Sukses

Mungkinkah Minyak Jelantah Jadi Bahan Bakar Pesawat Terbang?

Dosen muda Sekolah Vokasi Undip ini terus mengembangkan kemungkinan minyak jelantah dijadikan bahan bakar pesawat terbang.

Liputan6.com, Semarang - Dosen muda dari Program Studi Teknologi Rekayasa Kimia Industri (TRKI) Sekolah Vokasi Undip, Anggun Puspitarini Siswanto ST PhD bersama timnya tengah mengembangkan bahan bakar pesawat terbang dari minyak jelantah.

Sebelumnya Anggun ini telah memiliki 11 paten dan h-index scopus 6 melalui inovasinya dengan mengembangkan riset kolaborasi bersama industri. Risetnya yang mengusung tema penelitian “Produksi Bioavtur Berbasis Metil Ester Minyak Goreng Bekas Melalui Pengembangaan Reaktor Ozonolisis Nano Gelembung” berhasil mendapatkan pendanaan LPDP melalui Program Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM) dari BRIN (2023-2025). 

Penelitian minyak jelantah dijadikan pengganti avtur didorong keprihatinannya terhadap krisis energi bahan bakar fosil yang sangat terbatas dan menyebabkan pemanasan global.

Tim riset terdiri Dr. Ria Desiriani, ST, MT, Drs. Sutrisno MT, Dr. Novi Hery Yono, ST, MT (Migas Cepu), dan pengelola Mini Plant Biodiesel Sekolah Vokasi Undip yakni Mohamad Endy Yulianto, ST MT serta mahasiswa MBKM (Abraham M.N, Shervaya, Fatimah Hapsari, Ade Kurnianto).

“Bahan bakar alternatif ini dapat mereduksi pemanasan global sekitar 15% di sektor penerbangan, diantaranya dengan penggunaan bioavtur. Negara-negara Eropa bahkan telah mentargetkan pencampuran bioavtur sekitar 20%," katanya.

Ditambahkan bahwa salah satu bahan baku untuk produksi bioavtur yang sangat prospektif diantaranya minyak goreng bekas (jelantah). Secara teknis dijelaskan bahwa Konversi metil ester berbasis minyak goreng bekas menjadi bioavtur melalui proses ozonolisis nano gelembung sangat berpotensi untuk dikembangkan. Keunggulan utama dari inovasi ini adalah tidak menghasilkan banyak polusi, peningkatan konversi dan memiliki selektivitas yang tinggi.

"Hasil proses ozonolisis adalah terbentuknya senyawa ozonida dan aldehida atau keton pada gugus alkena asam lemak tak jenuh yang terpotong produk metil ester rantai sedang,” kata Anggun.

Menurut Anggun, kebaruan riset adalah dengan menerapkan teknologi Fine Bubble Technology (FBT) dalam memotong produk metil ester rantai sedang. Reaksi ozonolisis dengan nano gelembung membuat ukuran gelembung, semakin kecil sehingga efisiensi transfer massa semakin besar, kecepatan partikel melambat, waktu operasi semakin cepat dan mereduksi pasokan energi dalam reaktor. Pembentukan gelembung merupakan proses statis atau disertai proses dinamika coalescence dan break u.

“Keseluruhan proses pembentukan gelembung, pertumbuhan gelembung dan coalescence disebut dengan istilah kavitasi. Coalescence dikenal dengan istilah bergabungnya gelembung-gelembung halus menjadi gelembung yang lebih besar, kemudian diikuti dengan pecahnya gelembung tersebut dan terbentuknya gelembung ultrafine. Pembentukan gelembung ini dapat dilakukan dengan kavitasi hidrodinamik dan kavitasi partikel, sonikasi, kavitasi elektrokimia, dan agitasi mekanik,” katanya.

Riset dilaksanakan sinergis dan melembaga antara Tim Peneliti Vokasi Undip, PPSDM Migas Cepu, dan Mini Plant Biodiesel SV Undip.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.