Sukses

Mampu Menyamar dalam Sel Tubuh, HIV Masih Belum Ada Obatnya

Para ahli sedang mencoba berbagai penelitian untuk menemukan obat agar virus HIV dapat hilang total dari tubuh.

Liputan6.com, Bandung - Human Immunodeficiency Virus (HIV) memiliki kemampuan untuk menyembunyikan diri alias menyamar di dalam sel tubuh yang obat pun tidak dapat mencapainya, alias tidak dapat terdeteksi.

Menurut General Practitioner Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) dr. Patricia Lukas Goentoro semasa siklus hidup HIV, virus menggabungkan dirinya ke dalam DNA sel inangnya.

"Terapi antiretroviral memang dapat menghentikan virus baru yang mungkin berasal dari infeksi sel baru," ujar Patricia dicuplik dari laman Hello Sehat, Jumat, 14 Juni 2024.

Patricia mengatakan namun metode ini tidak dapat menghilangkan DNA virus dari sel inang sepenuhnya.

Sel inang mungkin dapat dibunuh oleh infeksi atau mati seiring bertambahnya usia. Namun, masih ada beberapa sel yang hidup untuk waktu yang cukup lama di dalam tubuh.

"Hal tersebut berakibat pada DNA virus yang dapat hidup kembali dan sel yang mulai memproduksi virus baru. Oleh karena itu, kecil kemungkinan HIV bisa sembuh sendirinya," kata Patricia.

Bahkan orang yang menjalani pengobatan HIV pun harus patuh terhadap aturan dokter. Hal ini dikarenakan ketika seseorang menghentikannya perawatannya, meskipun hanya sebentar, ternyata dapat mengaktifkan kembali sel-sel baru yang terinfeksi HIV.

Maka itu, para ahli sedang mencoba berbagai penelitian untuk menemukan obat agar virus HIV dapat hilang total dari tubuh.

"Sampai saat ini mereka berusaha mencari cara untuk mengaktifkan sel yang membuat DNA virus tidak terdeteksi," ungkap Patricia.

Cara tersebut diharapkan dapat memaksa sel 'keluar ke tempat terbuka', sehingga DNA dapat menjadi target selanjutnya oleh obat antiretroviral.

HIV dapat ditangani jika menjalani perawatan dengan baik. Mulai dari terapi antiretroviral (ART) hingga mengonsumsi obat-obatan dapat membantu membuat tubuh penderitanya lebih sehat, tetapi perlu dilakukan seumur hidup.

"Perawatan dan pengobatan yang dijalani oleh para pasien HIV memang tidak bertujuan untuk menyembuhkan tubuh mereka dari virus tersebut," tukas Patricia.

Namun, metode ini dilakukan agar tubuh penderita tetap fit menjalani aktivitas sehari-hari. Sampai saat ini memang belum ada obat dan terapi yang membuat penderita HIV sembuh total.

Oleh karena itu, jawaban dari pertanyaan HIV bisa sembuh dengan sendirinya belum dapat dipastikan karena para peneliti pun masih dalam tahap mengembangkan obatnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tiga Kasus HIV Sembuh

Walaupun HIV tidak ada obat yang benar-benar menyembuhkan, ada beberapa kasus tertentu yang menunjukkan bahwa pasien yang terinfeksi bisa sembuh.

"Tentu kasusnya tidak banyak dan termasuk sedikit dibandingkan jumlah pasien yang saat ini masih menderita HIV," terang Patricia.

Dilansir dari Avert, situs web tentang informasi dan edukasi perihal HIV dan AIDS, ada beberapa berita tentang pasien yang terinfeksi HIV bisa sembuh dari virus tersebut.

Perlu diingat bahwa kasus-kasus HIV di bawah ini tidak sembuh dengan sendirinya melainkan terjadi setelah menjalani pengobatan dan masih dalam tahap laporan penyembuhan.

1. Pasien London

Salah satu berita yang tentang pasien terinfeksi HIV bisa sembuh dan cukup baru adalah pasien dari London, Inggris.

Pada 2019 para ahli melaporkan adanya seorang pria yang terinfeksi HIV dan menerima transplantasi sel induk.

Kini, ia sedang dalam tahap remisi HIV. Artinya, pria London tersebut tidak lagi menjalani pengobatan antiretroviral dan dokter tidak dapat menemukan HIV di dalam tubuhnya. Berita ini sering disebut sebagai sembuh secara fungsional.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa HIV tidak dapat benar-benar hilang dari tubuh meskipun DNA virusnya tidak lagi menduplikasi dan merusak sel yang terlihat.

