Liputan6.com, Gorontalo - Fenomena badut jalanan saat ini terus bermunculan di Kota Gorontalo. Hampir di setiap persimpangan jalan, badut ini menghampiri setiap pengguna jalan yang melintas. Hampir di seluruh persimpangan jalan, para badut berdiri. Dengan speaker portable di dekatnya, badut sering kali bergoyang diiringi alunan musik.
Baca Juga
Advertisement
Tak heran, jika aktivitas badut peminta-minta ini banyak dikeluhkan masyarakat. Selain mengganggu aktivitas, apa yang dilakukan mereka dinilai sangatlah berbahaya.Menanggapi menjamurnya badut jalanan, Dinas Sosial (Dinsos) Kota Gorontalo, mengimbau masyarakat untuk tidak lagi memberikan uang kepada badut tersebut.
Kepala Bidang Rehabilitasi Dinas Sosial Kota Gorontalo, Tahir Herson bilang, bahwa tidak memberikan uang kepada badut itu, bisa mengurangi aktivitas yang mereka lakukan saat ini.
“Jika kita beri uang, itu hanya akan mendorong mereka untuk terus beraktivitas di jalan,” kata Tahir.
Tahir mengklaim bahwa, munculnya badut di Kota Gorontalo sangat mengganggu aktivitas pengguna jalan raya. Pasalnya hampir semua simpang jalan yang ada di Kota Gorontalo banyak ditempati para badut. Bahkan kata Tahir, pihak Dinas Sosial sudah berulang kali melakukan penertiban badut tersebut. Akan tetapi, tindakan itu malah membuat mereka menjamur kembali.
“Sudah pernah dilakukan penertiban, tapi mereka tetap kembali ke jalan,” jelasnya.
Tahir berpesan, jika ingin badut itu tidak beroperasi lagi, perlunya peran kerja sama masyarakat.
“Jika dalam sebulan kita tidak berikan uang kepada mereka, saya yakin dan percaya pasti dengan sendirinya mereka akan hilang,” ujarnya.
Meski begitu, Dinas Sosial Kota Gorontalo akan terus memantau pergerakan badut yang ada di Kota Gorontalo. Agar mereka dengan bisa cepat menertibkan para badut yang kerap beroperasi di jalan.
“Kami juga sekarang sedang berupaya untuk menyediakan program lapangan kerja untuk mereka,” imbuhnya.
Terinformasi, jika yang menjadi badut di Kota Gorontalo sebagian besar adalah anak-anak. Mereka yang seharusnya mengenyam pendidikan, diduga kuat malah di exploitasi oleh oknum tertentu demi mendapatkan keuntungan.