Sukses

Hasilkan 9 Persen Kakao Indonesia, Sulbar Siap Terima Investor Buka Industri Kakao

Provinsi Sulbar mampu menghasilkan 69.779 ton kakao pertahunnya atau menyumbang 9 persen hasil kakao di Indonesia

Liputan6.com, Mamuju - Sulbar merupakan provinsi penghasil kakao urutan keempat di Indonesia denganmluas lahan 130 haektare. Provinsi berjuluk Tanah Mandar itu mampu menghasilkan 69.779 ton kakao pertahunnya atau menyumbang 9 persen hasil kakao di Indonesia.

Kabupeten Polewali Mandar menjadi penghasil kakao terbesar dengan prodeuksi mencapai 36.000 ton, kemudain Pasangkayu 12.800 ton, Mamuju Tengah 14.800 ton. Sedangkan Majene mampu menghasilkan 8.000 ton, Mamasa menghasilkan 5.000 ton dan Mamuju 5.000 ton.

Oleh karena itu, Pemprov Sulbar melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSM) melakukan kajian terkait perencanaan industri kakao. Hasil mentah kakao Sulbar selama ini dikirim ke Sulsel atau Sulreng untuk diolah.

Kepala DPMPTSP Sulbar, Habibi Asiz mengatakan untuk mengembangkan potensi industri kakao diperlukan dukungan semua pihak. Dalam hal ini pemerintas, pengusaha atau investor dan masyarakat.

"Saat ini kakao lagi menjadi primadona, permintaan kakao dipasaran masih sangat tinggi. Untuk kakao ini terus terang memang Sulbar itu sangat potensi untuk dikembangkan," kata Habibi, Jumat (28/06/24).

Habibi menambahkan, berdasarkan hasil kajian, Kabupaten Polewali Mandar menjadi derah palinh strategis untuk industri kakao. Polewali Mandar memiliki kawasan Pelabuhan Silopo sehingga aksebilitas dan infrastruktur sampai tenaga kerja untuk membangun industri kakao bisa terpenuhi.

"Kita sudah siapkan lahan kurang lebih 10 hektare untuk menjadi kawasan khusus industri kakao untuk pengelolaan cocoa butter dan cocoa powder," ujar Habibi.

Bahkan, kata Habibi, pihaknya sudah menyiapkan semua keperluan terkait data-data, luas lahan dan nilai produksi untuk langsung melaksanakan industri kakao yang besar jika ada investor yang berminat.

"Nilai taksiran yang bisa kita estimasi untuk sebuah kawasan industri kakao ini mencapai Rp950 milliar," tutup Habibi.