Pria ini dinyatakan sembuh setelah menerima transplantasi sumsum tulang dengan kombinasi kemoterapi untuk menyembuhkan kanker darah yang dideritanya.

Pendonor sel memiliki dua salinan gen CCR5 delta-32, yaitu mutasi genetik langka yang membuat orang kebal terhadap sebagian besar jenis HIV.

Enzim CCR5 berperan penting dalam menonaktifkan pintu masuk yang digunakan HIV untuk membuat sel tubuh terinfeksi.

2. Pasien Berlin

Sebelumnya, kabar baik datang dari Berlin pada 2008 tentang pasien HIV yang bisa sembuh setelah menerima transplantasi sumsum tulang.

Pasien yang bernama Timothy Brown ini menderita leukimia stadium akhir, tetapi ia menjalani dua kali transplantasi dan terapi radiasi total.

Berbeda dengan Brown, pasien London hanya perlu melalui satu transplantasi dengan kemoterapi ringan.

Sampai saat ini Brown sudah tidak lagi menjalani pengobatan antiretroviral lebih dari delapan tahun. Maka itu, para dokter bisa menyatakan bahwa ia sudah sembuh dari HIV.

Walaupun demikian, tim dokter yang sama dengan pengobatan pasien London menyatakan bahwa metode ini mungkin berdampak berbeda pada pasien lainnya.

Mereka masih perlu memastikan apakah transplantasi sumsum tulang dapat digunakan oleh sebagian besar pasien dan apa saja efek sampingnya.

3. Bayi dari Mississippi

Sebenarnya, pada konferensi CROI (Conference on Retroviruses and Opportunistic Infections) pada 2013 telah diumumkan seorang bayi yang bisa sembuh secara fungsional dari HIV.

Bayi asal Mississippi ini diberikan sebanyak tiga obat antiretroviral dalam dosis yang kuat sesaat setelah ia lahir.

Namun, pengobatan ini akhirnya terpaksa berhenti pada usia 18 bulan ketika sang ibu tidak menjalani perawatan.

Pada saat mereka kembali dirawat lima bulan kemudian, virus DNA pada bayi tidak lagi terdeteksi, alias hilang berdasarkan hasil tes.

Setelah satu tahun berlalu, ia kembali diperiksa dan sayangnya ditemukan lagi DNA virus HIV dalam tubuh bayi.

Dari sini para dokter berpendapat bahwa kata sembuh dari HIV sangat sulit digunakan mengingat dapat kembali kambuh sewaktu-waktu.

"Kasus bayi Mississippi menjadi pelajaran bahwa terapi antiretroviral (ARV) sejak dini pada bayi dapat menghasilkan remisi jangka pendek," jelas Patricia.

Setidaknya, ARV dapat mengendalikan replikasi virus dan membatasi jumlah reservoir virus. Sistem kekebalan tubuh pasien memang dapat terinfeksi, tetapi jumlah virus yang tidak begitu banyak ternyata tidak menghasilkan kerusakan yang cukup parah.

HIV memang tidak bisa sembuh dengan sendirinya dan obat-obatan untuk menghilangkan virus sepenuhnya pun masih dicari.

Namun, menjalani pengobatan dapat membuat pasien tetap sehat dan menjaga tubuh mereka dari kerusakan lebih lanjut.

3 dari 4 halaman

Cara Tepat Mengatasi Penyakit HIV

Gejala penyakit HIV membuat sistem kekebalan tubuh melemah secara bertahap. Infeksi yang disebabkan HIV juga dapat berkembang dengan sangat cepat.

General Practitioner Integrated Therapeutic, dr. Tania Savitri, menyebutkan hal ini membuat penderitanya cenderung lebih rentan terkena penyakit oportunistik dan komplikasi kronis lainnya.

"Bukan berarti dunia kedokteran tidak memiliki beragam cara untuk mengatasi perkembangan penyakit HIV agar setiap pengidapnya tetap dapat hidup panjang umur," ungkap Tania.

Dilansir dari berbagai sumber, berikut adalah cara yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi penyakitnya sejak pertama kali terdiagnosis positif HIV:

1. Mulai pengobatan ART

Cara pertama dan yang paling diutamakan untuk mengatasi penyakit HIV adalah dengan menjalani pengobatan.

Pengobatan HIV dengan kombinasi obat antiretroviral (ART) tidak hanya membantu menekan jumlah virus (viral load) untuk mengendalikan gejala dan risiko komplikasi, tapi juga mencegah penularan virus ke orang lain.

