Sukses

Pameran Seni Immersive di Yogyakarta, Edukasi Populer ala Pipilaka Foundation

Pameran seni immersive penuh bertajuk 'PIPILAKA Calling' di JNM Bloc yang diselenggarakan selama 26 Juni sampai dengan 28 Agustus 2024. Selama dua bulan, pameran interaktif ini akan menampilkan patung terakota karya seniman Wahyadi Liem.

Liputan6.com, Yogyakarta -l PIPILAKA Foundation menatah tiap langkah dengan cermat, menyesuaikan gerak yayasan sesuai filosofi penamaan: 'Pipilaka' yang berarti 'Semut' dalam bahasa sansekerta. Mereka percaya pada kekuatan dan tindakan kecil untuk perubahan besar, serupa semut yang membangun koloni—selangkah demi selangkah, bergotong-royong.

PIPILAKA Calling, memanggil teman-teman yang mempunyai tujuan yang sama yaitu fundraising dengan menyenangkan. Filosofinya mengajarkan kebersamaan menjadi sikap, spirit dan menjadi peduli dengan cara yang nyata dan bermanfaat untuk orang lain.

Ada lebih dari 12 kolaborator yang tergabung. Petualangan PIPILAKA Calling berkolaborasi dengan Penulis kenamaan Nia Dinata dan Jean Pascal Elbaz. Selain itu, Kolaborator audio visual 3D mapping oleh Does University, sekolah bakat garapan Erix Soekamti, Hanafi K. Sidharta, Balance Putra, dan Valentinus Rommy Iskandar Tanubrata. Serta kolaborasi suara (Dubbers) Petualangan “PIPILAKA Calling” oleh Ringgo Agus, Soimah, Dwi Sasono, Heruwa, Cinta Laura dan Nirina Zubir.

Dari filosofi itu lahir sejumlah event konseptual yang digarap bersama-sama. Wahyadi Liem dengan teman-teman melakukan kolaborasi untuk merealisasikan PIPILAKA Calling. Yonas Pranata selaku Production Manager, membeberkan bagaimana tiap event seni selalu mengedepankan edukasi yang dikemas secara populer.

"Tiap event regular berkesinambungan dan fun. Melibatkan semua kalangan di seluruh Indonesia. Semua output bentuknya fundrising baik dari penjualan merchandise, tiket, dan juga karya," ujarnya.

Terbaru, pameran seni immersive penuh bertajuk 'PIPILAKA Calling' di JNM Bloc yang diselenggarakan selama 26 Juni sampai dengan 28 Agustus 2024. Selama dua bulan, pameran interaktif ini akan menampilkan patung terakota karya seniman Wahyadi Liem.

Pameran ini berbeda dari umumnya sebuah pameran patung yang menggabungkan teknologi mutakhir 3D video mapping 360, hologram, dan lanskap suara demi menciptakan lingkungan bercerita yang ajaib di mana patung menjadi hidup.

Patung-patung Wahyadi Liem terbuat dari tanah liat, menjadi salah satu media dengan bahan natural dan ramah lingkungan. Wahyadi Liem mengajak pengrajin patung di daerah Kasongan, Bantul untuk terlibat dalam PIPILAKA Calling yang membutuhkan waktu sekitar tiga bulan pembuatan. Tidak hanya dimaknai sekadar karya seni namun menjadi teropong zaman.

Sekitar tiga puluh patung terakota akan dihadirkan di pameran ‘PIPILAKA Calling’ sepuluh dari patung ini dilengkapi dengan kemampuan berbicara, menyanyi, dan akan menyampaikan berbagai pesan berdampak mengenai isu-isu penting lingkungan seperti penggundulan hutan, hak-hak hewan, pemanasan global, dan pengelolaan limbah.

Pameran ini dirancang untuk menjadi pengalaman yang benar-benar mendalam, melibatkan keempat indera yang akan mampu mengubah pengunjung dari penonton pasif menjadi peserta aktif yang akan menjadi satu cerita.

Wahyadi Liem, yang karyanya menggabungkan seni dengan komentar sosial yang kuat, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang krisis lingkungan saat ini.

“Kami ingin membuat acara yang menyampaikan pesan-pesan penting dengan cara yang menyenangkan sehingga semua orang, mulai dari anak-anak hingga orang tua dapat menerima pesan tersebut,” ucapnya.

Patung-patung ini bukan sekadar karya seni namun menjadi hidup. Berbagai kisah tentang lingkungan yang rusak terpengaruh oleh tindakan manusia dan tantangan yang dihadapi oleh bumi.

 

 

 

 

 

Video Terkini