir bergelombang (surging floods)," jelas Hendra.
Sementara gerakan tanah tipe longsoran atau gelinciran (slide) yang disertai retakan yang memanjang terjadi di Pintukota Besar, RT 6 Lingkungan 3 Kelurahan Pintukota, Kelurahan Pintukota terjadi pada perbukitan berlereng terjal-curam yang disusun oleh tuf dan tanah pelapukan berupa pasir lempungan dan dibawahnya berupa lava terkekarkan dan breksi yang kompak dan kedap air.
Pada batas antara tanah permeable dan batuan kedap air serta pada tekuk lereng banyak dijumpai mata air dan kedalaman muka air tanah dangkal.
"Curah hujan yang tinggi meresap melalui pori tanah dan retakan, sehingga tanah permukaan menjadi jenuh dan meningkatnya tekanan air pori. Tanah menjadi jenuh dan bobot massa tanah meningkat," tutur Hendra.
Kondisi ini menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan air pori dan berkurangnya daya ikat tanah. Pada saat curah hujan tinggi tekanan air pori menjadi meningkat dan kelerengan yang terjal menyebabkan terjadi longsoran dan retakan.
Â
Kondisi Gerakan Tanah
Kejadian gerakan tanah di sekitar Kelurahan Pintukota terbagi menjadi 2 tipe yaitu tipe aliran/flowslide/debrisflow (aliran bahan rombakan) dan tipe longsoran/gelinciran atau slide disertai dengan retakan yang memanjang.
"Aliran bahan rombakan (debris flow) ini merupakan tipe yang paling berbahaya dan umumnya mengancam dan merusak banyak rumah dan dapat menimbulkan banyak korban," ungkap Hendra.
Jenis aliran bahan rombakan ini umumnya longsoran menutup atau menimbun aliran alur atau mata air kemudian menjadikan aliran material yang jenuh air.
Aliran bahan rombakan di Pintukota Besar RT 1 dan RT 2 Lingkungan 1, Kecamatan Lembeh Utara terjadi di wilayah yang memiliki topografi yang curam dan pada saat curah hujan tinggi kemudian material longsoran menimpa pemukiman yang berada pada daerah yang landai.
"Kemiringan lareng yang curam (kurang dari 30 derajat) dan material longsoran memiliki peranan penting dalam proses pembentukan aliran bahan rombakan atau debris flow pada lokasi ini," terang Hendra.
Massa material longsor atau sedimen yang bergerak menuju alur sungai dan menerima tambahan pasokan air dari hujan kemudian berkembang membentuk aliran bahan rombakan/debris flow.
Mahkota longsoran pada bagian atas sebelum terjadi aliran bahan rombakan berkisar 25 m, lebar sekitar 34 m, dan panjang aliran bahan rombakan mencapai 300 m, arah aliran mengalami pembelokan dengan arah antara N 35oE – 58oE.
"Mengingat material di hulu alur sungai masih banyak, maka longsoran ini mempunyai potensi berkembang menjadi aliran bahan rombakan atau banjir bandang apabila terjadi pembendungan alur air atau curah hujan tinggi," kata Hendra.
Sementara jenis gerakan tanah kedua adalah tipe longsoran atau gelinciran (slide) yang disertai retakan yang memanjang terjadi di Pintukota Besar, RT 6 Lingkungan 3 Kelurahan Pintukota.
Jenis longsoran ini mengancam pemukiman yang berada dibawahnya. Dimensi longsoran lebar mahkota longsoran 25 m, panjang longsoran 43 m. Beda tinggi lereng yang longsor sekitar 17 m.
"Retakan yang memanjang diatas mahkota longsoran juga terjadi dengan panjang mencapai 115 m dengan lebar retakan bervariasi antara 10-25 cm. Arah longsoran dan potensi longsoran secara umum berarah N 170o-190 o E atau relatif selatan. Retakan juga terjadi di jalan utama dan mengarah ke lembah," tukas Hendra.
Berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Provinsi Sulawesi Utara (Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) secara regional lokasi ini terletak pada zona kerentanan gerakan tanah rendah-menengah.
Pada zona kerentanan gerakan tanah rendah adalah wilayah yang mempunyai proporsi kejadian gerakan tanah lebih dari 5 persen- 10 persen dari total populasi yang ada.
Sedangkan zona kerentanan gerakan tanah menengah artinya wilayah yang mempunyai proporsi kejadian gerakan tanah lebih dari 10 persen-25 persen dari total populasi yang ada.
Pada zona ini gerakan tanah rendah-menengah gerakan tanah dapat terjadi terutama pada wilayah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir atau lereng curam, tebing pemotongan jalan dan pada lereng yang mengalami gangguan.
Gerakan tanah lama dan baru dapat terjadi atau aktif Kembali jika dipicu oleh curah hujan tinggi dan/atau gempabumi. Gerakan tanah dapat terjadi dari lereng landai (3 derajat-9 derajat) sampai lereng curam (lebih besar dari 36 derajat) dan tergantung pada kondisi geologi setempat.
Advertisement