Dokter menganjurkan semua pengidap AIDS dan HIV untuk mulai terapi ART sesegera mungkin setelah diagnosis. Terdapat lima kelas obat ARV yang digunakan sebagai cara mengatasi penyakit HIV, yang meliputi:

- Entry inhibitors- Nucleoside reverse transcriptase inhibitors- Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors- Integrase inhibitors- Protease inhibitors

Obat-obatan ini tidak secara sekaligus membunuh virus HIV dalam sekali waktu. Fokus pengobatan HIV melalui ARV adalah dengan menarget virus dalam setiap siklus hidupnya pada masing-masing stadium penyakit. Dengan cara ini, virus tidak dapat mereplikasi diri.

Sangat penting bagi para ODHA untuk konsisten dan rutin minum obat sesuai yang diresepkan dokter. Pasalnya, takaran dosis yang diubah sembarangan dapat mengarah meningkatkan risiko kegagalan pengobatan, bahkan munculnya efek samping ARV yang berbahaya.

Melewatkan dosis obat pun dapat berisiko membuat virus berkembang makin banyak dan menyebabkan mereka kebal terhadap obat-obatan. Virus yang tidak lagi merespon terhadap kerja obat akan semakin ganas menyerang sistem imun.

2. Jaga pola makan sehat

ODHA rentan mengalami penurunan berat badan secara drastis. Selain itu, kemungkinan Anda juga mengalami diare, lemas, dan demam yang membuat asupan gizi dari makanan makin terbatas.

Maka itu, sangat penting bagi setiap ODHA mengimbangi pengobatan dengan menjaga pola makan sehat. Merencanakan pola makan yang tepat bagi ODHA dapat menjadi cara mempertahankan status gizi dan juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Pastikan makanan yang Anda konsumsi berkalori tinggi tapi tetap bergizi seimbang yang meliputi protein, karbohidrat, serat, lemak baik, serta vitamin dan mineral.

Beberapa cara berikut ini juga dapat membantu mengatasi berat badan yang turun drastis akibat penyakit HIV:

- Konsultasi ke dokter gizi untuk mendapatkan informasi makanan atau daftar nutrisi apa yang harus dikonsumsi selama mengidap HIV.

- Minum suplemen tinggi protein sesuai rekomendasi dokter gizi.

- Jika badan penderita HIV semakin kurus, maka semakin banyak pula kalori yang dibutuhkan.

3. Rutin olahraga

Sistem imun yang melemah akibat infeksi HIV dapat menimbulkan gejala berupa kelemahan kronis tanpa alasan.

Meski demikian, bukan berarti hidup dengan HIV membuat Anda tidak lagi bisa berolahraga. Rutin melakukan aktivitas fisik ringan justru dapat membantu menguatkan sistem imun tubuh untuk melawan infeksi.

Sebuah penelitian dari American Journal of Lifestyle Medicine menemukan bahwa olahraga dengan intensitas rendah sampai sedang dapat membantu para ODHA terhindar dari berbagai risiko infeksi virus lainnya.

Pilihlah jenis olahraga yang Anda sukai, entah itu yoga, berlari, bersepeda, berenang, atau bahkan sekadar jalan kaki. Coba juga membangun massa otot Anda dengan latihan angkat beban atau latihan kekuatan, seperti push-up dan squat.

Melakukan sesuatu hal yang memang Anda sukai dapat mendorong Anda untuk tetap konsisten melakukannya, termasuk dalam urusan olahraga.

4. Cegah penularan kepada orang lain

Jika Anda terinfeksi HIV, tidak cukup hanya dengan menerapkan berbagai cara di atas untuk mengatasi penyakit menular ini. Anda juga perlu melindungi orang-orang di sekitar dari penyebaran HIV. Bagaimana?

Infeksi HIV sangat mudah menyebar melalui cairan tubuh tertentu yang mengandung virus, misalnya darah, air mani (yang mengandung sperma), cairan praejakulasi, cairan rektum, cairan vagina, dan ASI.

Nah, salah satu cara untuk mengatasi penyebaran penyakit HIV adalah dengan melakukan hubungan seks aman menggunakan kondom. Anda juga akan disarankan untuk tidak membuat tato atau tindikan di badan, serta mendonorkan darah selama terdiagnosis positif HIV.

Apabila Anda wanita dan sedang hamil, dokter akan menyarankan Anda untuk mencegah penularan HIV kepada bayi dengan melakukan operasi caesar dan tidak menyusui eksklusif.

4 dari 4 halaman

Cara Mengatasi Penyakit HIV

Semakin banyak virus di dalam tubuh, infeksi HIV akan menghancurkan semakin banyak sel CD4 yang berfungsi melawan penyakit. Akibatnya, tubuh Anda akan jadi gampang sakit.

Nah, beragam gejala dan masalah kesehatan lain yang menyertai infeksi HIV mungkin membutuhkan cara pengobatannya masing-masing selain dengan obat ARV.

Berikut adalah beberapa cara mengatasi penyakit yang muncul sesuai dengan gejala HIV yang dialami secara umum.

1. Kulit kering dan gatal

Kulit kering, gatal adalah salah satu gejala yang muncul saat sistem kekebalan tubuh rusak akibat HIV. Untuk mengendalikan gejala penyakit HIV ini, berikut adalah beberapa cara mengatasi HIV yang bisa Anda lakukan:

- Oles krim antijamur atau antibakteri sesuai saran dokter

- Gunakan obat steroid dan antihistamin dari dokter

- Jangan lupa pakai pelembab

Pada beberapa orang HIV, ada yang mengalami moluskum kontagiosum. Ini adalah infeksi virus yang menimbulkan benjolan kecil berwarna daging pada kulit. Benjolan dapat timbul menyebar pada orang dengan HIV.

Jadi cara mengatasi penyakit HIV yang terbaik saat mengalami kondisi ini adalah dengan segera temui dokter kulit untuk perawatan segera.

2. Ruam merah

Ruam kulit kemerahan yang timbul pada gejala HIV bisa menimbulkan rasa nyeri, bahkan sampai melepuh. Kondisi ini bisa disebabkan oleh herpes zoster, jika memang sebelumnya Anda pernah menderita cacar air.

Biasanya, herpes zoster memengaruhi orang yang berusia di atas 60 tahun. Tetapi jika Anda terinfeksi HIV, Anda bisa terkena di usia muda sekalipun, walaupun Anda lebih muda.

Cara mengatasi HIV yang tepat jika kondisi ini terjadi adalah dengan segera hubungi dokter sembari melakukan beberapa cara mengatasi HIV berupa ruam gatal ini di rumah:

- Minum pereda nyeri seperti ibuprofen

- Oles losion calamin

- Mandi berendam oatmeal koloid

- Kompres dingin bagian yang gatal dan panas

3. Demam

Demam adalah salah satu gejala paling umum dari HIV. Demam terjadi sebagai tanda adanya peradangan dalam tubuh Anda akibat sistem imun yang sedang bekerja keras melawan virus.

Cara mengatasi HIV yang menyebabkan demam adalah dengan minum ibuprofen atau acetaminophen. Kompres hangat juga di lipatan tubuh Anda seperti lipatan leher, ketiak, dan selangkangan untuk membantu turunkan demam.

Apabila demam tidak kunjung membaik selama 2 sampai 3 hari, cara mengatasi HIV yang terbaik adalah dengan segera ke dokter untuk diobati.

4. Batuk

Batuk adalah salah satu tanda bahwa tubuh Anda mengeluarkan zat asing dari dalam saluran pernapasan dengan baik. Namun batuk yang terjadi selama berminggu-minggu tanpa membaik, bisa menjadi salah satu gejala HIV.

Jika tidak segera ditangani dengan cara mengatasi HIV yang tepat, maka kondisi ini bisa sangat mengganggu rutinitas penderita HIV.

Orang HIV dengan jumlah sel CD4 yang rendah rentan mengalami infeksi paru-paru yang disebut pneumonia. Gejala utamanya bisa batuk kering, sesak napas, badan pun jadi lelah. Cara mengatasi HIV yang terbaik adalah dengan segera ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan dan pemberian obat batuk.

Anda bisa meredakan batuk akibat HIV dengan cara seperti:

- Gunakan humidifier di rumah

- Minum banyak air mineral agar tidak dehidrasi

- Mengonsumsi makanan hangat seperti sop ayam hangat untuk meredakan rasa gatal di tenggorokan.

5. Diare

Diare yang berlangsung lama biasanya sering dialami oleh dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, salah satunya orang HIV.

Wajib konsultasi ke dokter sebagai cara mengatasi HIV yang menyebabkan diare akibat infeksi yang disebabkan HIV.

Sedangkan untuk perawatan di rumah, Anda bisa mengobati diare dengan cara mengatasi HIV berikut ini:

- Makan makanan yang baik dikonsumsi saat diare seperti pisang, nasi, dan kentang. Makanan tersebut mudah dicerna perut yang sedang diare

- Banyak minum air mineral agar tetap terhidrasi dengan baik

Pencegahan dianjurkan dilakukan. Hal ini guna mengantisipasi penyebaran virus dalam tubuh dan penularan kepada orang lain. Tetap semangat, sehat selalu dan jangan lupa menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.